Sukses

Empat Anak Muda Berbagi Inspirasi dalam Impact Talks

Inti pemaparan para nara sumber ini, meminta agar anak muda jangan pernah berhenti belajar.

Liputan6.com, Jakarta Empat anak muda yang dinilai membawa dampak positif bagi masyarakat membagikan pengalamannya, dalam acara seminar bertema Impact Talks. Acara ini berlangsung di Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Jakarta pada hari ini.

Keempat anak muda tersebut ialah Co-Founder Young Leader for Indonesia (YLI) Fandi Achmad, Nina Moran yang merupakan Co-Founder Go Girl. Kemudian Daniel Simandjuntak dari LPDP Awardee, dan Nadia Syahraniah sebagai Stunting Prevention Activist.

Inti pemaparan para nara sumber ini, meminta agar anak muda jangan pernah berhenti belajar. Apalagi, secara akses teknologi saat ini membuka peluang besar bagi generasi milenials untuk terus belajar dan fleksibel.

"Intinya sih continous learning. Jangan pernah berhenti belajar. Saya saat ini bekerja di BUMN sebagai couch people building di Inalum," ujar Nina Moran selaku Co-Founder Go Girl di Jakarta, Selasa (5/3/2019).

Senada, Fandi Achmad yang pernah mendapat pelatihan khusus dari perusahaan global Mckinsey menuturkan, generasi milenials harus semangat mencoba berbagai industri dan berani mengambil risiko.

Menurut dia, kesempatan yang luas di era sekarang harus dioptimalkan untuk pengembangan diri. Terutama bagaimana membangun citra diri lewat rekam jejak pekerjaan yang berkualitas.

"Yang penting adalah mencoba berbagai industri. Teman-teman justru akan belajar dari sana dan menjadi ekspert di bidang tersebut," ungkapnya.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengalaman Fandi Ahmad

Bagi kamu yang tertarik mengambil jurusan kebijakan publik untuk rencana magister, kamu bisa meniru sosok Fandi Achmad. Sosok yang mampu terlibat langsung dalam pengambilan keputusan di bidang pemerintahan.

Fandi Achmad merupakan Co-founder dari Young Leader for Indonesia (YLI) yang saat ini bekerja di kantor staf kepresidenan RI.

Dia mengaku sangat tertarik dengan kebijakan publik khususnya pada kebijakan perdagangan internasional.

"Sebenarnya saya tertarik dengan public policy di international trade, saya pernah bekerja di World Trade Organization (WTO). Itu organisasi dunia yang mengurusi kebijakan di bidang perdagangan internasional di Swiss. Waktu kuliah di Amerika, saya magang di sana selama 3 bulan," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di acara Impact Talks.

Pria yang disapa Fandi ini merupakan lulusan S1 UGM dengan jurusan ekonomi. Kemudian dia melanjutkan pendidikan magister dengan mengambil kebijakan publik di University of Michigan Amerika Serikat pada 2016.

Rekam jejaknya pada kebijakan publik ditunjukan dengan segelintir pengalaman kerjanya ketika menapaki karier. Dirinya pernah memperoleh Research Fellow dari Bank Indonesia (BI) pada tahun 2011.

Setelah itu bekerja sebagai economist di European Commission 2012, dan pernah bekerja juga di The ASEAN Secretariat sebagai Technical Officer for Competition Policy.

"Setelah itu saya magang di WTO Swiss sebagai economist intern selama 3 bulan kemudian pernah bekerja juga di Maybank sebagai Senior Manager selama 9 bulan," ujarnya.

Untuk teman-teman yang ingin melanjutkan sekolah di kebijakan publik, Fandy menyarankan tak perlu ragu akan materi jurusan yang diambil. Lantaran, jurusan kebijakan publik sendiri akan membahas dan mempelajari tiga isu penting dunia seperti ekonomi, politik serta hukum.

"Public policy itu gabungan dari ekonomi, politik dan hukum, jadi saya tidak mulai dari nol. Jadi belajar mikro dan makro ekonomi. Dan di Amerika itu public policy luas banget background-nya ada dokter, pegawai pemerintah, consultant di BCG jadi kita belajar skill-skill buat kebijakan untuk negara," kata dia.

"Jadi saran saya buat milenials temukan dulu apa yang kalian enggak suka dan suka, jadi bisa differentiate. Coba berbagai macam pengalaman kerja, karena masih muda learning momentnya banyak banget. Dan kalau sudah diumur tertentu jadilah ahli di satu bidang, bangun rekam jejak. Jadi kalau dipanggil jadi pembicara mereka pasti lihat rekam jejak, jadi kamu tahu passion-mu," dia menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini