Sukses

Pengusaha Truk Ungkap Alasan Biaya Logistik di Indonesia Tinggi

Kehadiran tol yang selama ini telah dibangun pemerintah akan mendukung terbentuknya kluster-kluster permukiman sehingga menurunkan biaya logistik.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Kyatmaja Lukman membeberkan sejumlah alasan yang menyebabkan tingginya biaya logistik di Indonesia.

Penyebab pertama, kata dia, adalah pola permukiman yang belum terkluster. Saat ini pengiriman logistik masih bergerak dari point to point sepanjang jalan.

"Pengiriman kita lakukan dengan sistem point to point belum terorkestra dengan baik. Pemukiman sepanjang jalan Pantura dan Sumatra. Metode itu bikin ongkos logistik kita sangat tinggi," kata dia, dalam peluncuran buku 'Memadu Fungsi Tol Darat dan Laut' tulisan Ansel Alaman, di Jakarta, Jumat (12/4/2019).

"Kalau di Eropa. Di keluar-keluar pintu high way itu ada kluster-kluster pemukiman. Kalau sepanjang jalan nanti disini murah, makin mahal, makin mahal," lanjut dia.

Menurut dia, kehadiran tol yang selama ini telah dibangun pemerintah akan mendukung terbentuknya kluster-kluster permukiman. Hal ini akan sangat membantu dalam menekan biaya logistik.

"Dengan adanya tol dengan exit-exit jadi fondasi untuk membangun sebuah kota. Selama ini, ke kota A misalnya, tentu ke ujung akan makin mahal. Tapi kalau terkluster kita taruh di tengah dia akan main di satu kota itu dan secara volume juga dapat," ungkapnya.

Selain itu, kata dia, selama ini pengiriman logistik masih dilakukan dengan kendaraan-kendaraan kecil. Hal tersebut juga membuat biaya logistik tinggi.

"Mayoritas pengiriman itu kan pakai truk yang kecil. 8 sampai 10 ton ke bawah. Padahal kalau kita bisa konsolidasikan dari 6 truk menjadi 1 truk, atau kereta cost per unit akan makin kecil," jelas dia.

"Tol peranannya akan makin penting nantinya, karena tol darat memungkinkan kendaraan yang lebih besar," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tingginya Biaya Logistik Bikin Produk Ekspor RI Tak Kompetitif

Sebelumnya, biaya logistik yang tinggi membuat produk ekspor Indonesia tidak kompetitif. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah agar produk nasional lebih berdaya saing.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan,  porsi biaya logistik menyumbang sekitar 40 persen dari harga produk di Indonesia. Kemudian komponen terbesar dari logistik tersebut yaitu 72 persen merupakan ongkos transportasi.

 

"Biaya logistik masih tinggi. Tetapi Kadin tentu menyambut baik upaya pemerintah melakukan perbaikan sistem logistik nasional untuk mempercepat pengembangan usaha dan daya saing penyedia jasa logistik," ujar dia dalam Seminar Perdagangan Nasional di Jakarta, Kamis (28/2/2019).

Tingginya biaya logistik di Indonesia juga diakui Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

 

3 dari 3 halaman

Di Bawah Singapura

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara mengatakan, berdasarkan Logistic Performance Index 2018, Indonesia berada di posisi 46. Indonesia berada di bawah negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Vietnam dan Malaysia

"Indonesia berada pada posisi 46 ‎ di dunia‎. Singapura nomor 7, Jerman nomor 1, kemudian Swedia, Belgia, Austria, Jepang, Belanda, Singapura, Denmark, Inggris, Finlandia. Dibandingkan Thailand, Vietnam dan Malaysia juga kalah‎. Thailand di 32, Vietnam di posisi 39, Malaysia di 41," kata dia.

Meski demikian, lanjut Ngakan, dengan beragam pembangunan yang dilakukan pemerintah saat ini diharapkan mampu memperbaiki posisi Indonesia dalam hal logistik ini.‎

"Ranking logistik kita memang up and down. Tapi dengan dibangun infrastruktur seperti tol itu sudah dilihat dampaknya. Ini juga sebagai langkah antisipasi ke depan, sehingga logistik bisa meningkat dari tahun ke tahun," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.