Sukses

Elemen Rare Earth Jadi Senjata China di Perang Dagang?

Rare earth bisa menjadi kunci bagi China di perang dagang.

Liputan6.com, Beijing - Titik lemah Amerika Serikat (AS) mulai terkuak. Elemen rare earth asal China bisa menjadi senjata andalan menghadapi AS dalam perang dagang.

Melansir Reuters, elemen rare earth itu digunakan di berbagai produk, mulai dari iPhone, motor mobil listrik, mesin jet militer, satelit, bahkan laser. China merupakan produsen terbesar elemen itu di dunia.

China mengekspor 80 persen rare earth ke AS pada tahun 2014-2017. Selain itu, Adamas Intelligence menyebut China memiliki setidaknya 85 persen kapasitas dunia dalam mengolah rare earth menjadi material yang bisa terpakai industri manufaktur.

Butuh bertahun-tahun untuk bisa membangun kapasitas yang setara dengan China. Posisi dominan China itulah yang membuat rare earth berpotensi menjadi senjata untuk menjinakan AS di perang dagang.

Menurut situs Geology.com, elemen rare earth adalah seperti lanthanum, cerium, praseodymium, neodymium, dysprosium dan lain sebagainya. Mereka sebetulnya tidak "langka", tetapi pengolahannya tidak mudah.

Neodymium dan dysprosium digunakan untuk kendaraan listrik. Sementara lanthanum digunakan untuk night-vision goggle. Apple juga menggunakan elemen rare earth untuk pengeras suara, kamera, dan untuk membuat ponsel bergetar.

Elemen rare earth juga ditemukan di Australia, Brasil, India, Rusia, dan Vietnam. Sejauh ini, AS tidak menyertakan elemen rare earth ke produk China yang kena sanksi dalam perang dagang.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Upaya Mengurangi Ketergantungan ke China

Pada tahun 2018, AS mengimpor elemen rare earth senilai USD 160 juta atau Rp 2,2 triliun (USD 1 = Rp 14.190). Itu naik 17 persn dari tahun 2017. Sekitar 60 persen elemen earth rate itu digunakan untuk pemurnian minyak dan mobil listrik.

Pada Juni lalu, Kementerian Perdagangan AS memberi rekomendasi agar AS menunjang produksi rare earth mereka dalam negeri. Sebab, jika China menahan suplai maka akan ada disrupsi di rantai suplai dunia.

Sejauh ini, tambang Mountain Pass di California adalah satu-satunya fasilitas rare earth yang beroperasi di AS. Namun, pemilik tambang itu, MP Materials, mengirim 50 ribu konsentrat rare earth tiap tahunnya ke China untuk diproses.

Pihak China pun memberikan tarif 25 persen tarif impor ke barang-barang tersebut selama pihak dagang.

3 dari 3 halaman

Bertemu Xi Jinpin di G20

Presiden AS Donald Trump akan bertemu Xi Jinping dalam perhelatan G20 di Jepang pada akhir bulan ini. Kabar itu diumumkan langsung oleh Trump via Twitter.

"Berbincang dengan baik dengan Presiden Xi dari China. Kami akan melakukan pertemuan tambahan minggu depan di G-20 di Jepang. Masing-masing tim kami akan mulai pembahasan sebelum pertemuan kami berdua," ujar Trump.

Sebelumnya,Presiden Xi dikabarkan tidak akan hadir. Namun, Trump mengancam akan menaikkan tarif jika Xi benar tidak hadir. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.