Sukses

Wall Street Jatuh karena Ketegangan Perang Dagang AS-Eropa

Ketiga indeks utama bursa saham AS menyelesaikan sesi di zona merah dengan S&P 500 mengakhiri reli yag dicerak selama delapan hari.

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street terjatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Kejatuhan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini karena pelemahan sektor-sektor yang sensitif terhadap perdagangan.

Hal tersebut terjadi karena semakin memanaskan tensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan Eropa. Selain itu, langkah IMF menurunkan prospek ekonomi global juga menjadi mendorong pelemahan Wall Street.

Mengutip Reuters, Rabu (10/4/2019), Dow Jones Industrial Average turun 190,44 poin atau 0,72 persen menjadi 26.150,58. Untuk S&P 500 kehilangan 17,57 poin atau 0,61 persen menjadi 2.878,2. Sedangkan Nasdaq Composite turun 44,61 poin atau 0,56 persen menjadi 7.909,28.

Ketiga indeks utama AS menyelesaikan sesi di zona merah dengan S&P 500 mengakhiri reli yag dicerak selama delapan hari.

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia akan mengenakan tarif sebesar USD 11 miliar untuk barang-barang dari Eropa. Hal tersebut menjadi ancaman yang cukup besar untuk berubah menjadi perang dagang.

"Masalah tarif Eropa mengejutkan banyak orang, sama seperti sebelumnya saat munculnya perang dagang antara AS dengan China," kata Peter Tuz, presiden Chase Investment Counsel, Charlottesville, Virginia, AS.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

IMF

Perselisihan perdagangan, bersama dengan kemungkinan Inggris akan keluar dari Uni Eropa, menyebabkan IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi globalnya dan memperingatkan bahwa pemangkasan lebih lanjut masih dapat terjadi.

"Dengan apa yang dilakukan oleh IMF. Anda mendapatkan dua titik data yang menunjukkan bahwa hal-hal dapat melemah selama beberapa bulan ke depan," tambah Tuz.

"Hal ini tentu saja memberi beberapa orang alasan yang cukup untuk segera mengambil uang mereka dari meja dan menyelamatkannya." kata dia.

Selain itu, pelaku pasar pada perdagangan Selasa juga tengah menunggu laporan keuangan beberapa emiten. Delta Airlines akan merilis pada Rabu dan disusul oleh JPMorgan Chase & Co serta Wells Fargo & Co pada Jumat

Para analis memperkirakan bahwa untuk pertama kalinya sejak 2016 laba kuartal I perusahaan-perusahaan ini akan mengalami penurunan.

Berdasarkan data Refinitiv, untuk periode Januari-Maret untuk perusahaan S&P 500 akan mengalami penurunan 2,5 persen jika dibanding tahun lalu.

 

3 dari 3 halaman

Kinerja Saham

Dari 11 sektor utama dalam S&P 500, semua tertekan kecuali layanan utilitas dan komunikasi. Sektor industri membukukan persentase kerugian terbesar, jatuh 1,4 persen.

Boeing Co memperpanjang penurunan setelah melaporkan akan melakukan pemangkasan produksi 737 MAX. Saham perusahaan pembuat pesawat terbang ini turun 1,5 persen.

Penghentian pengguaan pesawat Boeing oleh American Airlines Group Inc juga memangkas pendapatan maskapai ini di kuartal pertama. Saham perusahaan penerbangan ini turun 1,7 persen.

Steel Corp AS turun 10 persen setelah penurunan peringkat Credit Suisse menjadi "berkinerja buruk."

Wynn Resorts Ltd turun 3,9 persen setelah mengakhiri pembicaraan pengambilalihan dengan Crown Resorts.

Facebook Inc naik 1,5 persen setelah Morgan Stanley menaikkan target harganya, mengutip pertumbuhan pendapatan dari segmen Instagram.

Levi Strauss & Co melonjak 2,7 persen di depan laporan kuartalan pertamanya sejak IPO-nya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.