Sukses

Indeks Tendensi Konsumen Terkoreksi pada Kuartal I 2019

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Tendensi Konsumen (ITK) nasional pada Kuartal I-2019 sebesar 104,35.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Tendensi Konsumen (ITK) nasional pada Kuartal I-2019 sebesar 104,35.

Angka ini menurun jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yakni berada di posisi 106,28. Sementara jika dibanding kuartal IV-2018 posisinya juga menurun dengan posisi pada periode tersebut sebesar 110,54.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, posisi penurunan ini disebabkan oleh ketiga faktor komponen pembentuk. Ketiga komponen tersebut masing-masing telah menurun dibandingkan pada kuartal sebelumnya.

Adapun pendapatan rumah tangga hanya berada diposisi 101,66, merosot bila dibanding kuartal sebelumnya yang sebesar 109,98.

Kemudian juga konsumsi rumah tangga terkoreksi dari posisi sebelumnya 109,30 menjadi 105,86. Lalu, volume konsumsi bahan makanan juga turun dari posisi 113,44 menjadi 108,83.

"Meski tercatat turun hal ini menunjukan bahwa posisi indeks secara umum konsumen merasakan perbaikan kondisi ekonomi, namun dengan optimisme yang lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya," katanya saat di Kantornya, Jakarta, Senin (6/5/2019).

Suhariyanto mengatakan, peningkatan kondisi ekonomi konsumen di tingkat regional ini terhadu di 23 provinsi. Nilai ITK tertinggi terjadi di Provinsi DI Yogyakarta mencapai sebesar 115,55 dan terendah berada di Nusa Tenggara Timur (NTT) yakni 86,63.

Kendati demikian, pria yang kerap disapa Kecuk ini memprediksi kondisi ekonomi terhadap indeks tendensi konsumen kuartal II-2019 diperkirakan akan meningkat. Perkiraan nilai ITK kata, Kecuk bakal berada di 120,90.

Seperti diketahui, ITK adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan BPS melalui Survei Tendensi Konsumen (STK).

ITK merupakan indeks komposit persepsi rumahtangga mengenai kondisi ekonomi konsumen dan perilaku konsumsi terhadap situasi perekonomian pada kuartal berjalan dan perkiraan pada kuartal mendatang.

 

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kondisi Indeks Bisnis Turun pada Kuartal I 2019

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Tendensi Bisnis (ITB) mencapai 102,10 pada kuartal I-2019. Posisi ini turun apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar 106,28. Sementara, jika dibandingkan dengan kuartal IV-2018, ITB tercatat sebesar 104,71.

"Kondisi bisnis Kuartal I-2018 sebesar 102,10, namun optimisme pelaku bisnis lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya," kata Kepala BPS, Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Senin, 6 Mei 2019.

Adapun penyebab penurunan antara lain didorong beberapa kategori lapangan usaha. Seperti konstruksi mengalami penurunan dari posisi ITB sebesar 104,14 pada kuartal I-2018 menjadi 98,95 di kuartal I-2019.

Kemudian kategori lapangan usaha lain yang tercatat turun adalah pengadaan listrik dan gas. Dari posisi ITB tahun lalu sebesar 114,58 kini merosot ke posisi 98,41. Penurunan ini diikuti sektor jasa pendidikan, dari sebelumnya posisi ITB sebesar 111,98 menjadi 98,35.

Kendati demikian, pria yang kerap disapa Kecuk ini mengatakan, peningkatan kondisi bisnis pada kuartal I-2019 ini terjadi pada 10 kategori lapangan usaha. Kondisi bisnis yang membaik dan optimisme pelaku bisnis tertinggi terjadi pada katagori jasa keuangan dan asuransi hingga sektor pertanian.

"Berdasarkan sektornya yang tumbuh bagus jasa keuangan dan asuransi, disusul pertanian kehutanan dan perikanan," tutur dia.

Kecuk menambahkan, meski tercatat mengalami penurunan, kondisi bisnis pada kuartal II-2019 diperkirakan meningkat dengan optimisme pelaku bisnis yang lebih tinggi dari kuartal sebelumnya.

"Di Kuartal II-2019 optimismenya meningkat karena ITB-nya meningkat menjadu 106,44 kalau diliat dengan adanya Ramadhan dan Lebaran mereka melihat permintaan akan meningkat sehingga ITB order dalam negeri meningkat," dia menambahkan

"Peningkatan kondisi bisnis diperkirakan terjadi pada seluruh kategori lapangan usaha kecuali kategori lapangan usaha pertambangan dan penggalian," tandas Kecuk.

 

3 dari 3 halaman

Pemicu Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,07 Persen pada Kuartal I

Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,07 persen pada kuartal I-2019. Angka ini naik tipis apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,06 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2019 dipengaruhi beberapa hal. Dari sisi pengeluaran jumlah konsumsi rumah tangga tumbuh positif sebesar 5,01 persen.

Posisi pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2019 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,94 persen. Namun jika dibandingkan kuartal-IV 2018, posisi konsumsi rumah tangga mencapai 5,08 persen atau menurun jika dibanding posisi sekarang.

"Konsumsi rumah tangga tumbuh positif. Sebesar 5,01 persen. Lumayan bagus dibanding kuartal I-2018. Ada beberapa yang tumbuh tinggi dan beberapa tertahan," ujarnya di Kantornya, Jakarta, Senin (6/5/2019).

Pria yang akrab disapa Kecuk ini menyebut salah satu pertumbuhan terhadap konsumsi rumah tangga bisa dilihat dari komponen makanan dan minuman, selain restoran yang tumbuh sebesar tumbuh 5,29 persen.

Kemudian diikuti dengan kesehatan dan pendidikan sebesar 5,66 persen. Sementara sisanya mengalami perlambatan.

Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah juga tumbuh positif. Ini ditandai dengan kenaikan belanja barang dan jasa, serta belanja pegawai.

"Konsumsi pemerintah tumbuh positif sebesar 5,21 persen. Penyebab ada kenaikan realisasi belanja barang dan jasa pegawai dan bansos tunai itu yang sebabkan konsumsi pemerintah bergerak," jelas dia.

Kecuk menambahkan, apabila dilihat dari sisi produksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,07 persen ini juga didorong sektor lapangan usaha. Salah satunya, melalui pertanian yang tumbuh positif sebesar 12,65 persen.

"Terutama pada tanaman perkebunan karena peningkatan produksi kelapa sawit, teh, dan kopi," jelasnya.

Di sisi lain, pertumbuhan industri pengolahan non migas juga tumbuh positif terutama pada industri makanan minuman khususnya produksi CPO yang meningkat.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.