Sukses

Bank Dunia: Ekonomi China Turun, Indonesia Bisa Bertahan

Bank Dunia menyebut ekonomi Indonesia tak akan terseret pelambatan ekonomi China.

Liputan6.com, Bangkok - Bank Dunia membahas pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik yang akan sedikit melemah tahun ini. Pertumbuhan tahun ini adalah 6,0 persen, sementara tahun lalu 6,3 persen.

Penyebabnya adalah tantangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Ekonomi China diprediksi melemah tahun ini menjadi 6,2 persen, sementara tahun 2018 sebesar 6,6 persen.

Tantangan global memberi risiko 500 juta orang terancam kembali jatuh miskin. Namun, Bank Dunia percaya wilayah Asia Timur dan Pasifik akan tetap kuat karena permintaan domestik mampu mengimbangi perlambatan ekspor.

"Pertumbuhan ekonomi yang tangguh di kawasan ini sepatutnya berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan lebih lanjut, yang kini telah mencapai posisi terendah dalam sejarah. Hingga tahun 2021, kami memperkirakan kemiskinan ekstrem akan turun di bawah 3 persen, ujar Victoria Kwakwa, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, dalam pernyataan yang diterima Liputan6.com.

Lantas bagaimana nasib Indonesia? Bank Dunia menyebut ada sejumlah negara di Asia Tenggara yang ekonominya akan ikut melemah tahun ini, tetapi Indonesia termasuk yang mampu bertahan.

Bagi Indonesia dan Malaysia, perlambatan ekonomi China diprediksi tidak ikut menyeret turun ekonomi, melainkan masih stabil seperti tahun sebelumnya. 

Berdasarkan laporan Bank Dunia yang rilis awal tahun ini berjudul Darkening Skies, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 dan 2019 akan sama-sama 5,2 persen meski ekonomi dunia mengalami perlambatan.

Ini berbeda dari pertumbuhan Thailand dan Vietnam diperkirakan akan sedikit lebih rendah pada 2019. Sementara itu, penundaan pengesahan anggaran pemerintah nasional di Filipina untuk tahun 2019 diperkirakan akan membebani pertumbuhan PDB pada 2019, tetapi pertumbuhan diperkirakan akan meningkat pada 2020. 

Akan tetapi Bank Dunia, turut memberi peringatan soal faktor global. Berikut penjelasan Bank Dunia:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dunia Harus Tetap Waspada

Bank Dunia yakin prospek ekonomi Asia Timur dan Pasifik umumnya tetap positif. Dengan catatan, pemerintah perlu mewaspadai faktor tekanan yang meningkat sejak tahun 2018 dan masih bisa berdampak buruk, salah satunya perang dagang.

"Berlanjutnya ketidakpastian akibat beberapa faktor termasuk perlambatan lebih lanjut di negara maju, kemungkinan perlambatan yang lebih cepat dari perkiraan di Tiongkok, dan ketegangan perdagangan yang belum terselesaikan,” kata Andrew Mason, World Bank Acting Chief Economist for the East Asia and Pacific.

Solusi dari Bank Dunia terdiri atas solusi jangka pendek dan menengah. Dalam jangka pendek, laporan Bank Dunia mengangkat perlunya penguatan penyangga, termasuk membangun kembali cadangan internasional yang diambil untuk mengelola gejolak nilai tukar pada tahun 2018.

Kebijakan moneter juga disarankan perlu disesuaikan agar lebih netral karena risiko arus keluar modal telah berkurang. Bank Dunia menyoroti pentingnya reformasi struktural yang berkelanjutan dalam jangka menengah – untuk meningkatkan produktivitas, mendorong daya saing, menciptakan peluang yang lebih baik untuk sektor swasta, dan memperkuat modal manusia.

Selain itu, investasi berkelanjutan pada program bantuan sosial dan asuransi untuk melindungi mereka yang paling rentan. Ini mengingat daerah Asia Timur dan Pasifik memiliki cakupan bantuan sosial terendah bagi dua puluh persen penduduk termiskin dibandingkan wilayah berkembang lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini