Sukses

Realisasi Subsidi Energi Capai Rp 20,1 Triliun

Realisasi subsidi 3 bulan pertama tahun ini melambat karena pada periode yang sama tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan mencatat realisasi belanja negara untuk subsidi energi hingga Maret 2019 sebesar Rp 20,1 triliun. Realisasi ini turun 20,3 persen dibanding periode serupa tahun lalu, di mana untuk kuartal-I 2018 belanja subsidi energi mencapai Rp 25,3 triliun.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan, realisasi subsidi 3 bulan pertama tahun ini terlihat melambat karena pada periode yang sama tahun lalu pemerintah melakukan pembayaran subsidi audit tahun sebelumnya atau 2017.

"Subsidi energi lebih kecil disebabkan pada 2018 itu kita sudah melunasi kekurangan pelunasan subsidi hasil audit ditahun-tahun sebelumnya baik PLN maupun Pertamina," ujar Askolani saat memberikan keterangan pers di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (22/4/2019).

Sementara itu, rincian untuk subsidi energi di kuartal I-2019 untuk subsidi BBM dan LPG sebesar Rp 12,1 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp 8 triliun. Jika dihitung, masing-masing subsidi ini turun 22,7 persen dan 16,6 persen dibanding periode serupa tahun lalu.

Askolani melanjutkan, hingga kini Kemenkeu belum berencana melakukan pelunasan subsidi kepada dua perusahaan milik negara tersebut. Pelunasan subsidi untuk penugasan penyediaan energi baik listrik atau BBM akan dilakukan pada kuartal II tahun ini.

"Di 2019 ini kita belum ada pelunasan untuk kegiatan kurang bayar itu. Jadi masih betul-betul baseline kegiatan subsidi sampai Maret. Ada indikasi di 2019 kita juga akan lunasi baik di kuartal II mungkin akan ada sedikit subsidi tambahan untuk kurang bayar di 2017,2018."

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kini BBM Satu Harga Tersebar di 124 Titik

PT Pertamina (Persero) telah menjalankan BBM Satu Harga mencapai 124 titik daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T) wilayah Indonesia.

Hal ini mendapat sambutan masyarakat, terlihat dengan realisasi volume penyaluran pada Desember 2018 yang mencapai sebanyak 88.543 Kilo Liter (KL) per bulan.

VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menyebutkan, 124 titik BBM Satu Harga tersebut  tersebar di Papua sebanyak 28 titik, Kalimantan 27 titik, Sumatera 24 titik, Nusa Tenggara 16 titik, Sulawesi  14 titik, Maluku 11 titik dan Jawa – Bali 4 titik.

"Kami optimistis bisa meneruskan program ini dengan baik dan mencapai target pelaksanaan BBM Satu Harga di 160 titik wilayah Indonesia," kata Fajriyah, di Jakarta, Selasa (16/4/2019). 

Menurut dia, jika jumlah penyalur BBM satu harga semakin banyak,  masyarakat yang merasakan dampak dari BBM Satu Harga, yaitu harga BBM yang dijual sesuai ketetapan pemerintah, yaitu Premium Rp 6.450 per liter dan Solar Rp 5.150 per liter.

Fajriyah menambahkan, pada 2019 Pertamina akan menambah titik BBM Satu Harga di Sumatera sebanyak dua titik, Kalimantan 8 titik, Sulawesi tiga titik, Jawa & Bali satu titik, Nusa Tenggara 11 titik, Maluku 7 titik dan Papua empat titik.

"Pertamina senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah daerah, BPH Migas dan juga Kepolisian dalam pengawasan dalam pendistribusian BBM Satu Harga agar tepat sasaran serta menghindari adanya penyimpangan dan penyelendupan," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.