Sukses

Ekonomi Tumbuh 8 Persen, Investasi Bakal Deras Masuk Indonesia

Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5 persen, investor tidak akan tertarik untuk menanamkan modalnya.

Liputan6.com, Jakarta - Tim pakar calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Rizal Ramli mengatakan bahwa Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno tidak akan mengemis ke asing untuk mendapat investasi.

Rizal menyoroti upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang melakukan promosi untuk mencari investor asing setiap melakukan kunjungan kerja keluar negeri.

"Dalam bidang investasi Pak Jokowi pidato ke mana-mana come invest ke Indonesia," kata Rizal, seperti ditulis Minggu (14/4/2019).

Rizal pun menyayangan upaya tersebut. Alasannya, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5 persen, investor tidak akan tertarik untuk menanamkan modalnya.

"Ngapain ke Indonesia cuma tumbuh 5 persen. India dan Vietnam di atas 5 persen," tuturnya.

Menurut Rizal, Prabowo miliki strategi tidak akan mengemis investasi asing dengan menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8 persen.

"Strategi Bapak Prabowo enggak ngemis investasi. Kita genjot pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen," tuturnya.

Rizal mengungkapkan, dalam 100 hari pertama Prabowo akan melakukan beberapa langkah untuk memicu pertumbuhan. Salah satunya dengan menurunkan tarif listrik.

"Pertama dilakukan 100 Hari adalah menurunkan tarif listrik tapi enggak buat PLN rugi. Gimana caranya mohon maaf takut dicontek. Kalau itu turun masyarakat 900 VA punya daya beli," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jokowi: Mengelola Ekonomi Tak Semudah Membalikkan Telapak Tangan

Calon Presiden (Capres) nomor urut 1 Joko Widodo menjawab pendapat calon presiden nomor urut 2 Prabowo bahwa pengelolaan ekonomi Indonesia saat ini salah arah.

Jokowi menjelaskan, dalam hal ekonomi, sebenarnya ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu pengelolaan ekonomi mikro dan ekonomi makro.

"Pengeloalan ekonomi makro adalah agregat produksi sektor primer seperti pertanian, pertambangan dan perkebunan. Pengelolaan ekonomi makro ini saya kira tak semudah membalikkan tangan," ucap Jokowi di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (13/4/2019). 

Jokowi juga membantah bahwa pembangunan infrastruktur yang dilakukan tidak terencana dengan matang. Menurutnya pembangunan infastruktur ini adalah tahap awal dalam pembangunan ekonomi makro tersebut.

Tahap kedua dalam pembangunan ekonomi makro kali ini yaitu pembangunan sumber daya manusia (SDM), tahap ke tiga adalah reformasi struktural dan tahap ke empat pengembangan teknologi dan informasi.

"Di tahap awal, soal infratruktur ini, akan terhubung dengan kawasan indstri, kawasan pariwisata, dan sebagainya, jadi tidak mungkin langsung seperti membalikan tangan," pungkas Jokowi.

3 dari 3 halaman

Jokowi Ingin Hilangkan Pertumbuhan Ekonomi yang Jawa Sentris

Calon Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo (Jokowi) berjanji untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan ekonomi di seluruh Indonesia. Hal tersebut diungkapkan dalam debat Capres pamungkas atau kelima yang berlangsung di Hotel Sultan Jakarta.

Jokowi menjelaskan, selama 4,5 tahun dirinya dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah berusaha keras untuk mengembalikan watak asli dari pembangunan di Indonesia yaitu tidak hanya bertumpu pada pertumbuhan ekonomi semata tetapi juga pemerataan.

"Karena pertumbuhan ekonomi tanpa pemerataan menimbulkan ketimpangan. Antara kaya dan miskin, dan ketimpangan antar wilayah yang menyebabkan ketidakadilan," jelas dia, di Jakarta, 13/4/2019).

Oleh sebab itu selama ini pemerintah membangun infrasturktur tidak hanya di Jawa atau Jawa sentris saja tetapi Indonesia sentris. Dengan pembangunan infrasturktur tersebut titk-titik pertumbuhan ekonomi baru bakal tumbuh di luar Jawa baik melalui kawasan industri kecil, kawasan ekonomi khusus dan kawasan pariwisata.

"Kami juga akan memperjuangkan kemandirian ekomopmi Indonesia," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.