Sukses

Harga Minyak Bervariasi Dibayangi Tensi Konflik AS dan Iran

Pekan lalu, harga minyak Brent naik 5 persen dan minyak mentah AS melonjak 10 persen setelah Iran menembak jatuh pesawat tak berawak AS di Teluk.

Liputan6.com, New York - Harga minyak bervariasi karena kekhawatiran pasar tentang kemungkinan konflik antara Amerika Serikat dan Iran mereda, di tengah kekhawatiran tentang penurunan permintaan minyak mentah kembali muncul.

Melansir laman Reuters, Selasa (25/6/2019), benchmark harga minyak mentah Brent berakhir di posisi USD 64,86 per barel, turun 34 sen, atau 0,5 persen. Sementara minyak mentah berjangka AS menetap di posisi USD 57,90 per barel, naik 47 sen, atau 0,8 persen.

Pekan lalu, harga minyak Brent naik 5 persen dan minyak mentah AS melonjak 10 persen setelah Iran menembak jatuh pesawat tak berawak AS di Teluk.

Kejadian ini menambah ketegangan yang dipicu serangan terhadap tanker minyak di daerah itu pada Mei dan Juni.  Di mana Washington menyalahkan Iran, yang membantah memiliki peran dalam serangan itu.

Presiden AS Donald Trump memberlakukan sanksi baru terhadap Iran pada hari Senin. Sebelumnya pada hari Jumat, Trump membatalkan serangan balasan ke negara Timur Tengah pada menit terakhir setelah pesawat itu jatuh, membatasi kenaikan harga minyak.

"Saya pikir beberapa risiko premium yang terbangun karena ketegangan AS dengan Iran sedikit berkurang. Saya pikir kita juga mulai melihat kekhawatiran ekonomi dan kekhawatiran permintaan muncul kembali di pasar," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pertemuan G20

Harapan berkurang untuk kemajuan dalam pembicaraan perdagangan antara China-AS di pertemuan G20 yang berlangsung minggu ini. Investor masih menunggu hasil pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping.

"Faktor paling penting yang membebani harga minyak akhir-akhir ini adalah ketakutan perlambatan besar dalam pertumbuhan permintaan, terutama mengingat konflik perdagangan antara AS dan Cina," kata Commerzbank dalam sebuah catatannya.

"Kami tidak mengharapkan kesepakatan apa pun akan tercapai selama pertemuan antara Presiden Trump dan Xi selama pertemuan puncak G20 di akhir minggu," dia menambahkan.

Di sisi lain, data manufaktur yang lemah yang dirilis pada hari Senin oleh Federal Reserve Bank of Dallas menambah kekhawatiran tentang tergelincirnya permintaan minyak mentah.

Pasokan diperkirakan akan tetap relatif ketat, karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, tampaknya akan memperpanjang kesepakatan pembetasan produksi ketika mereka bertemu pada 1-2 Juli di Wina, kata para analis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini