Sukses

Rusdi Kirana Sebut Boeing Perlakukan Lion Air Seperti Celengan

Founder Lion Air Group Rusdi Kirana mengaku diberlakukan rendah oleh pihak Boeing atas insiden jatuhnya pesawat JT 610

Liputan6.com, Jakarta Founder Lion Air Group Rusdi Kirana mengecam penanganan yang dilakukan Boeing terkait kecelakaan yang menimpa dua penerbangan dan berpotensi mempengaruhi bisnis perseroan. Lion Air menjadi salah satu dari dua maskapai penerbangan yang kehilangan penumpang dan kru dalam kecelakaan yang melibatkan pesawat 737 MAX.

Mengutip Reuters, Selasa (16/4/2019), Rusdi Kirana menilai permintaan maaf Boeing yang diungkapkan baru-baru ini seiring hilangnya 346 nyawa dalam dua kecelakaan, berbeda dengan apa yang dilihatnya. Boeing dikritik sebelumnya terlalu tergesa-gesa memberikan penilaian terhadap pilot Lion Air. 

Rusdi juga merasa pihaknya telah diperlakukan seperti celengan. Itu lantaran Lion Air telah menghabiskan puluhan miliar Dolar Amerika Serikat (AS) untuk pesanan pesawat Boeing dalam rangka menjadi salah satu operator terbesar berbiaya murah di Asia.

"Mereka memandang rendah maskapai dan negara saya. Padahal kami selalu menyelesaikan masalah apapun dengan baik. Mereka memperlakukan kita seperti negara dunia ketiga," ujar dia.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Boeing Dennis Muilenburg mengaku turut berduka cita atas insiden yang terjadi baru-baru itu.

"Kami turut berduka atas tragedi kehilangan pada Lion Air Flight 610. Kami sangat berduka atas keluarga, teman, dan kerabat yang ditinggalkan dan menjadi korban," ujarnya.

Lebih lanjut, Rusdi berpendapat bahwa Boeing tidak konsisten atas insiden dua kecelakaan tersebut. Inkonsistensi Boeing tidak menunjukan sikap yang jelas kepada Lion Air Group.

"Karena memang pertama-tama mereka itu menyalahkan kami, namun kemudian meminta maaf setelah itu," ucap dia.

 

 

 

 

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Donald Trump Ingin Boeing Ganti Nama 737 MAX

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerukan Boeing agar mengganti nama 737 MAX. Pasalnya, citra pesawat itu sedang sangat tergerus.

Ini Trump lontarkan lewat akun Twitternya. Ia menilai rebranding pesawat dan memberikan fitur tambahan dapat memperbaiki kondisi Boeing.

"Jika saya adalah Boeingsaya akan memperbaiki Boeing 737 MAX, tambah beberapa fitur yang baru, dan rebrand pesawat dengan sebuah nama barutambahkan beberapa fitur luar biasa, dan REBRAND pesawat itu dengan sebuah nama baru." ujar Trump.

Dalam twitnya, Trump berkata tidak ada produk yang sedang menderita seperti Boeing 737 MAX. Ia pun berlagak rendah hati dengan menyebut tidak memahami branding.

"Apalah yang saya ketahui tentang branding, mungkin tidak ada (tetapi saya berhasil menjadi presiden!)," ujar Trump.

Presiden Donald Trump sudah resmi melarang penerbangan Boeing 737 Max di negaranya. Ketika Trump mengumumkan hal itu, ia menyuruh agar pesawat yang sedang terbang langsung dicekal begitu mendarat.

"Boeing adalah perusahaan luar biasa. Mereka saat ini bekerja sangat, sangat keras. Dan harapannya mereka akan segera memberi jawaban, tapi sebelum itu pesawat akan dikandangkan" ujar Trump pada Maret lalu.

3 dari 3 halaman

Boeing Pangkas Produksi 737 MAX

Boeing mengumumkan akan mengurangi produksi bulanan pesawat 737 MAX. Keputusan ini diambil agar perusahaan dapat fokus pada sertifikasi software pesawat mereka. Langkah ini juga tak terlepas dari fakta bahwa berbagai negara sedang mencekal pesawat itu.

Boeing mengakui keputusan ini terkait insiden jatuhnya pesawat Boeing di Indonesia dan Etiopia. Boeing berkata ada malfungsi pada sistem manuver pesawat (Maneuvering Characteristics Augmentation System, MCAS), dan mereka sedang berusaha memperbarui sistem tersebut. 

Selain itu, Boeing sedang menyempurnakan kursus pelatihan terbaru mereka untuk para pilot. Sebelumnya, sejumlah pilot mengeluhkan kurangnya edukasi seputar pesawat Boeing 737 MAX.

"Kami telah memutuskan untuk secara sementara mengalihkan tingkat produksi 52 pesawat per bulan menjadi 42 per bulan dimulai pada pertengahan April," ujar CEO Boeing Dennis Muilenburg dalam pernyataan resminya seperti dikutip situs resmi perusahaan. Angka pengurangan tersebut kurang lebih sekitar 20 persen.

Dia menyebut Boeing juga berkoordinasi secara langsung dengan konsumen agar perubahan produksi ini tidak memberi disrupsi besar dalam hal operasional dan keuangan.

Dennis juga meminta agar dewan direksi Boeing untuk membuat sebuah komite yang bertugas meninjau kebijakan perusahaan dan proses pembuatan pesawat. Selain itu, komite juga memastikan level keselamatan tertinggi pada 737 MAX dan memberikan rekomendasi kebijakan.

"Keselamatan adalah tanggung jawab kami, dan kami mengembangnnya. Ketika MAX kembali ke langit, kami berjanji pada pelanggan maskapai kami dan penumpang mereka dan kru bahwa pesawat memiliki keselamatan selayaknya yang dimiliki pesawat terbang," ujar CEO Boeing.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.