Sukses

China: Pelarangan Huawei adalah Pemerasan ala Donald Trump

China menilai pelarangan Huawei oleh pemerintah AS hanya memperkeruh perang dagang.

Liputan6.com, Brussels - China tidak terima dengan pelarangan Huawei di Amerika Serikat (AS). Keputusan yang diambil oleh Presiden AS Donald Trump itu dinilai China sebagai upaya bullying, pemerasan, serta bermotivasi politik.

Pelarangan ini terjadi di tengah negosiasi perang dagang. China pun menganggap AS kerap memperkeruh momentum positif dalam negosiasi antar kedua negara.

"Amerika Serikat berulang-ulang menciptakan masalah pada saat konsultasi, menjatuhkan momentum positif yang terbentuk dalam proses negosiasi yang sulit dan berat, dan mencari keuntungan tidak sah lewat bullying dan pemerasan," ujar Duta Besar China untuk Uni Eropa, Zhang Ming, seperti dikutip Bloomberg.

Selain menyebut pelarangan Huawei bernuansa politik, AS juga dituding berusaha menjatuhkan Huawei lewat jalur administratif. China pun meminta AS tidak melanjutkan pelarangan ini karena menganggu relasi dua negara.

Meski demikian, China dipastikan siap membalas tindakan pelarangan Huawei, walau saat ini masih di tahap wait and see. Zhang Ming juga menegaskan negaranya memiliki hak untuk membela perusahaan-perusahaan mereka.

"China memiliki tekad tak tergoyahkan untuk membela hak dan kepentingan sahnya. Jika AS ingin bertarung, kami akan meladeninya sampai akhir dan kami akan bertarung dengan sungguh-sungguh. Dengan kata lain, bolanya ada di pengadilan AS," ucap Zhang Ming yang turut menyebut China tetap membuka pintu dialog.

Presiden Donald Trump melarang pemakaian produk Huawei karena dipandang membahayakan keamanan nasional. Pihak Huawei merespons dengan berkata AS akan rugi akibat pelarangan ini karena Huawei memiliki keunggulan di bidang 5G.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Google Putuskan Kerjasama dengan Huawei

Google dikabarkan telah putuskan kerjasamanya dengan perusahaan teknologi asal Tiongkok, Huawei. Keputusan ini didasarkan pada perintah Presiden Donald Trump yang dengan tegas melarang perusahaan AS bertransaksi dengan Huawei. 

Imbasnya, Huawei kehilangan dukungan terhadap update sistem operasi Android. SmartphoneHuawei yang bakal diluncurkan di luar Tiongkok tidak akan bisa menikmati layanan aplikasi Google seperti Gmail dan Google Play.

Selain itu, Google juga bakal menghentikan dukungan teknis untuk Huawei, seperti yang dikutip dari laman Cnet.

Pekan lalu, Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang menyatakan ancaman musuh asing terhadap jaringan komunikasi, teknologi, dan layanan sebagai darurat nasional.

Perintah itu membatasi keterlibatan asing dalam jaringan operator nasional, diikuti dengan langkah Departemen Perdagangan Amerika yang menambahkan Huawei ke daftar hitam perdagangannya.

Alasan utama mengapa Amerika melakukan ini adalah karena Huawei punya keterikatan erat dengan pemerintah Tiongkok, dan Amerika takut kalau device Huawei digunakan untuk memata-matai negara. Huawei sendiri sudah membantah kalau produknya membahayakan.  

3 dari 3 halaman

Masih Bisa Diakses Lewat Open Source

Kabar baiknya, perusahaan teknologi ini masih bisa mengakses versi Android terbaru lewat lisensi open source, sehingga pengguna tidak perlu khawatir.

Sebelumnya, Huawei secara langsung menyatakan perintah eksekutif itu bakal "melukai" peluncuran 5G di Amerika Serikat.

CEO Huawei Ren Zhengfei menyatakan, pertumbuhan perusahaan imbas pelarangan ini mungkin akan sedikit lambat, namun hanya mempengaruhi sedikit secara keseluruhan.

Baik Google maupun Huawei belum berkomentar secara resmi tentang masalah ini. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.