Sukses

Sepi Sentimen Positif, Saham Garuda Indonesia Kembali Merosot

Saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kembali lanjutkan koreksi pada pekan ini periode 29 April-3 Mei 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kembali lanjutkan koreksi pada pekan ini periode 29 April-3 Mei 2019.

Berdasarkan data RTI, saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melemah 8,51 persen selama sepekan dari 29 April-3 Mei 2019.

Saham GIAA ditutup di level Rp 430 per saham pada 3 Mei 2019. Pada Jumat kemarin, saham GIAA turun 4,02 persen.  Sedangkan selama pekan ini, saham GIAA sempat merosot ke level terendah Rp 426 per saham dan tertinggi Rp 480 per saham.

Volume perdagangan saham sekitar 111.696.369 saham dengan nilai transaksi Rp 50,7 miliar. Total frekuensi perdagangan saham 10.179 kali.

Analis menilai, pelemahan saham Garuda Indonesia masih wajar mengingat laju IHSG yang tertekan. Pelemahan saham selama sepekan ini juga diikuti dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merosot selama sepekan. IHSG melemah 1,28 persen dari posisi 6.401 pada 27 April 2019 menjadi 6.319,45 pada Jumat 3 Mei 2019.

"Wajar saham Garuda Indonesia masih turun. Selain minim sentimen positif. Tren minor saham ini juga tren turun, ditambah IHSG juga lagi kurang bagus,” ujar Analis PT OSO Sekuritas, Sukarno Alatas saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu, (4/5/2019).

Meski demikian, Sukarno menilai, saat ini sepi sentimen positif untuk Garuda Indonesia menekan harga sahamnya. Hal itu termasuk laporan keuangan PT Garuda Indonesia Tbk periode 2018 yang masih tuai polemik.

"Salah satu juga. Jadi orang sedikit mengalihkan ke saham lain. Minim berita positif," tutur dia.

Hal senada dikatakan Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji. Saham-saham yang tertekan pengaruhi laju IHSG. "Sebab pada pekan ini kinerja IHSG mengalami pelemahan," kata dia.

Pada pekan lalu periode 22 April-26 April 2019, saham GIAA tergelincir 6 persen ke posisi Rp 470 per saham. Pekan lalu, saham GIAA sempat berada di level tertinggi 515 per saham dan terendah 446 per saham. Total volume perdagangan 291.348.157 saham dengan nilai transaksi Rp 140,3 miliar. Total frekuensi perdagangan saham 19.204 kali. Penurunan saham Garuda Indonesia tersebut juga didorong dari kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia periode 2018.

Bila melihat sepanjang tahun berjalan 2019, saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) cenderung menguat bahkan masuk top gainers. Saham GIAA menguat 44,30 persen ke posisi Rp 430 per saham.

Pada tahun berjalan 2019, saham GIAA sempat berada di level tertinggi 635 dan terendah 282 per saham. Volume perdagangan saham 5,58 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,7 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 293.644 kali.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Garuda Perlu Beri Penjelasan Rinci kepada Investor soal Polemik Laporan Keuangan

Sebelumnya, Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan turut mengomentari kinerja saham PT Garuda Indonesia Tbk. Dia mengemukakan sejumlah hal yang dapat dilakukan manajemen untuk memperbaiki kinerja saham.

Menurut Katarina, anjloknya saham maskapai pelat merah tersebut, lantaran tidak sesuai dengan ekspektasi pasar. Hal itu membuat investor kecewa. "Mungkin itu tidak sesuai dengan ekspektasi pasar ya. Jadi ada kekecewaan sesaat," kata dia, saat ditemui, di Gedung Sampoerna Strategic Square, Kamis, 2 Mei 2019.

Hal yang perlu dilakukan manajemen Garuda saat ini, kata Katarina, yakni memberikan penjelasan terperinci terkait kisruh laporan keuangan perseroan. Hal tersebut diharapkan dapat memperbaiki sentimen investor.

"Tapi kalau manajemen bisa menjelaskan dengan lebih rinci kenapa itu terjadi, tidak sesuai dengan perkiraan, langkah-langkah apa yang akan dilakukan seterusnya, mungkin itu akan lebih baik untuk saham Garuda ke depan," tandasnya.

Seperti diketahui, kisruh penyajian laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018, dimulai ketika dua komisaris tak sependapat dengan manajemen dalam membukukan laporan keuangan. Polemik tersebut disebut telah berdampak pada anjloknya harga saham perseroan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.