Sukses

RI Sulit Jadi Negara Maju Jika Ekonomi Hanya Tumbuh 5 Persen

Kunci mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi terletak pada reformasi struktural secara konsisten dan berkelanjutan.

 
Liputan6.com, Jakarta Indonesia dinilai sulit menjadi negara maju jika pertumbuhan ekonomi hanya di kisaran 5 persen. Adapun dalam 4 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya pada angka tersebut. 
 
"Indonesia butuh pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sekarang rata-rata 5 persen, enggak cukup jadikan Indonesia sebagai negara maju," ujar Staf Ahli Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan, Amalia Adininggar Widyasanti saat memberi paparan di acara 100 Ekonom Perempuan Indonesia, Jakarta, Selasa (26/3/2019).
 
Dia mengatakan, kunci mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi terletak pada reformasi struktural secara konsisten dan berkelanjutan. Salah satu caranya, menstrukturisasi ekonomi dari sisi produk komoditas menjadi yang berbasiskan manufaktur. 
 
"Kita tahu Korea Selatan bisa Industrialisasi dan reformasi struktural. Kurang 20 tahun dia bisa pindah dari low income jadi high income. Sementara Chili, negara dengan pertumbuhan tinggi tapi dia butuh waktu lebih 50 tahun dari low income menjadi high income economy artinya reformasi struktural itu penting," jelas dia. 
 
Selain melakukan reformasi struktural, kemampuan memanfaatkan perkembangan teknologi dan digital untuk sektor-sektor penopang perekonomian juga tidak kalah penting. Kemudian juga harus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) agar dapat mengimbangi kemajuan digital seperti yang dilakukan oleh negara lain. 
 
"Arab Saudi punya Vision 2030, China punya Made in China 2025, India punya Make in India. Indonesia? Kita sudah melakukan dengan pembangunan infrastruktur yang masif. Kita sudah membenahi iklim usaha dengan deregulai dan perizinan hingga pemberian inisiatif. Ini tidak cukup, kita harus terus lakukan reformasi struktural," dia menandaskan.
 
 
Reporter: Anggun P. Situmorang
 
Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

100 Ekonom Perempuan Nilai Struktur Ekonomi RI Perlu Diubah

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam empat tahun terakhir berada di atas 5 persen. Angka pertumbuhan ini dinilai cukup baik. Meski demikian, 100 ekonom perempuan menilai Indonesia masih membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, dibutuhkan perubahan struktur ekonomi yang terkait dengan peran infrastruktur industri dan pendalaman sektor keuangan.

Ekonom senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan, kualitas pertumbuhan ekonomi harus diiringi indikator dari aspek sosial ekonomi, misalnya tingkat kemiskinan, jumlah pengangguran, hingga rasio gini yang menurun.

Indikator lain yang juga menentukan kualitas pertumbuhan ekonomi adalah perubahan struktur ekonomi yang berkaitan erat dengan peran sektor industri sebagai motor penggerak perekonomian.

"Intinya pertumbuhan ekonomi Indonesia harus mampu mengoptimalkan semua potensi sektoral untuk menjadikan Indonesia segala produsen, yang didukung oleh potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat dan memanfaatkan teknologi untuk mendorong semua potensi yang dimiliki," ujarnya di Century Park, Jakarta, Selasa (26/3/2019).

Hal senada dikatakan Ekonom Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Widyasanti mengatakan, perubahan struktur ekonomi harus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Apabila ada perubahan struktur ekonomi, maka tidak ada keraguan pertumbuhan ekonomi itu berkualitas. Untuk itu reformasi struktural ekonomi menjadi sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan tumbuh berkelanjutan.

"Ekonomi Indonesia tidak bisa bergantung kepada perkembangan ekonomi global, sehingga diperlukan penguatan ekonomi domestik. Caranya, dengan mereformasi struktur ekonomi, teknologi dan kualitas SDM," jelasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.