Sukses

Peternak Ungkap Biang Keladi Harga Ayam Anjlok di Tingkat Peternak

Harga ayam yang murah ini kemudian berdampak pada timpangnya perbandingan antara harga jual dengan harga pokok produksi (HPP).

Liputan6.com, Jakarta Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) angkat suara terkait anjloknya harga ayam di tingkat peternak. Kelebihan pasokan disebut sebagai biang keladinya.

"Ini karena lebih pasok. Menyebabkan harganya seperti ini," Sekretaris Jenderal Gopan Sugeng Wahyudi, ketika dihubungi Merdeka.com, Rabu (26/6/2019).

Kelebihan pasokan di tingkat peternak, dipicu pasokan bibit atau anak ayam yang juga tinggi. Pasokan yang berlebih menyebabkan produksi berlebih. Ujung-ujungnya membuat peternak menurunkan harga. Sebab jika tidak, maka produksi tidak terserap.

"Dimulai dengan anak ayamnya. Persediaan anak ayam itu 60 juta ekor per minggu. Untuk seluruh Indonesia. 62 persen ada di Jawa. Berawal dari situlah tragedi itu muncul. Karena barang banyak, kebutuhan tetap sehingga murah yang terjadi," ujarnya

Harga ayam yang murah ini kemudian berdampak pada timpangnya perbandingan antara harga jual dengan harga pokok produksi (HPP).

"Jadi memang sekarang harga di tingkat kandang itu jauh di bawah biaya pokok produksi. Sekitar Rp 8.000 sampai Rp 10.000 per kilogram. Ayam hidup. Sementara biaya pokok produksi kita Rp 18.500 per kilogram. Artinya luar biasa kerugiannya," urai dia.

Selisih yang signifikan antara harga jual dengan HPP, diakui Sugeng telah membuat peternak tekor cukup banyak.

"Itu bisa Rp 8.500 sampai Rp 10.000. Selisih harga jual sama harga harga pokok produksi. Itu per kilogram. Itu lah makanya kalau di Yogyakarta dan Solo itu ada upaya membagi-bagikan ayam itu wujud dari kejengkelan itu," tegas dia.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pemerintah akan Selidiki Anjloknya Harga Ayam di Tingkat Peternak

Harga ayam turun dalam beberapa hari terakhir. Peternak ayam di sejumlah daerah pun mengeluhkan kondisi harga hewan terrnaknya ini.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku masih akan mendalami anjloknya harga pangan tersebut. Langkahnya antara lain berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan untuk melakukan pemeriksaan langsung.

"Saya juga bingung kenapa jadi jauh bedanya peternak dengan di pasar nggak tahu saya harus cek dulu," ujar dia di Jakarta, Rabu (26/6/2019).

Menko Darmin mengatakan secara tren setelah Lebaran biasanya harga ayam stabil atau kemungkinan naik. Namun saat ini justru berbalik.

Itu sebabnya pemerintah akan turun tangan untuk melakukan pengecekan langsung. "Saya belum tahu seperti apa kejadiannya," imbuh Darmin.

Sebelumnya, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Haryo Soekartono meminta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution untuk memperhatikan kondisi harga pangan khususnya untuk ayam. Dari laporan yang diterimanya terdapat dua lokasi anjloknya harga ayam.

"Saya tadi sampaikan ke WA bapak ada harga pangan ayam, dari peternak Rp 7 ribu diterima, tapi dijual di pasar dengan harga Rp 29 ribu," kata Bambang Haryo di ruang sidang Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Selasa (25/6/2019).

Seperti diketahui, anjloknya harga ayam ras, membuat peternak di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta gulung tikar. Jika dalam kondisi normal harga ayam mencapai Rp 40.000 per ekor, namun saat ini para peternak mengobral seharga Rp 25.000 per ekor dengan berat 2 kilogram (kg).

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Jawa Tengah, Parjuni mengatakan, anjloknya harga daging ayam ras di pasaran terjadi sejak April lalu. Kondisi tersebut membuat para peternak mandiri di wilayah Jawa Tengah dan DIY gulung tikar.

"Menyikapi kondisi tersebut, kami menggelar aksi obral ayam di Jalan Adi Sucipto. Aksi ini sebagai bentuk protes kepada pemerintah, selama ini sudah banyak para peternak mandiri yang gulung tikar," ujar Parjuni, kemarin.

Parjuni menilai, anjloknya harga jual ayam ras di pasaran sudah berada di bawah biaya produksi yang dikeluarkan. Sebab harga pokok produksi (HPP) sebesar Rp 18.500 per kilogram, namun harga jual saat ini hanya diangka Rp8 ribu sampai 9 ribu per kilogram.

"Kerugian peternak sudah tidak terhitung lagi, jadi wajar kalau mereka banyak yang memilih menutup usaha," katanya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

3 dari 3 halaman

Harga Ayam Anjlok, Pengusaha Minta Pemerintah Benahi Sektor Hulu

Sejumlah asosiasi peternak ayam menginginkan agar pemerintah melakukan pembenahan dengan konkret di sektor hulu dalam rangka mengatasi kelebihan stok yang ditengarai menjadi penyebab utama menurunnya harga ayam.

"Sebenarnya sekarang sudah ada yang mengurangi, tapi tidak semua. Semestinya ada peraturan menteri yang mendasari kebijakan itu supaya lebih efektif. Kalau seperti ini cuma memberi harapan palsu saja," ujar Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko seperti dikutip dari Antara, Rabu (26/6/2019).

Menurut Singgih, kebijakan yang telah ditetapkan di hilir itu tidak akan berjalan, jika kondisi dan kebijakan di hulu tidak dibenahi secara serius.

 

 

 

Singgih mengakui Kementerian Pertanian (Kementan) sudah mengambil sikap dengan mengeluarkan instruksi untuk memangkas jumlah anak ayam (day old chicken/DOC) selama periode 24 Juni hingga 23 Juli mendatang. Pada masa tersebut, Kementan meminta pelaku usaha menarik 30 persen telur yang siap menetas.

Namun, menurut Singgih, sejak efektif per 24 Juni lalu, kebijakan tersebut dinilai belum terasa realisasinya di lapangan.

"Ini bisa dilihat dari harga jual ayam di beberapa daerah sentra sempat menyentuh Rp8.000 per kilogram, padahal biaya produksi yang dibutuhkan mencapai Rp18.500 per kilogram. Anehnya, ketika harga di peternak merosot tajam, harga jual ayam di pasar atau di tingkat konsumen tetap tinggi yakni berkisar Rp35.000 per kilogram. Masyarakat sebagai konsumen akhirnya juga ikut dirugikan karena membeli dengan harga tinggi," ungkapnya.

Sementara itu Ketua Asosiasi Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi mengatakan anjloknya harga ayam di tingkat peternak telah menyebabkan kerugian besar, bahkan tidak sedikit peternak rakyat yang gulung tikar.

"(Anjloknya harga ayam) Bukan hanya mengancam, tapi sudah buat mereka gulung tikar. Para peternak sakit secara fisik, stres mikirin utang ratusan juta kerugiannya," ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini