Sukses

Hasil Quick Count Pilpres 2019 Bikin IHSG Meroket Pekan Ini

IHSG menguat 1,58 persen dari posisi 6.405 pada Jumat 12 April 2019 menjadi 6.507 pada Kamis 18 April 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat selama sepekan. Hal itu didukung aksi beli investor asing dan hasil hitung cepat pemilihan presiden (Pilpres) 2019 yang sesuai harapan pasar.

Mengutip laporan PT Ashmore Asset Management Indonesia, seperti ditulis Sabtu (20/4/2019), IHSG menguat 1,58 persen dari posisi 6.405 pada Jumat 12 April 2019 menjadi 6.507 pada Kamis 18 April 2019.

Level IHSG sentuh 6.507 terjadiusai pemilihan umum (Pemilu) 2019. Hasil hitung cepat Pilpres 2019 menjadi katalis positif untuk IHSG. Dari penghitungan sementara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin unggul dari pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Selain itu, saham kapitalisasi besar di indeks saham LQ45 melonjak 2,15 persen. Selama sepekan, aksi beli investor asing capai USD 24 juta di pasar saham.

Sementara itu, indeks obligasi hanya naik terbatas 0,36 persen. Hal ini seiring pelaku pasar lebih besar alokasikan dana di saham ketimbang obligasi menyambut Pemilu 2019.

Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun berada di kisaran 7,69 persen. Nilai tukar rupiah pun menguat ke posisi 14.045 per dolar AS. Hingga perdagangan Selasa, aksi jual investor asing di pasar obligasi mencapai USD 1,1 miliar.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sentimen yang Bayangi IHSG

Sejumlah sentimen baik eksternal dan internal bayangi laju IHSG sepekan. Dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Negara tirai bambu setujuuntuk meningkatkan impor produk pertanian Amerika Serikat termasuk energi, produksi industri dan jasa.

Hal ini sebagai langkah untuk hilangkan ketidakseimbangan perdagangan dengan AS. Akan tetapi, komitmen ini barus dasar dari kesepakatan.

Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin mengatakan, AS dan China berharap dapat temui kesepakatan final. Salah satu pilihanChina untuk menggantikan sejumlah tarif produk pertanian ke produk lain.

Sentimen lainnya yaitu rilis data ekonomi AS. Defisit perdagangan AS tercatat USD 49,4 miliar pada Februari 2019.

Angka ini terkecil sejak Juni 2018 dari posisi USD 51,1 miliar pada bulan sebelumnyadan dibandingkan harapan pasar USD 53,5 miliar. Ekspor meningkat 1,1 persen, sedangkan impor menguat 0,2 persen.

Dari Eropa, sejumlah bank besar di Eropa akan merilis laporan keuangan kuartal I 2019 pada pekan depan. Sejumlah investor khawatir laporan keuangan bank di Eropa mengecewakan sehingga berpotensi timbulkan gejolak di pasar saham. 

Analis menaikkan fokus terhadap laba pada kuartal inilantaran risiko eksternal mulai dari pertumbuhan ekonomi yang rendah, ketidakpastian negosiasi perdagangan antara AS dan China, Brexit serta kebijakan banksentral.

Selain itu, perkembangan Brexit masih menjadi fokus pelaku pasar. Kemungkinan Brexit akan dibatalkan jauh lebih besar dari pada kemungkinan Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan. Hal itu berdasarkan ekonom dalam jajak pendapat Reuters.

Pekan lalu, Uni Eropa menunda Brexit hingga akhir Oktober, menghindari risiko keluarnya Inggris yang tiba-tiba.

 

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Dari Asia, pertumbuhan ekonomi China lebih baik pada kuartal I 2019 membuat sejumlah perusahaan investasi menaikkan pertumbuhanekonomi China.

Ekonom Barclays, ING dan Citi menaikkan pertumbuhan ekonomi pada 2019.Pemerintah China mengumumkan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,4 persen pada kuartal I 2019. Angka ini lebih tinggi dari perkiraananalis 6,3 persen. Pada kuartal IV 2018, pertumbuhan ekonomi China mencapai 6,4 persen, sedangkan kuartal I 2018 sebesar 6,8 persen.

Lalu dari internal, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan USD 540 juta pada Maret 2019 dari periode sama tahun lalu USD 1,12 miliar.

Ekspor merosot 10,1 persen secara year on year (YoY), sedangkan impor susut 6,76 persen. Hingga kuartal I 2019, defisit neraca perdagangan mencapai USD 0,19 miliar.Dibandingkan periode sama 2018 surplus USD 0,31 miliar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.