Sukses

Perusahaan Korsel Kembangkan Produk Kopi dan Cokelat Petani RI

CJ Indonesia menggandeng Kementerian Koperasi dan UKM dalam pengembangan kopi dan cokelat petani pedesaan.

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan asal Korea Selatan di dalam negeri, CJ Indonesia, terus berupaya membuktikan bentuk kontribusi sosialnya terhadap masyarakat melalui beberapa program kerjasama dengan para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Salah satu bentuk kerjasamanya adalah program OVOP yang melibatkan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta KOTRA (Korea Trade Invesment Agency).

Sebagai perwujudan komitmen tersebut, CJ Indonesia kembali melakukan penandatanganan kerja sama dengan KOTRA, Kementerian Koperasi, Koperasi Manunggal (koperasi petani kopi) dan KSU Guyub Santoso (koperasi petani cokelat).

Penandatanganan MOU tersebut dihadiri Deputi Kemenkop Victoria Boru Simanungkalit, Duta Besar Korea Kim Chang Beom, Presiden Direktur CJ Indonesia Shin Hee Sung, Komisaris CJ Indonesia Bernard Kent Sondakh, Ketua Koperasi Tani Manunggal Sutamo, dan Ketua KSU Guyub Santoso Mustakim serta Direktur Perdagangan KOTRA Kim Byung Sam.

"CJ Indonesia sudah menjalankan bisnis selama 30 tahun dan kami ingin terus memberikan kontribusi agar produk-produk unggulan yang dihasilkan oleh masyarakat pedesaan bisa lebih meningkat," kata Komisaris CJ Indonesia, Bernard Kent Sondakh, dalam acara penandatanganan, di CGV FX Sudirman, Jakarta, Kamis (27/6).

Melalui kerja sama ini, CJ Indonesia akan terlibat dalam upaya pengembangan dan peningkatan kualitas produk kopi dan cokelat yang dihasilkan oleh dua koperasi tadi. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan meliputi, edukasi dalam proses budidaya, proses pengolahan, hingga proses penjualan.

Tak hanya itu, CJ Indonesia pun akan membantu proses pemasaran produk dari kedua koperasi tersebut melalui unit bisnis bakery and cafe yaitu Tous les Jours (TLJ) dan Gerai-gerai CGV Cinema di seluruh Indonesia.

 

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Liputan6.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Selanjutnya

Deputi Kemenkop, Victoria Boru Simanungkalit mengatakan pihaknya amat mendukung berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk-produk lokal yang dihasilkan masyarakat desa.

"Produk kopi dan coklat saat ini merupakan produk yang menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan," jelas dia.

Pemerintah tentu akan terus mendorong agara produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat dapat lebih berdaya saing. Ujung-ujungnya dapat dipasarkan secara luas. Karena itu kerja sama terutama dalam bentuk edukasi dan pengembangan pasar sangat dibutuhkan.

"Mengedukasi koperasi agar dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan segmen pasar. Peningkatan daya saing," tandasnya.

Sebagai informasi, sebelumnya, CJ Indonesia telah turut serta dalam membantu Koperasi Jatirogo di Yogyakarta sejak tahun 2015. Produk gula kelapa sebagai produk khas dari koperasi tersebut digunakan sebagai pemanis pada roti yang dijual Tous les Jours (TLJ). Hingga Desember 2018, TLJ telah berhasil melakukan penjualan hingga mencapai Rp 7 Miliar.

3 dari 4 halaman

Gelar Pameran, Pedagang Kecil Ingin Produk UKM Masuk Pasar ekspor

Ikatan Pemberdayaan Pedagang Kecil Indonesia (Ippkindo) mengadakan 'Gebyar IPPKINDO 9th Expo'. Acara bertema 'UKM Goes Digital' ini, diselenggarakan untuk mendorong kinerja serta memperkenalkan karya UKM dalam negeri.

"Pameran kesembilan ini memang tidak terlalu besar, tapi kami berharap produk-produk ini cukup unik dan wakili kearifan lokal," Ketua Umum Ippkindo, Titi Cacuk Sudarijanto, di JCC, Jakarta, Jumat (21/6/2019).

Dia mengatakan, pada gelaran kali ini, Ippkindo berharap bahwa hasil karya anggotanya dapat mulai memasuki pasar ekspor. Karena itu, pihaknya mengundang perwakilan dari sejumlah negara.

"Kami juga mengundang perwakilan negara sahabat Asean, Jepang, Australia, dan ekuador. Dengan kehadiran negara sahabat itu jadi motivasi peserta pameran untuk memanfaatkan event ini memperoleh peluang pasar yang lebih luas," ujar dia.

Sementara Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin, Gati Wibawaningsih, mengatakan bahwa pihaknya mengapresiasi langkah yang dilakukan Ippkindo. Sebab membantu promosi produk-produk lokal.

"Ini adalah merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah, acara ini tidak sendirian membuat pameran tetapi bisa bekerja sama dengan kementerian lain atau Ippkindo. Ibu-ibu Ippkindo ini harus diacungi jempol karena usia lebih dari saya tetapi masih giat," ujarnya.

4 dari 4 halaman

Gerakan Kopi Konservasi, Petani Senang Hutan Makin Rindang

Kopi menjadi medium untuk menghijaukan kembali hutan yang sudah gersang? Bisa banget. Bila tak percaya, para anggota Koperasi Classic Bean yang berbasis di Garut, Jawa Barat, sudah melakukannya hampir sepuluh tahun terakhir.

Imas Suryani, pengurus Koperasi Classic Bean sekaligus barista bersertifikasi itu menuturkan kegiatan konservasi melalui kopi dirintis oleh para pecinta alam yang juga penyuka kopi sekitar 2009. Inisiatornya adalah Eko Purnomo Widi yang akrab disapa Pak Eko.

"Pada 2008 itu, kami resah karena semakin banyak hutan yang diubah jadi kebun sayur oleh warga. Akhirnya, Pak Eko, founder classic beans, memunculkan solusi konservasi hutan dengan medium kopi," kata Imas saat ditemui di sela-sela jumpa pers EksploRasa Ragam Pangan di Javara, Jakarta, Senin, 24 Juni 2019.

Langkah awal yang dilakukan adalah menawarkan petani harga jual biji kopi lebih tinggi dengan syarat biji kopi yang dijual harus merah semua. Sambil jalan, para pengurus mengedukasi petani tentang cara budidaya organik.

"Kita cek kebunnya, apakah layak atau tidak. Kita edukasi apa kopi yang bagus itu, bagaimana cara memetiknya, dan bagaimana cara menjaga lingkungan," tutur Imas.

Seiring waktu, informasi mengenai budi daya kopi semakin lengkap. Mereka pun menyadari bahwa sebenarnya tanaman kopi hanya memerlukan 30--40 persen sinar matahari saja.

Berangkat dari fakta tersebut, Classic Beans kemudian mengajak petani menanam pohon-pohon endemik di sela-sela tanaman kopi. Di Gunung Puntang, misalnya, ditanam rasamala dan puspa.

"Kualitas kopi yang baik itu tergantung pada kebun yang baik. Kebun yang baik ya menjadikannya seperti hutan," kata Imas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.