Sukses

Trump Bakal Tetap Naikkan Tarif Impor Produk China

Presiden AS Donald Trump menegaskan tidak mundur pada pemberlakukan tarif baru impor barang China kecuali pemerintahan China berhenti menipu pekerja AS.

Liputan6.com, Washington - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengatakan, China "melanggar kesepakatan" yang telah dicapai dalam pembicaraan perdagangan dengan AS.

Ia pun menegaskan tidak mundur pada pemberlakukan tarif baru impor barang China kecuali pemerintahan China berhenti menipu pekerja AS.

Kantor perwakilan dagang AS mengumumkan tarif impor barang China senilai USD 200 miliar akan meningkat menjadi 25 persen dari 10 persen pada Jumat pekan ini.

Hal ini tepat di tengah pertemuan dua hari antara Wakil Perdana Menteri China Liu He dan pejabat perdagangan utama Trump di Washington, AS. Dengan pengenaan tarif jadi impor barang China dikenakan bea masuk.

Trump menuduh China melanggar kesepakatan dan Beijing akan membayar jika tidak ada kesepakatan tercapai.

"Saya baru saja mengumumkan bahwa kami akan menaikkan tarif di China dan kami tidak akan mundur hingga China berhenti menipu pekerja kami dan mencuri pekerjaan kami. Itulah yang akan terjadi, jika tidak, kami tidak harus melakukan bisnis dengan mereka,” ujar Trump, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (9/5/2019).

"Mereka melanggar kesepakatan," ia menambahkan.

Donald Trump menuturkan, China tidak bisa melakukan itu dan akan membayar. Jika tidak membuat kesepakatan, tidak ada salahnya menerima lebih dari USD 100 miliar per tahun. Komentar Trump memicu aksi jual di pasar Asia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

China Bakal Membalas

Pemerintahan China mengumumkan akan membalas jika tarif impor naik. “Pihak China sangat menyesalkan bahwa jika langkah-langkah tarif AS diterapkan, China harus mengambil tindakan balasan yang diperlukan,” tulis Kementerian Perdagangan China di webnya.

Dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut telah terlibat dalam perang tarif yang ketat sejak Juli 2018 atas tuntutan AS kalau pembangkit tenaga listrik Asia mengadopsi perubahan kebijakan antara lain lebih melindungi kekayaan intelektual AS, dan membuat pasar China lebih mudah diakses perusahaan AS

Harapan baru-baru ini menanjak tinggi sehingga kesepakatan bisa dicapai, tetapi terjadi keretakan atas perjanjian yang diusulkan pada akhir pekan lalu.

Mengutip sumber Reuters, China telah mundur pada hampir semua aspek dari rancangan perjanjian perdagangan, mengancam akan ganggu negosiasi dan Trump menaikkan tarif.

Trump yang menerapkan sebagian besar kebijakan proteksionis dari agendanya “America First” memperingatkan China pada Rabu waktu setempat keliru jika berharap menunda kesepakatan perdagangan.

"Alasan mundurnya China dan upaya negosiasi ulang dari kesepakatan perdagangan adalah harapan tulus mereka akan dapat “bernegosiasi” dengan Joe Biden atau salah satu Demokrat yang sangat lemah," tulis Trump dalam akun media sosial Twitter.

"Coba tebak itu tidak akan terjadi, China baru saja memberi tahu kami bahwa mereka (Wakil Perdana Menteri) sekarang datang ke AS untuk membuat kesepakatan. Kita akan lihat, tapi saya sangat senang dengan lebih dari USD 100 miliar per tahun dalam mengisi kas," ia menambahkan.

 

 

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Wakil Manajer Kampanye Biden, Kate Bedingfield kritik Trump. Ia mengatakan, kalau petani AS, pemilik usaha kecil dan konsumen yang terkena perang tarif impor.

Sementara itu, White House Press Secretary Sarah Sanders menuturkan, pemerintahan Trump telah menerima "indikasi" kalau China menginginkan kesepakatan.

Pemerintahan AS menuntut China mengubah praktik perdagangan dan peraturannya termasuk melindungi kekayaan intelektual AS dari pencurian dan pemaksaan paksa ke perusahaan-perusahaan China, mengekang subsidi pemerintah China dan meningkatkan akses AS ke pasar-pasar China.

Trump juga telah mencari kenaikan besar dalam pembelian di sektor pertanian AS, energi, dan produk manufaktur AS untuk mengecilkan defisit perdagangan AS yang lebar dengan China.

Pengamat di Pusat Kajian Strategis dan Internasional, Scott Kennedy menuturkan, perundingan berada pada tahap sulit da sangat bergantung pada proposal seperti apa yang akan dibawa Wakil Perdana Menteri China Liu ke Washington.

"Saya pikir pemerintahan Trump cukup serius tentang mengenakan tarif. Saya tidak berpikir Liu He akan setuju untuk datang jika dia hanya akan memberi kuliah pada AS," ujar Kennedy.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.