Sukses

Pakai Metode EOR, Pertamina Genjot Produksi Minyak di 9 Lapangan

PT Pertamina EP fokus menggenjot produksi minyak dari sumur tua di sembilan lapangan minyak dan gas bumi (migas).

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina EP fokus menggenjot produksi minyak dari sumur tua di sembilan lapangan minyak dan gas bumi (migas), dengan menggunakan metode Enhanced Oil Recovery (EOR).

Direktur Pengembangan Pertamina EP, John H Simamora  mengatakan, sumur tua dari sembilan lapangan migas yang dikelola Pertamina EP tersebar di seluruh Indonesia, prioritas pemilihannya berdasarkan jumlah cadangan yang dimiliki yaitu sekitar 300 juta-700 juta Bllion of Stock Tank Barrels (BSTB).

"‎Pemetaan sudah, rencana kerja sedang kami ajukan, makanya yang kami utamakan yang besar-besar dulu," kata John, di Jakarta, Selasa (12/3/2019).

Sembilan lapangan tersebut adalah Rantau, Sago, dan Ramba di Pertamina EP Aset 1n Jirak dan Limau di Pertamina EP Asset 2, Tambun dan Jatibarang di Pertamina EP Asset 3, serta Sukowati di Pertamina EP Asset 4, dan Tanjung di Pertamina EP Asset 5.

Untuk lapangan Tanjung, Rantau, Sago, Jirak, dan Limau menggunakan kimia yang disuntikan ke sumur migas, sedangkan empat lainnya menggunakan metode karbondioksida (CO2).

Dia belum merinci ‎investasi yang akan dikeluarkan untuk menjalankan program tersebut. Namun, untuk satu lapangan di Tanjung yang menjadi uji coba EOR, membutuhkan USD 4 juta untuk pengadaan kimia surfaktan polimer.

"Field trial untuk chemical EOR polimer di Tanjung sekitar USD 4 juta, termasuk untuk pengadaan 70 ton polimer," ujar dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pertamina Bawa Teknologi Buatan Sendiri untuk Cari Minyak di Aljazair

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) akan membawa teknologi sendiri, untuk meningkatkan penemuan minyak dan gas bumi (migas) dari lapangan  yang digarapnya di Aljazair.

Teknologi tersebut pun dipamerkan dalam ajang migas terbesar di Afrika, North Africa Petroleum Exhibition and Conference (NAPEC).

Vice President Cooproate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, salah satu tekonologi terbaik yang digunakan adalah passive seismic yang merupakan metode baru berbasis gelombang pasif frekuensi rendah (LFPS), untuk mendeteksi keberadaan hidrokarbon secara langsung (DHI).

LFPS memberikan respon yang tertentu (anomali) ketika menginterferensi reservoar yang mengandung hidrokarbon.

"Untuk mendukung kegiatan pengeboran, bisnis hulu Pertamina telah menggunakan teknologi terbaik dengan memperkuat budaya keselamatan, mengurangi human error serta meningkatkan konsistensi dan mengurangi produksi limbah," kata Fajriyah, di Jakarta, Selasa 12 Maret 2019.

Metode ini dikembangkan oleh Upstream Technical Center - PT Pertamina (Persero) dan telah diterapkan di beberapa lapangan Pertamina baik dalam kegiatan eksplorasi dan produksi maupun pengembangan. Validasi metode LFPS menunjukkan 82 persen sesuai dengan hasil analisis sehingga sangat signifikan mengurangi resiko kegagalan penentuan lokasi target bor.

Ke depan metode passive seismic ini akan diaplikasikan di lapangan Menzel Lejmat North (MLN) Field Block 405a, Aljazair yang saat ini dikelola Pertamina Internasional EP,  dalam mendukung kegiatan eksplorasi, produksi dan pengembangan migas.

"Saat ini, pengeboran Pertamina telah menghasilkan keunggulan operasi melalui tingkat integritas operasional yang tinggi dengan mengoptimalkan kinerja SDM dan teknologi,” imbuhnya

Lapangan migas yang diakuisisi Pertamina sejak 2013 dengan kepemilikan 65 persen, ini merupakan salah satu andalan produksi minyak Pertamina di luar negeri. 

PIEP telah sukses melakukan kegiatan pengeboran pertama di lapangan MLN, dengan produksi  pada 2018 tercatat sebesar 16 ribu barel minyak per hari (bph) dan untuk 2019 produksinya ditargetkan meningkat menjadi lebih dari 19 ribu bph.

Sebagai informasi, selain MLN, di Aljazair Pertamina juga memiliki share di 2 lapangan migas lainnya, yaitu EMK (El Merk) field dengan kepemilikan 16,9 persen, dan Orhud dengan kepemilikan 3,73 persen.

Selain blok tersebut, dalam rangka mengembangkan peluang bisnis baru, Pertamina juga telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Sonatrach yang merupakan perusahaan migas asal Aljazair.

Kerja sama ini juga melengkapi pengembangan bisnis yang dilakukan PIEP di sejumlah wilayah lainnya seperti Afrika, Timur Tengah dan Asia.  

Dalam ajang wahana untuk promosi produk migas unggulan, berdiskusi dan bertemunya para profesioal migas di seluruh dunia. Pameran ini akan diikuti 570 operator serta perusahaan teknologi dan layanan dari 40 negara.

Pertamina melalui Refinery Unit V Balikpapan mempromosikan produk unggulan Smooth Fluid 05 (SF 05), saat ini telah diproduksi Refinery Unit V Balikpapan dengan kapasitas 1,2 juta barel per tahun. 

Produk turunan petrokimia ini telah terbukti diterapkan oleh industri migas di Indonesia baik offshore maupun onshore. Keunggulannya antara lain stabilitas yang baik dan tidak mudah teroksidasi  pada kondisi operasi pemboran darat, lepas pantai dan kondisi HPHT, stabil untuk penyimpanan jangka panjang, serta ramah lingkungan, karena telah lulus uji toksisitas, biodegradabilitas, bebas iritasi kulit dan mata serta memiliki kandungan BTX yang sangat rendah.

"Smooth Fluids 05 sebagai bahan dasar campuran cairan pemboran berbasis minyak dengan kinerja tinggi, saat ini banyak digunakan oleh operator global terkemuka yang beroperasi di seluruh Indonesia dan terus berkembang ke pasar global," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.