Sukses

Harga Minyak Anjlok 3 Persen karena Trump Paksa OPEC Tingkatkan Produksi

Pada perdagangan Kamis, harga aminyak Brent naik di atas USD 75 per barel untuk pertama kalinya di tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun 3 persen pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta), usai Presiden AS Donald Trump kembali menekan Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC untuk meningkatkan produksi minyak mentah untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Mengutip Reuters, Sabtu (27/4/2019), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup pada USD 72,15 per barel, turun USD 2,20 atau 3 persen. Sedangkan untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir pada USD 63,30 per barel, turun USD 1,91 atau 2,9 persen.

Harga minyak Brent mendatar pada minggu setelah reli selama empat minggu berturut-turut. Sedangkan hara minyak WTI membukukan kerugian mingguan 1,2 persen sehingga memangkas kenaikan selama enam minggu yang dicetak sebelumnya.

Pelaku pasar mengatakan, komentar dari Trump, meskipun kurang spesifik, cukup menjadi katalis atau pendorong yang memacu investor untuk mengambil keuntungan setelah kenaikan panjang.

Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia telah memanggil OPEC dan mengatakan kepada organisasi tersebut untuk menurunkan harga minyak mentah, tanpa mengidentifikasi siapa yang ia ajak bicara.

Sejak menjabat sebagai Presiden AS, Trump memmang selalu mendorong OPEC pada banyak kesempatan untuk menurunkan harga minyak mentah. Permintaan tersebut tak hanya dilakukan pada pertemuan resmi bahkan melalui media sosial seperti twitter.

Komentar yang dilontarkan oleh Trump cenderung memiliki efek sementara di pasar.

Namun terlepas dari itu, kata-kata yang dikeluarkan oleh Trump pada hari Jumat tersebut sudah cukup untuk merobohkan pasar minyak setelah mengalami kenaikan selama beberapa minggu.

"Begitu komentar itu keluar, cukup menjadi amunisi untuk membuat orang mengangkat posisi buy," kata Josh Graves, analis senior di RJO Futures di Chicago.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sentuh USD 75 per Barel

Pada perdagangan Kamis, harga aminyak Brent naik di atas USD 75 per barel untuk pertama kalinya di tahun ini setelah Jerman, Polandia dan Slovakia menangguhkan impor minyak mentah Rusia melalui pipa besar karena adanya kontaminasi.

Rusia mengatakan berencana untuk memulihkan pasokan minyak melalui pipa Druzhba yang menjadi kunci pennyaluran ke Eropa dalam dua minggu.

Harga minyak mentah berjangka telah naik lebih dari 30 persen tahun ini setelah OPEC dan beberapa sekutu memotong pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari, dan sanksi kepada Venezuela dan Iran telah mengurangi produksi.

3 dari 3 halaman

Perdagangan Sebelumnya

Harga minyak mentah Brent menembus USD 75 per barel pada hari Kamis (Jumat pagi WIB) untuk pertama kalinya dalam hampir enam bulan setelah kekhawatiran tertundanya beberapa ekspor minyak mentah Rusia ke Eropa, sementara Amerika Serikat (AS) bersiap untuk memperketat sanksi terhadap Iran.

Dilansir dari Reuters, Jumat (26/4/2019), Polandia dan Jerman menghentikan sementara impor minyak mentah Rusia melalui pipa Druzhba, dengan alasan kontaminasi. Pipa itu dapat mengirimkan hingga 1 juta barel per hari, atau 1 persen dari permintaan minyak mentah global, dan sekitar 700.000 barel per hari alirannya ditangguhkan, menurut sumber perdagangan dan perhitungan Reuters.

Rusia, pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia, berencana untuk mulai memompa bahan bakar bersih ke Eropa melalui pipa pada 29 April.

Harga minyak mentah Brent berjangka naik USD 43 sen menjadi USD 75,00 per barel setelah reli ke tertinggi USD 75,6 per barel, tertinggi sejak 31 Oktober.

Harga minyak mentah antara West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan USD 8 sen lebih rendah menjadi USD 65,81 per barel, setelah mencapai sesi tinggi USD 66,28.

Persediaan minyak mentah AS pekan lalu naik 5,5 juta barel ke level tertinggi sejak Oktober 2017 di 460,6 juta barel, karena stok di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman untuk WTI naik 463.000 barel, data pemerintah AS menunjukkan pada hari Rabu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.