Sukses

Penerapan Industri 4.0 Tekan Biaya Produksi hingga 40 Persen

Sejumlah industri makanan dan minuman, terutama industri berskala besar sudah mulai memanfaatkan teknologi 4.0.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman mengatakan bahwa penggunaan teknologi 4.0 bakal memberikan sejumlah manfaat, termasuk menekan biaya produksi.

"Mereka (para pelaku usaha Mamin) bilang biaya produksi bisa turun 30-40 persen dengan menerapkan industri 4.0," kata dia, di acara acara Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (16/4).

Sejauh ini, kata Adhi, sejumlah industri mamin, terutama industri berskala besar sudah mulai memanfaatkan teknologi 4.0. "Untuk perusahaan besar tidak masalah, tapi perusahaan yang kecil menengah. Untuk itu saya mendorong pemerintah ikut membantu bagaimana memikirkan modal, karena ujung-ujungnya daya saing kita harus meningkat. Itu yang paling penting," urai Adhi.

"Industri mamin besar memang lebih mudah tapi saya mendorong yang kecil pun juga ikut. Karena 4.0 ini bukan monopoli industri besar, jadi industri kecil pun bisa menerapkan ini asal ada kemauan," imbuh dia.

Dia pun menyebutkan bahwa selama ini industri-industri besar pun turut melaksanakan pelatihan bagi industri kecil menengah untuk memanfaatkan teknologi dalam menjalankan usaha.

"Industri besar ternyata membuka diri, kita sudah banyak membuka training-training di lokasi industri besar. Itu kita apresiasi karena mereka bukan hanya jalan sendiri, tapi terbuka bagaimama yang menengah dan kecil ini mau belajar ke sana," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengusaha Harus Jadikan Era Industri 4.0 Sebagai Peluang Kembangkan Bisnis

Sebelumnya, era revolusi industri 4.0 harus dijadikan sebagai peluang bagi para pengusaha lokal guna mengembangkan bisnisnya. Dengan demikian, pengusaha lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Diana Dewi mengatakan, era industri 4.0 memang penuh dengan tantangan seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi dalam setiap kegiatan usaha. Namun demikian, hal ini seharusnya dijadikan peluang untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan.

"Sebagai pelaku bisnis yang juga bagian dari Kadin DKI Jakarta, saya justru melihat tantangan tersebut sebagai peluang," ujar dia di Jakarta, Minggu (14/4/2019).

Menurut dia, kecepatan, ketepatan dan transparansi data menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha di era industri 4.0 ini. 

"Dengan demikian pelaku usaha bisa bersiap menghadapi era industri 4.0 sebagai peluang dan tantangan baru bagi setiap pelaku usaha," kata dia.

Diana yang juga menjadi salah satu kandidat calon Ketua Umum Kadin DKI Jakarta menyatakan, kesiapan pelaku usaha di Ibukota terhadap era industri baru ini menjadi salah satu fokusnya jika terpilih nanti.

Diana menyatakan dirinya akan menjadikan era industri 4.0 sebagai peluang sekaligus tantangan untuk membangun Kadin DKI yang lebih kuat dan martabat.

Dengan visi menjadikan Kadin DKI sebagai mitra utama pemerintah daerah dalam pembuatan dan implementasi, serta sebagai tolak ukur atas barometer utama kesiapan dunia usaha dalam menyongsong dunia industri 4.0, Diana berharap implementasi antara dunia usaha dengan pemerintah bisa sejalan dan saling terkait.

"Kalau menjadi mitra pemerintah, maka paling tidak kita bisa mengikuti apa yang sudah menjadi program pemerintah atau bisa memberi masukan tentang kondisi dunia usaha itu seperti apa. Dalam hal ini, implementasi antara dunia usaha dengan pemerintah itu harus sejalan," tandas dia.

3 dari 3 halaman

Hadapi Industri 4.0, Pemerintah Genjot Kompetensi SDM

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan implementasi industri 4.0 dinilai membuka kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan lompatan jauh dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

Peluang ini muncul karena Indonesia memiliki modal besar, yakni jumlah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) terutama ada bonus demografi hingga 2030.

"Bonus demografi ini menjadi momentum bagi Indonesia, karena negara lain seperti Jepang, Singapura dan Korea sudah melewati kesempatan itu. Bahkan, Jerman yang sudah punya 4.0, tetapi dia kurang SDM-nya. Kalau bonus demografi sudah terlewati, negara itu terbebani dengan social cost lebih tinggi," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis (7/3/2019). 

Ia menuturkan, apabila Indonesia menerapkan industri 4.0 dengan didukung SDM yang kompeten, diyakini berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup signifikan.

"Apalagi, SDM kita sangat menarik, karena anak-anak muda saat ini lebih fleksibel dalam beradaptasi dengan teknologi baru," tutur dia. 

Penggunaan teknologi itu tercermin dari penjualan ponsel pintar di pasar domestik yang menembus hingga 60 juta unit per tahun.

"Kalau kita bandingkan dengan Australia, penduduk kita lebih dari 10 kali lipat. Artinya, ekonomi kita berpotensi naik 10 kali lipat. Meskipun, saat ini income per kapita kita USD 3.800, mereka sudah USD 51.000," ungkapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.