Sukses

Kalah Saing, Miliarder Baidu Merugi Rp 34 Triliun

Miliarder bisnis mesin pencarian Baidu, Robin Li, rugi miliaran dolar lantaran persaingan yang ketat.

Liputan6.com, Beijing - Beberapa tahun belakangan menjadi waktu paling sulit bagi Robin Li. Miliarder Baidu, mesin pencarian khusus dalam bahasa China ini mengalami penurunan harta kekayaan sebesar USD 2,4 miliar atau sekitar Rp 34,1 triliun dalam waktu satu tahun ke belakang.

Sang miliarder, Li, yang tadinya menduduki peringkat 134 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes, harus turun 19 peringkat. Kekayaan bersihnya saat ini diperkirakan mencapai USD 9,6 miliar atau sekitar Rp 136,5 triliun didasarkan pada saham Baidu yang terdaftar di Nasdaq, yang telah merosot sebesar 33 persen sejak Maret lalu.

Investor kemudian mempertanyakan apakah persaingan Baidu dengan usaha sejenis semakin ketat. Dilansir dari Forbes, Baidu dikabarkan mengalokasikan dana yang cukup besar untuk pemasaran produknya namun hanya mendapat untung sebesar 4 persen pada kuartal IV 2018, jauh dibanding tahun 2017 yang mencapai 21 persen.

Analis memprediksi, miliarder Baidu masih akan berusaha mengeluarkan dana yang besar untuk tetap memikat para pengiklan.

"Dengan laju iklan online di China yang tumbuh sangat lambat, semua perusahaan harus berjuang dengan agresif untuk mendapatkan uang," kata Raymond Feng, analis senior perusahaan riset Pacific Epoch di Shanghai.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bersaing dengan Alibaba dan Tencent

Alibaba dan Tencent, saingan Baidu, telah berusaha untuk mendapatkan pangsa pasar online yang lebih besar. Alibaba menyelipkan iklan di kolom rekomendasi produk, sedangkan Tencent memanfaatkan aplikasi WeChat.

Tidak mau kalah, Bytedance Tik Tok, aplikasi penyedia video pendek yang cukup terkenal di Indonesia, juga menyelipkan iklan di sela-sela video yang ditonton oleh 500 juta penggunanya.

Menurut perkiraan DBS, pangsa Baidu dari pasar iklan online China tahun ini akan turun menjadi 18%, dari yang awalnya 22 persen pada 2016. Pada kuartal pertama 2019, pertumbuhan iklan online diperkirakan melemah hingga di bawah 10 persen karena kondisi ekonomi secara keseluruhan di China.

Meski begitu, DuerOS, aplikasi mirip Siri dari Apple yang digagas Baidu telah mencapai 200 juta pemasangan di smartphone pada kuartal IV 2018, membuat Baidu bisa bertahan kuat hingga saat ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini