Sukses

Pengusaha Harap Pertemuan Produsen Sawit Beri Solusi Kampanye Hitam

Pertemuan yang diikuti oleh Indonesia, Malaysia, dan Kolombia ini untuk menentukan sikap seiring dinamika global terhadap penggunaan bahan bakar minyak sawit.

Liputan6.com, Jakarta Tiga negara produsen minyak kelapa sawit menggelar pertemuan pejabat senior (Senior Officials Meeting/SOM) dan pertemuan tingkat menteri (ministrial meeting) di Jakarta, pada hari ini. Ketiganya merupakan anggota yang tergabung dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC). 

Pertemuan yang diikuti oleh Indonesia, Malaysia, dan Kolombia ini untuk menentukan sikap seiring dinamika global terhadap penggunaan bahan bakar minyak sawit.

Adapun salah satu isu strategis yang akan dibawa Indonesia dalam pertemuan tersebut adalah menolak keputusan Uni-Eropa terkait pelarangan minyak kelapa sawit dalam kebijakan energi terbarukan (Renewable Energy Directive II/RED II).

Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi mengatakan, dengan adanya pertemuan tiga negara produsen tersebut diharapkan dapat menghasilkan keputusan bersama. Sehingga beberapa persoalan terkait kampanye hitam yang dilakukan oleh Uni-Eropa dapat segera diselesaikan.

"Intinya itu semua ujungnya dalam rangkaian. Kalau memang Eropa dengan segala hambatan yang mereka berlakukan untuk minyak sawit Indoneisa itu pilihannya kan satu kita fight untuk negosiasi," katanya saat dihubungi merdeka.com, Rabu (27/2/2019).

Namun demikian, apabila kesepakatan dalam penolakan terhadap Uni-Eropa ini tidak disepakati oleh kedua negara, maka pemerintah dan pelaku usaha siap untuk melapor kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). "Bahkan bila perlu kita melaporkan ke WTO terkait dengan diskriminasi dagang itu," imbuhnya.

Tofan mengakui, saat ini prospek ekspor CPO Indonesia ke negara-negara Uni-Eropa memang cukup besar. Namun, kendalanya masih banyak persaratan-persyaratan yang terkadang memberatkan bagi pelaku industri dalam negeri.

"Uni Eropa akan tetap butuh sawit hanya mereka ingin menekan harga dan daya saing dengan berbagai aturan yang dikaitkan dengan isu-isu sustainability," katanya.

 

Dia menyarankan, apabila Uni-Eropa masih ngotot dengan aturan yang mereka buat bukan tidak mungkin Indonesia akan mencari pasar baru. Menurutnya, banyak pasar ekspor baru yang potensial bagi ekspor CPO Indonesia, di antaranya Rusia dan negara Eropa timur lain, seperti Timur Tengah, dan Afrika.

"Kalau tidak memungkinkan kita harus memulai berpikir mencari pasar alternatif walaupun itu tidak gampang. Paling relaistis ya pasar dalam negeri itulah yang harus diperbesar," pungkasnya.

Sebelumnya, Pemerintah sepakat akan membawa beberapa usulan dalam pertemuan CPOPC mendatang. Salah satu yakni menolak kampanye sawit hitam di Uni Eropa, yakni renewable energy directive (RED) II.

Dalam pertemuan nanti, pemerintah juga berkomitmen dan akan mendorong pemanfaatan sawit untuk biofuel kepada seluruh anggota dalam pertemuan CPOPC.

"Misalnya mendorong pemanfaatan sawit bagi biofuel. Di waktu lalu keliatan Indonesia seperti jalan sendiri dan yang yang lain belum membuat komitmen yang kuat dan Malaysia sudah kuat dan sudah mulai membahas peningkatan setelah ini masuk B20 dan Indonesia sudah masuk ke trail masuk B30," kata Direktur Eksekutif Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Mahendra Siregar di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini