Sukses

Sempat Rontok, Harga Bitcoin Kembali Tembus Rp 155 Juta

Harga bitcoin sempat rontok pada 2018 hingga pernah menyentuh USD 3.000 atau Rp 42 Juta.

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin kembali masuk sorotan karena berhasil menembus harga USD 11 ribu atau Rp 155 juta (USD 1 = Rp 14.159). Padahal, pada Juni tahun lalu harga bitcoin masih di kisaran USD 6.500 atau sekitar Rp 93 juta.

Melansir CNBC, harga bitcoin sudah melonjak 170 persen sepanjang tahun ini. Kenaikan bitcoin juga mendongkrak harga uang kripto seperti Ethereum yang melonjak dua kali lipat.

Ada beberapa faktor yang membuat harga bitcoin meroket, contohnya meningkatnya minat investor terhadap uang kripto ini. Faktor lain adalah hadirnya Libra.

"Kenaikan harga ini karena dua faktor besar, peratma adalah adanya konsensus di antara komunitas investasi bahwa bitcoin merupakan alat tukar yang legitimate di era digita, dan kedua, peluncuran uang kripto milik Facebook yaitu Libra telah memaksa setiap CEO untuk memandang uang kripto sebagai hal yang serius," ujar co-founder Kenetic Capital, Jean Chu.

Saat berita ini ditulis, nilai bitcoin adalah USD 10.719 (Rp 151 juta). Meroketnya nilai bitcoin juga seakan menjadi euforia baru usai harga bitcoin sempat terbanting pada akhir 2017 lalu.

Pada Desember 2017, bitcoin sempat menyentuh USD 19 ribu sampai kemudian muncul situasi bubble. Harga bitcoin pun rontok selama 2018 hingga pernah menyentuh USD 3.000.

Sementara itu, peluncuran Libra oleh Facebook masih menuai pro dan kontra. Namun, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Libra disokong oleh Paypal, Uber, Visa, dan Mastercard.

Keempatnya berinvsetasi sekitar USD 10 juta (Rp 141,5 miliar) untuk Libra. Fungsi Libra adalah agar orang-orang bisa mengirim uang via platform milik Facebook serta berbagai situs lainnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bitcoin Sempat Bikin Rugi

Anjloknya harga bitcoin ternyata pernah merugikan CEO Softbank, Masayoshi Son. Miliarder itu dilaporkan harus mengikhlaskan kerugian Rp 1,8 triliun karena jatuhnya harga bitcoin.

Dilaporkan The Wall Street Journal, Masayoshi Son langsung masuk ke pasar bitcoin pada tahun 2017. Kala itu, harga bitcoin memang sedang meroket. 

Pada akhir Desember 2017, nilai bitcoin justru menukik tajam alias mengalami crash. Padahal, Son baru saja berinvestasi bitcoin di bulan yang sama.

Pada awal tahun 2018, miliarder itu harus menjual bitcoinnya. Kerugian yang ia tanggung mencapai USD 130 juta atau Rp 1,8 triliun.

Kabarnya, ia membeli bitcoin atas ajakan seorang pengelola aset dari Fortress Investment Group yang juga aktif membeli bitcoin. Fortress sebetulnya sudah dibeli SoftBank pada bulan Februari 2017.

Bitcoin hampir menyentuh USD 20 ribu (sekitar Rp 200 juta) pada puncak tertingginya di Desember 2017. Kini, penjualan bitcoin berkisar di harga USD 5.586 (Rp 78,8 juta).

Di bawah pimpinan miliarder Masayoshi Son, SoftBank memang fokus pada investasi teknologi berjangka panjang. Melalui SoftBank Vision Fund, perusahaan membanjiri Silicon Valley dengan dana hingga USD 100 miliar (Rp 1.412 triliun).

3 dari 3 halaman

Warren Buffett Tak Suka Bitcoin

Bagi kamu yang diajak teman untuk investasi uang kripto, mungkin ada baiknya kamu berpikir ulang, sebab Warren Buffet kembali memperingatkan "bahaya" mata uang kripto seperti Bitcoin.

Sang investor legendaris yang berjuluk 'Penyihir dari Omaha' itu menyebut membeli uang kripto seperti Bitcoin bukanlah investasi, melainkan tindakan spekulatif atau untung-untungan semata.

Secara implisit, Buffett pun menyarankan untuk membeli rumah atau peternakan saja bila ingin berinvestasi, karena hasilnya lebih jelas.

"Bila kamu membeli sebuah peternakan, sebuah rumah apartemen, atau sebuah interest dalam bisnis, kamu bisa melakukannya secara pribadi. Dan itu adalah investasi yang benar-benar sempurna. Kamu bisa melihat sendiri bagaimana investasi itu membuatmu untung," ucap Buffet seperti yang dikutip dari Yahoo! pada tahun lalu.

Jika menurut Buffett investasi berbentuk rumah dan peternakan adalah nyata, lain halnya dengan uang kripto.

"Sekarang bila kamu beli sesuatu seperti bitcoin atau mata uang kripto, maka kamu tidak memiliki apapun yang bisa menghasilkan. Kamu hanya berharap orang lain mau membayar lebih," ujarnya.

Selain menyebut membeli uang kripto adalah tindakan spekulatif, ia pun menyebut membeli Bitcoin lebih mirip seperti berjudi, dan bukan investasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.