Sukses

Ekonom Prediksi Neraca Dagang RI Defisit USD 464 Juta pada Maret

Neraca perdagangan Maret 2019 diperkirakan defisit USD 464 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom prediksi neraca perdagangan alami defisit perdagangan sekitar USD 464 juta pada Maret 2019.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, neraca perdagangan Maret 2019 sekitar USD 464 juta.

Hal ini didorong laju ekspor diperkirakan terkontraksi -14,65 persen secara year on year (YoY) dan laju impor diperkirakan tumbuh melambat -4,81 persen YoY.

"Laju impor secara bulanan cenderung meningkat dibandingkan bulan sebelumnya terindikasi dari aktivitas manufaktur Indonesia pada Maret yang tercatat meningkat menjadi 51,2 dari bulan sebelumnya 50,1 persen," ujar Josua dalam catatannya, Senin (15/4/2019).

Ia menuturkan, kenaikan indeks manufaktur domestik mengindikasikan kebutuhan impor bahan baku cenderung meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Selanjutnya

Selain itu, peningkatan nilai impor Maret juga terefleksi dari peningkatan ekspor Tiongkok ke Indonesia yang tercatat tumbuh 68 perse Month on Month (MoM) dari bulan sebelumnya yang terkontraksi -40 persen MoM di tengah faktor musiman Tahun Baru China yang sudah normal pada Maret.

"Di sisi lainnya, ekspor cenderung masih terkontraksi di tengah tren penurunan harga komoditas ekspor seperti kelapa sawit yang turun -4,5 persen MoM dan dan batu bara turun -3,4 persen MoM sehingga akan menekan kinerja ekspor Indonesia dari sisi harga," kata dia.

Sementara itu, dari sisi volume, volume ekspor Indonesia diperkirakan tertahan oleh penurunan indikator aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia seperti kawasan Euro, Amerika Serikat, Jepang dan India.

 

3 dari 3 halaman

RI Catatkan Surplus USD 0,33 Miliar pada Februari 2019

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Februari 2019 surplus sebesar USD 0,33 miliar. Hal ini berbanding terbalik dari Januari 2019 yang defisit sebesar USD 1,16 miliar dan Februari 2018 yang defisit USD 120 juta.

"Sesudah 4 bulan kita mengalami defisit, Alhamdulillah bulan ini kita mengalami surplus. Kita berharap bulan-bulan berikutnya kita mengalami surplus," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Jumat, 15 Maret 2019.

Dia menjelaskan, pada Februari 2019, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 12,53 miliar. Sedangkan impor sebesar USD 12,2 miliar.‎

"Pada Februari 2019, total ekspor sebesar USD 12,53 miliar. Dibandingkan Januari 2019, berarti ada penurunan 10,03 persen," ungkap dia.

Sedangkan impor pada Februari 2019 juga menurun drastis yaitu 18,61 persen dibandingkan impor di Januari 2019.

Dia menjelaskan, neraca perdagangan ini dipengaruhi harga komoditas baik migas maupun nonmigas pada Februari 2019. ‎Sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti‎ nikel, tembaga, seng, karet dan sawit. Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu minyak kernel dan batu bara.

"Komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan ada, tapi ada juga komoditas yang mengalami penurunan. Minyak mentah dan nonmigas ini berpengaruh pada nilai ekspor dan impor Indonesia," tandas dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.