Sukses

Wawancara Khusus Menteri BUMN: Pembangunan Tol Trans Sumatera agar Investasi Tak Terkonsentrasi di Jawa

Sejauh apa pembangunan yang telah dilakukan oleh BUMN dan bagaimana BUMN menghadapi tantangan yang menghadang pembangunan infrasturktur?

Liputan6.com, Jakarta - Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah, terus melakukan pembangunan infrasturktur di seluruh negeri. Langkah ini tentu saja untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dan juga pemerataan kesejahteraan.

Namun ternyata, untuk bisa melakukan pembangunan tersebut tidak mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh BUMN agar infrasturktur terus terbangun.

Tak hanya masalah teknis seperti pembebasan lahan, tetapi permasalahan non teknis seperti pandangan beberapa pihak mengenai utang untuk melakukan pembangunan juga cukup menjadi beban.

Sejauh apa pembangunan yang telah dilakukan oleh BUMN dan bagaimana perusahaan-perusahaan tersebut menghadapi tantangan yang menghadang pembangunan infrasturktur?

Berikut ini petikan wawancara Liputan6.com dengan Menteri BUMN Rini Soemarno di sela-sela kunjungan kerjanya menilik pembangunan infrastruktur:

 

Dalam 4 tahun, BUMN konstruksi gencar membangun infrastruktur. Bagaimana realisasi pencapaian pembangunan infrastruktur yang sudah dilakukan oleh BUMN?

Alhamdulillah mayoritas memang berjalan lancar. Terutama kalau saya cerita sedikit soal Bakauheni-Terbanggi Besar panjangnya 140 km. Itu kami mulai kerja kuartal I 2015. Waktu itu penetapan lokasi (penlok) saja belum. Penlok itu penentuan lokasi dalam arti trase sudah bisa dibebaskan, baru kita proses pada saat itu. Jadi ini benar-benar pembangunan tercepat, dari sejak 0 awal itu 4 tahun.

Tapi secara total, kami memang sudah membangun banyak seperti di Jawa, seperti Trans Jawa yang diresmikan Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi), dari Merak sampai Surabaya sudah tersambung. Kami juga sudah selesaikan tambahan lagi sampai ke Probolinggo. Ini Insya Allah makin bertambah terus.

Jadi sampai 2018 kemarin, yang sudah diresmikan Pak Presiden (panjangnya) kira-kira 780 km. Dengan tambahan ini (Bakauheni-Terbanggi Besar) yang 140 km, nanti Insya Allah bisa sampai Palembang, bisa diresmikan Insya Allah bulan Juli (2019).

Jadi bisa dikatakan di tahun ini BUMN konstruksi berjalan luar biasa?

Iya. Itu tidak terlepas dari sinergitas antara BUMN Karya. Karena seperti jalan tol yang 140 km ini, itu dikerjakan oleh empat BUMN Karya. Jadi dari 0 km sampai 40 km itu PT PP. Terus 40 km-75 km itu Waskita Karya. 75 km sampai 95 km itu Adhi Karya. 95km-140 km itu Wijaya Karya.

Jadi betul-betul kita bagi. Ini bisa terselesaikan karena yang ujung sana mulai, yang ujung sini mulai, terus di tengah juga mulai (dikerjakan serentak). Oleh karenanya bisa kita selesaikan 4 tahun.

Lalu selama 4 tahun ini, bagaimana evaluasi terhadap pembangunan infrastruktur yang sudah dikerjakan?

Jadi yang paling berat dan tidak terlepas adalah untuk meyakini warga soal pembebasan lahan. Bagaimanapun juga kami melakukan penilaian, masyarakat bisa mengerti ini untuk kepentingan masyarakat. Juga kemudian masyarakat bisa melihat, dengan mendapat dana uang mereka bisa tergantikan (lahannya). Nah ini juga sangat menolong.

Saya rasa kenapa kami sekarang bisa melakukannya begitu cepat, karena pembebasan lahannya cukup baik, hampir di semua tempat. Adalah di beberapa tempat yang sedikit terkendala. Tapi ini tidak terlepas karena masyarakatnya juga bersemangat.

Paling berat seputar pembebasan lahan ke warga. Agar masyarakat bisa mengerti ini untuk kepentingan masyarakat. Dengan dapat dana atau uang, ini juga sangat menolong. Pembebasan lahannya cukup baik. Adalah di beberapa tempat yang cukup memakan waktu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Di tahun 2019, ada fokus tertentu tidak dari BUMN infrastruktur konstruksi?

Jadi sebetulnya gini. Kenapa sih kita membicarakan infrastruktur, ini kan jalan tol. Tapi sebenarnya yang dibangun BUMN bukan hanya jalan tol. Kami juga bangun bandara tambahan, bandara yang ada kami perbesar, atau kami tambah bandara baru. Pelabuhan juga kami perbesar, sehingga konektivitasnya itu terbangun. Seperti di jalan tol Bakauheni-Terbanggi Besar saja, kami juga perbaiki pelabuhan di Bakauheni untuk penyeberangan sama di Merak.

Jadi nanti juga Bapak Presiden akan meresmikan dua terminal. Satu terminal baru di Merak, satu terminal baru di Bakauheni. Terminal-terminal ini memang lebih bagus dari terminal yang sebelumnya, karena kami melihat kalau nanti ini ada jalan tol, kami juga akan melihat makin banyak mobil pribadi ataupun bus-bus yang besar mau untuk melintasi jalan Tol Trans Sumatera ini. Jadi mereka mau pakai penyeberangan, jadi penyeberangannya juga harus diperbaiki.

Kami ingin menunjukan bahwa di Indonesia pun terminal penyeberangannya sudah bisa sama seperti di luar negeri. Semua itu kami bangun untuk mempersiapkan supaya masyaralat mobilitasnya makin tinggi, kemudian kita bisa meningkatkan perekonomian. Kita harapkan masyarakat jadi bisa jualan lebih mudah ke mana-mana.

Mungkin yang di Lampung mau jualan produk-produk Lampung misal keripik singkong bisa kapan aja kirimnya kalau sudah ada jalan tol. Ataupun kita bisa lihat di jalan tol, kita bisa membangun industrial state untuk mendorong investor-investor mau berinvestasi untuk membangun manufacturing-nya di Lampung, sehingga tak hanya terkonsentrasi di Jawa.

Selain itu tentunya kalau sudah ada jalan, sudah ada pelabuhan, sudah ada bandara, listrik harus tersedia. Kalau masyarakat mau berusaha, kalau enggak ada listrik enggak mungkin. Karena itu pembangunan listrik 32 ribu Mega Watt (MW) juga dikejar terus.

Jadi dari sekian banyak pembangunan yang sudah dijalani, mungkin bisa diinformasikan, bagaimana strategi pembiayaan untuk membangun infrastruktur agar tidak terlalu mengandalkan utang?

Kemarin kan ramai-ramai (dibicarakan), waduh BUMN katanya utang mulu. Nah, yang selalu saya tekankan, jangan berpikiran negatif mengenai utang. Utang itu perlu kita lakukan kalau tujuannya benar-benar memang kita ingin mengembangkan usaha kita, dan utang ini dimanfaatkan untuk hal yang produktif.

Dalam arti begini, utang-utang ini benar-benar dipakai untuk bangun jalan tol sehingga jalan tolnya bisa dibangun dan terselesaikan tepat waktu. Sehingga, kalau sudah terselesaikan tepat waktu, masyarakat lewar jalan tol, kita dapat uang. Uang itu untuk bayar utang kan? Nah, ini lah yang harus kita jaga.

Bahwa berutang itu tidak ada masalah selama utang itu dimanfaatkan untuk hal yang produktif. Betul-betul bisa memberikan manfaat kepada perusahaan, perusahaan bisa mendapatkan revenue, mendapatkan pendapatan, mendapatkan keuntungan. Itu yang harus kita jaga. Jangan kita berutang malah dibelinya baju, dibelinya make up, itu yang tidak boleh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.