Sukses

Habiskan Rp 98 Triliun, Pemilu Termahal Sejagat Berlangsung di India

Pemilu termahal di dunia berlangsung di India.

Liputan6.com, New Delhi - Pemilu termahal di dunia ternyata berlangsung. Fenomena itu terjadi di India dan baru saja dimulai pada 11 April kemarin.

Dilansir dari Forbes, sebanyak 830 juta orang India akan memberikan suara mereka untuk 8.000 kandidat dari 450 partai politik berbeda. Alhasil, pemilu ini menjadi yang paling ramai dan mahal di dunia.

Pemilu termahal di dunia ini berlangsung selama satu bulan hingga 19 Mei 2019. Partai dari Perdana Menteri Narendra Modi dari Partai Bharatiya Janata diprediksi akan menang.

Pemilu termahal ini juga tidak lepas dari campur tangan para hartawan yang sibuk memberi donasi. Dunia korporat India pun memberi dukungan finansial yang besar bagi Narendra Modi, demikian laporan The Straits Times.

Menurut Centre for Media Studies asal New Delhi, dana pemilu India terus menanjak sejak tahun 2009.

Pada tahun 2014 saja, dana yang digelontorkan mencapai USD 5 miliar atau Rp 70 triliun (USD 1 = Rp 14.011). Angka itu naik hingga USD 2 miliar (Rp 28 triliun) dari tahun 2009.

Sementara, tahun 2019 ini dana pemilu akan menembus USD 7 miliar (Rp 98 triliun).

"Pemilu-pemilu semakin mahal karena banyak alasan struktural," ujar Milan Vaishnav dari Carnegie Endowment for International Peace.

Sejumlah alasan pemilu makin mahal, menurut Vaishnav, adalah pertambahan populasi, bertambahnya kompetisi politik, perubahan teknologi, sampai harapan para pemilih untuk mendapakan uang dari para kandidat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berlangsung Enam Pekan

Pemilu di India yang disebut-sebut sebagai "pemilihan terbesar di dunia" dimulai pada hari ini, Kamis 11 April 2019.

Sejumlah tempat pemungutan suara siap menampung pilihan para pemilih yang akan menentukan nasib Perdana Menteri Narendra Modi. 

Hampir 900 juta orang dari 1,3 miliar warga negara India, berhak memberikan suara mereka dalam pemilu kali ini, sebagaimana dilansir dari VOA Indonesia pada Kamis (11/4/2019).

Pemilu yang dimaksud akan berlangsung selama enam pekan, dimana sekitar 142 juta orang akan memberikan suara mereka pada tahap pembukaan.

PM Modi dan partainya, Bharatiya Janata, yang menang secara meyakinkan pada pemilu Indiapada 2014, masih diunggulkan untuk menang. Namun, ia menghadapi ketidakpuasan masyarakat yang kian berkembang di kawasan pedesaan terkait merosotnya pendapatan pertanian.

Modi juga dikecam karena kekerasan sektarian yang meningkat. Kasus itu dilakukan kelompok-kelompok yang menamakan diri sebagai “kelompok pelindung sapi.” Mereka sering membuat kerusuhan dan umumnya menarget umat Muslim. Untuk diketahui, sapi adalah hewan suci bagi penganut ajaran Hindu.

3 dari 3 halaman

Modi Tetap Kuat?

Posisi Modi belakangan dianggap masih tetap kuat dibandingkan dengan kubu oposisi.

Bahkan sempat naik sejak responsnya terhadap aksi bom bunuh diri 14 Februari lalu yang menewaskan 40 tentara keamanan India di wilayah Kashmir yang disengketakan.

Saat itu, jet-jet tempur India merambah masuk ke wilayah udara Pakistan dan melancarkan serangan terhadap lokasi yang diduga kamp latihan kelompok militan Jaish-e-Mohammad, yang dilaporkan mengaku bertanggung jawab atas aksi pemboman di Kashmir.

Serangan udara itu mendorong India dan Pakistan, negara yang sama-sama memiliki senjata nuklir berkonfrontoasi, ke ambang perang.

Meski demikian, hasil final terkait kebrhasilan Modi mempertahankan jabatannya baru akan diketahui setelah penghitungan suara. Hasil akhir direncanakan akan diumumkan pada 23 Mei 2019.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.