Sukses

Pemerintah Masih Kaji Impor Daging Sapi dari Argentina

Indonesia selama ini telah banyak mengimpor produk pakan ternak berbahan dasar bungkil kedelai dari Argentina.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia beberapa waktu lalu sempat diberi tawaran impor daging sapi dari Argentina. Penawaran ini lantas dipertimbangkan lantaran secara harga dianggap cukup bersaing dengan daging impor Australia, yakni sekitar USD 3 per kg.

Lalu, bagaimana kelanjutan impor daging sapi Argentina ini?

Duta Besar Indonesia untuk Argentina Niniek Kun Naryatie mengatakan, pemerintah saat ini masih harus memastikan bahwa daging impor tersebut bebas penyakit.

"Sedang diproses melalui prosedur sanitasi dulu karena harus mengikuti prosedur Indonesia ya. Jadi lolos dulu dengan prosedur sanitasinya," ujar dia di Jakarta, Rabu (26/6/2019).

Adapun berdasarkan publikasi Badan Kesehatan Great Dunia (World Organisation for Animal Health/OIE), Indonesia sudah dinyatakan bebas penyakit kuku dan mulut. Sementara Argentina masih berstatus bebas dengan vaksinasi berdasarkan zona.

Saat ditanya kapan kepastian impor daging tersebut bisa diumumkan, Niniek menjawab itu wewenang dari Kementerian Pertanian. "Moga-moga bisa dalam waktu singkat," sambungnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Impor Pakan Ternak

Selain daging sapi, ia menyatakan, Indonesia selama ini telah banyak mengimpor produk pakan ternak berbahan dasar bungkil kedelai dari Argentina. Produk itu didatangkan lantaran berkualitas bagus dan secara harga juga kompetitif.

Sebaliknya, Indonesia disebutnya juga telah banyak sekali mengekspor berbagai produk ke Negeri Tango. Mulai dari alas kaki, produk berbahan karet, chemical products, hingga spare part mobil.

Gencarnya kegiatan dagang antara Indonesia-Argentina membuat total transaksi kedua negara pada tahun lalu mencapai sekitar USD 1,6 miliar.

Namun, Niniek mencermati bahwa Argentina masih lebih banyak mengekspor ke Indonesia ketimbang sebaliknya.

"Argentina lebih besar ekspor ke kita karena kita banyak butuh bungkil kedelai itu," ungkapnya.

Guna memperbesar nilai ekspor Indonesia ke Argentina, ia menganggap, banyak komoditas lokal andalan yang sebenarnya bisa disalurkan. Hal itu bisa terwujud jika pelaku usaha dalam negeri mau berinisiatif menembus pasar Amerika Latin.

"Industri strategis kita juga bisa masuk ke sana. Misalnya pesawat terbang, kereta api, mobil dan spare part, bisa dinaikkan. Sekarang tergantung dunia bisnis kita, apakah mau nembus pasar Amerika Latin atau tidak," tuturnya.

3 dari 4 halaman

Bertemu Presiden Argentina, Jokowi Tawarkan Pesawat Produksi PTDI

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Argentina Mauricio Macri di Istana Kepresidenan Bogor. Dalam pertemuan, keduanya membahas peningkatan kerja sama kedua negara di bidang ekonomi. 

“Tadi kami telah membahas peningkatan kerja sama ekonomi, khususnya di bidang perdagangan, pertanian dan industri strategis,” ujar Jokowi saat memberikan keterangan pers di Ruang Teratai Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/6). 

Jokowi juga menawarkan berbagai produk dan jasa yang dimiliki industri strategis Indonesia kepada Macri. Di antaranya pesawat hasil produksi PT Dirgantara Indonesia (DI), kerja sama dan jasa pemeliharaan PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMF) dan produk lokomotif dan gerbong milik PT INKA. 

“Presiden Macri selanjutnya akan berdiskusi dengan pimpinan DI dan PT INKA sore hari ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas,” jelas Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini melanjutkan, Indonesia meminta Argentina untuk membuka diri atas komoditas-komoditas pertanian RI. Baik komoditas berupa salak, manggis, nanas, dan yang lain-lainnya. 

Jokowi kemudian mendorong langkah strategis yang mendekatkan pengusaha Indonesia dengan Argentina.

“Untuk itu kita mendorong langkah langkah untuk mendekatkan pengusaha kita, di antaranya dengan mengundang partisipasi pengusaha Argentina pada Trade Expo Indonesia,” ucapnya.

Indonesia, kata Jokowi, terus mendorong peningkatan kerja sama pendidikan dan investasi dengan Argentina. Kesepakatan kerja sama ini ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman atau Memorandum Of Understanding (MoU) di bidang pendidikan, investasi dan perdagangan.

“Pada hari ini ditandatangani MoU kerja sama dibidang pendidikan, investasi dan perdagangan,” pungkasnya.

4 dari 4 halaman

RI Tingkatkan Kerja Sama Dagang dengan Argentina

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Pemerintah Argentina melakukan penandatanganan Joint Statement on the Establishing of Working Group on Trade and Investment (WGTI). Kesepakatan ini dilakukan untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara kedua negara.

"WGTI kita belum punya. Biasanya secara bilateral itu start pertama dulu," ungkap Direktur Perdagangan Bilateral Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Ni Made Ayu Marthini seusai acara di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta, Rabu (26/6/2019).

Ni Made menjelaskan, WGTI memiliki tiga tujuan. Pertama, yakni sebagai forum barter informasi kedua negara yang secara lokasi berjauhan.

"Dua negara ini kan jauh, satu di Amerika Selatan satu di Asia. Jauh, enggak kenal, selalu ada barrier di pengusaha, padahal enggak. Di sini lah terjadi tukar menukar info, apa sih hambatannya," ujar dia.

Kedua, yakni untuk mendorong perdagangan dan investasi, khususnya di private sektor. Lalu ketiga guna membahas isu soal tarif produk dagang yang ditawarkan Indonesia dan Argentina.

"Kita itu dagang tidak hanya barang ,tapi juga jasa. Seperti tenaga kerja kita di sana, tourism, transportasi, itu yang didorong. Kita juga dorong perusahaan dalam negeri invest di sana, biar kita enggak cuman jago kandang," tuturnya.

Kendati begitu, Ni Made menyoroti posisi Argentina yang menjadi bagian dari Mercosur, sebuah organisasi yang bertugas mengkoordinasikan kegiatan ekonomi dari negara-negara Amerika Latin.

"Mereka enggak bisa bilateral, harus Mercosur. Kita tanya Mercosur, mereka bilang mau bahas dulu karena tidak bisa ujug-ujug. Harus ada studi, asesmen. Mereka juga sibuk berunding dengan banyak negara," sebut dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.