Sukses

Cegah Ujaran Kebencian, Miliarder Roman Abramovich Sumbang Rp 71,2 Miliar

Miliarder Roman Abramovich mulai aktif memberi sumbangan untuk melawan kebencian agama.

Liputan6.com, Tel Aviv - Miliarder Roman Abramovich menyumbang USD 5 juta atau Rp 71,2 miliar (USD 1 = Rp 14.242) untuk melawan kebencian agama. Uang ini ia sumbangkan ke organisasi nirlaba Jewish Agency for Israel.

Dilaporkan Forbes, hadiah uang itu ia berikan setelah memulai kampanye "Say No to Antisemitism" untuk mengedukasi komunitas sepak bola mengenai kebencian kepada agama tertentu. Antisemitisme (kebencian terhadap agama Yahudi) dinilai sedang meningkat di Eropa.

Pemberian donasi ke organisasi Israel itu juga tak terlepas dari fakta bahwa Abramovich telah menjadi warga Israel. Miliarder itu mendapatkan kewarganegaraan Israel sejak tahun 2018.

Miliarder kelahiran Rusia itu juga memulai kampanye melawan segala jenis kebencian dan mempromosikan toleransi. Bulan lalu, ia dan miliarder Robert Kraft mengadakan pertandingan persahabatan yang hasil uangnya akan disumbangkan.

Dalam pertandingan bertema "Final Whistle On Hate", pertandingan antar Chelsea (milik Abramovich) dan Revolusion (milik Kraft) berhasil meraup sekitar USD 4 juta (Rp 56,9 miliar).

Uangnya disumbangkan ke (Liga Anti-Fitnah), Kongres Yahudi Dunia, serta sinagog Tree of Life di Pittsburgh, Philadelphia, yang sempat menjadi lokasi penembakan massal.

Berdasarkan daftar orang terkaya Forbes tahun ini, Roman Abramovich merupakan miliarder terkaya nomor 10 di Rusia dengan kekayaan USD 12,4 miliar (Rp 176,6 triliun). Usai pindah negara, kini ia jadi orang terkaya kedua di Israel meski ia terpaksa harus menjual saham di Rusia karena statusnya berganti menjadi warga asing.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Abramovich Ogah Jual Chelsea ke Miliarder Terkaya di Inggris

Sebelumnya dikabarkan, Roman Abramovich tidak berminat menjual klub sepak bola Chelsea. Bos perusahaan tambang ini bahkan tak tertarik terhadap minat orang terkaya di Inggris, Sir Jim Ratcliffe.

Dilaporkan ESPN, Sir Jim Ratcliffe mulai bertanya-tanya mengenai ketersediaan Chelsea pada Mei tahu lalu. Abramovich ternyata sama sekali belum pernah berbincang dengan Ratcliffe mengenai itu.

Sumber menyebut Abramovich masih berkomitmen mengurus klub yang ia beli pada Juli 2003 lalu. Uang sebesar 1,13 miliar pound sterling telah ia kucurkan dari kantongnya demi membesarkan Chelsea.

Hinggai bulan lalu, valuasi Si Biru adalah sekitar 4 miliar pound sterling. Angka itu fantastis mengingat Abramovich membeli klub itu hanya seharga 140 juta pound sterling.

Sementara, The Times menyebut Sir Ratcliffe menawar hingga 2 miliar pound sterling saja. Hingga kini, ia diketahui masih terus mencoba membeli Chelsea meski sang miliarder adalah penggemar Manchester United.

Sir Jim Ratcliffe adalah bos perusahaan petrokimia dengan kekayaan mencapai 21 miliar pound sterling. Sementara, Abramovich adalah miliarder terkaya di Israel sejak mendapat kewarganegaraan Rusia dan Israel tahun lalu.

Sampai saat ini, Abramovich tidak bisa masuk ke Inggris karena masalah visa. Menegangnya hubungan Rusia dan Inggris disebut memengaruhi kejadian ini.

3 dari 3 halaman

Bukan Soal Duit, Ini Pesan Miliarder Michael Bloomberg buat Generasi Muda

Miliarder lain yang hobi menyumbang adalah Michael Bloomberg.

Ternyata uang bukanlah sesuatu yang kerap didengungkan miliarder dunia, seperti Michael Bloomberg yang menegaskan jika uang bukanlah segalanya. Bahkan buat generasi muda, miliarder ini berkata banyak hal yang lebih bermakna ketimbang gaji semata.

Pemimpin perusahaan Bloomberg itu menyampaikan pesannya pada sebuah acara yang berlangsung di Harvard Business School. Begitu mencari kerja setelah lulus, Bloomberg mengimbau untuk fokus pada kebahagiaan dan kesempatan untuk berkembang.

"Ketika kamu menimbang pilihan kerja, bahkan jika di masa depan ketika kamu ingin mengubah karier, buanglah gaji dari pertimbangan," ujar Bloomberg seperti dikutip The Ladders.

"Apa yang penting bagi kariermu bukanlah gaji awal, melainkan perkembangan dan kebahagiaan. Uangnya akan menyusul kelak," lanjutnya.

Berdasarkan pengalaman Bloomberg selama setengah abad di dunia politik dan bisnis, ia turut berkata bahwa masyarakat lebih menaruh hormat kepada orang yang bisa membuat perubahan ketimbang sekadar punya uang. 

"Dan saya bisa memberitahumu, setelah 50 tahun lebih di dunia bisnis dan pemerintahan, orang-orang lebih banyak respek ke mereka yang menciptakan perbedaan di masyarakat ketimbang kepada orang yang hanya menghasilkan uang," ujar Bloomberg ke para mahasiswa.

Nasihat lain yang miliarder itu tawarkan ke para pemuda adalah ajakan jujur, dermawan, menghindari sifat rakus, dan agar jangan meremehkan nilai pegawai.

Kepada para calon pemimpin bisnis, ia mengingatkan bahwa banyak perusahaan yang justru menggaji karyawan dengan kecil, sementara gaji CEO terlampau besar. Bloomberg menilai hal itu justru tidak tepat.

"Di Bloomberg, kami membayar pegawai dengan baik, kami berinvestasi pada pelatihan dan pendidikan mereka, dan kami menawarkan benefit terbaik dari industri. Sebagai gantinya, pegawai kami membayar balik sepuluh kali lipat lewat pengabdian dan loyalitas mereka," ujar Bloomberg.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.