Sukses

Benarkah Tanpa Pemerintah Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 5 Persen?

Untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi 7 persen seperti janji Jokowi, TKN menyebutkan setidaknya butuh 2 periode masa pemerintahan.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Rama Pratama menyebutkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif meski pertumbuhan ekonomi berada pada angka 5 persen.

"Pertumbuhan ekonomi kita 5 persen, ternyata banyak lembaga-lembaga internasional memproyeksikan Indonesia tumbuh positif meski tipis. Artinya apa? kalau ada yang bilang tanpa ada pemerintah bisa terjadi, enggak fair," kata dia dalam sebuah acara diskusi di UI Salemba, Jakarta, Kamis (11/4/2019).

Dia menjelaskan, angka pertumbuhan ekonomi 5 persen diraih di tengah kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian merupakan sebuah prestasi dan hasil kerja keras pemerintah.

"Di tengah ekonomi global yang gloomy, Indonesia masih bisa menjaga momentum pertumuhan, ini artinya ada effort (usaha) untuk menjaga momentum tersebut. Kalau mau fair, ini tentu ada kerja pemerintah. Artinya secara makro kita sudah on track," tegasnya.

Sementara itu, untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi 7 persen seperti janji Jokowi, dia menyebutkan setidaknya butuh 2 periode. Sehingga dia berharap Jokowi dapat kembali memenangkan pilpres tahun ini.

"7 Persen ini kan frame 10 tahun jadi harus dipilih kembali," ujarnya.

"Pertumbuhan ekonomi 7 persen bisa di 2023. Tapi semua yang sudah kita kerjakan sudah on track dan proyeksi ke depan sudah bagus. Tercapai 7 persen untuk itulah perlu 2 periode," tutupnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Tepati Janji

Dalam kesempatan serupa, Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Uno, Arie Mufti menyebutkan angka pertumbuhan ekonomi 5 persen adalah bukti Jokowi tidak mampu menepati janjinya selaku presiden.

"Kondisi pertumbuhan ekonomi 5 persen ini adalah jebakan. Pak Jokowi sadar bahwasanya dia harus keluar dari jebakan ini," ujarnya.

Dia menyebutkan, Indonesia harus keluar dari zona pertumbuhan ekonomi 5 persen agar dapat keluar dari Middle Income Trap.

"Merealisasikan pertumbuhan yang cukup agar keluar dari Middle Income Trap. Jadi ketika berjanji, Pak Jokowi benar (harus 7 persen), sayangnya pada saat merealisasikannya, pak Jokowi tidak mampu," ujarnya.

Dia menyatakan, janji Jokowi membawa Indonesia pada pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen sudah tepat. Sebab angka tersebut dapat menjadi tiket bagi Indonesia untuk menuju status menjadi negara maju.

"Problemnya bukan di janji. Siapapun pemimpinnya harus mewujudkan 7 persen ini agar keluar dari middle income trap. Kalau cuma 5 persen, cuma medioker," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

3 dari 3 halaman

BPS: Ekonomi RI Tumbuh 5,17 Persen pada 2018

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV-2018 sebesar 5,18 persen secara year on year (yoy). Angka ini naik tipis jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2018 yang hanya 5,17 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto, menyampaikan secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi dari kuartal I-IV 2018 mencapai 5,17 persen. Namun, secara kuartal ke kuartal, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun sebesar 1,69 persen.

"Ekonomi indonesia tumbuh 5,18 persen kalau dibandingkan kuartal IV-2017. Jadi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 5,18 persen dibandingkan kuartal III-2018 kuartal ke kuartal (q to q) minus 1,69 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, pada Rabu 6 Februari 2019.

Suhariyanto menjelaskan, laju pertumbuhan kuartal IV-2018 ini juga lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2017 sebesar 5,19 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 sebesar 5,17 persen jauh lebih baik sejak 2014. 

"Dengan pertumbuhan ekonomi indonesia 5,18 persen maka sepanjang 2018 sebesar 5,17 persen. Ini tren yang bagus sekali terbaik sejak tahun 2014 ke depan banyak kebijakan ekonomi Indonesia lebih bagus di tengah ekonomi global tidak tentu arahnya," tutur dia.

Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 hanya mencapai 5,01 persen. Kemudian, untuk 2015 menurun menjadi 4,88 persen. Di 2016 menunjukan kenaikan kembali sebesar 5,03 persen, dan pada 2017 mencapai sebesar 5,07 persen.

"Saya akan bilang 5,17 sepanjang 2018 capaian yang cukup menggembirakan," ujar dia.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir prediksi, pertumbuhan ekonomi pada 2018 capai 5,2 persen.

"Karena 3 triwulan tahun 2018 saja sudah 5,17 persen. Dengan perkiraan pertumbuhan triwulan IV sebesar 5,2 persen maka pertumbuhan 2018 mendekati kisaran 5,2 persen," ujar Iskandar melalui pesan singkat, Jakarta, Senin 4 Februari 2019.

Iskandar mengatakan, faktor pendukung pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 adalah konsumsi dan investasi. Sementara itu ekspor belum terlalu menggeliat disebabkan oleh perlambatan yang terjadi selama beberapa bulan.

"Kalau ekspor mesti di nett kan dengan impor yang hasilnya mendekati 0. Jadi kalaupun ekspor melambat tapi nett nya hampir 0. Dengan melihat perkembangan tersebut dan pertumbuhan konsumsi 5,1 persen akibat pilpres dan pileg," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.