Sukses

PLTD PLN Siap Pakai Solar Campur 30 Persen Biodiesel

PT PLN (Persero) siap menyerap 30 persen biodiesel yang dicampur dengan solar (B30), sebagai bahan bakar PLTD.

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) siap menyerap 30 persen biodiesel yang dicampur dengan solar (B30), sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang dioperasikan.

Pelaksana Tugas, Direktur Utama PT PLN (Persero), Djoko Abdumanan mengatakan, PLTD yang siap menyerap B30 mencapai 4.435 unit. Sebelumnya pembangkit tersebut sudah menggunakan campuran 20 persen biodiesel dengan solar (B20).

"Jadi kalau mau pakai B30 juga kapan saja mau masuk bisa saja," kata Djoko, di Jakarta, Senin (17/6/2019). 

Djoko menuturkan, PLTD yang beroperasi saat ini mampu menyerap campuran 60 persen biodiesel dengan solar, sehingga tidak bermasalah jika menerapkan program B30.

"Jadi PLTD PLN sebenarnya siap saja dengan program B 30," ujar Djoko.

Djoko mengungkapkan, penerapan B30 untuk 4.435 unit PLTD mampu menyerap biodiesel sebanyak 660 kilo liter (Kl), serapan tersebut meningkat dari penerapan B20 sebesar 451.723 Kl.

4.435 unit PLTD tersebut tersebar di seluruh belahan Indonesia menghasilkan listrik 4.077 Mega Watt (MW). "Ya kalau misalnya B30, tandanya serapan famenya pasti akan lebih tinggi lagi," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Seluruh PLTD Bakal Gunakan Dua Bahan Bakar

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menargetkan dalam dua tahun ke depan seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menggunakan dua bahan bakar (hybrid).

Jonan mengatakan, saat ini ada PLTD dengan kapasitas 1.800 Mega Watt (MW) yang dioperasikan PT PLN (Persero). Dalam dua tahun ke depan, bahan bakar pembangkit tersebut akan dikolaburasikan (hybrid) menggunakan gas atau Energi Baru Terbarukan (EBT).

"PLN mengoperasikan 1.800 MW diesel kecil-kecil. Dua tahun ini bikin hybrid, mungkin pakai PLTG dan PLTS," kata Jonan, di Jakarta, Selasa, 2 April 2019.

Selain menerapkan sistem hybrid, sebagian pembangkit diubah bahan bakarnya yang semula menggunakan Solar menjadi minyak kelap sawit.

"Minyak diesel diganti CPO. Jadi pembangkit listrik pakai minyak sawit. Enggak usah diolah," tuturnya.

PLN pun sedang mengalihkan pemakaian bahan bakar keempat ‎pembangkit listrik menjadi menggunakan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO). Hal ini merupakan upaya mengurangi penggunaan energi fosil pada sektor ketenagalistrikan.

 

3 dari 3 halaman

Pelopor

Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty Roekman mengatakan, empat pembangkit yang menjadi pelopor pengalihan pemakaian bahan bakar ke CPO sedang tahap uji coba.

Pembangkit tersebut adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Batakan 50 Megawatt (MW) di Balikpapan, Kalimantan Timur, PLTD Supa di Pare-Pare dengan kapasitas 62 MW dan PLTD Kanaan di Bontang Kalimantan Timur berkapasitas pembangkit listrik sebesar 10 MW, dan‎ Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG)‎ PLTMG Jayapura dengan kapasitas 10 MW di Papua.

Menurut Syovfi, untuk mengalihkan bahan bakar pembangkit listrik tersebut, PLN harus memodifikasi pembang‎kit dan mengubah beberapa komponen.

Namun tak disebutkan nilai investasi yang dibutuhkan untuk peralihan penggunaan bahan bakar tersebut. "Ada investasi baru, tapi saya lupa angkanya berapa," tandasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.