Sukses

Program Infrastruktur Capres Jangan Cuma Andalkan Kuantitas

Rentetan kasus kecelakaan konstruksi di sejumlah proyek ramai terjadi pada tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Masa kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden RI Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) untuk periode 2014-2019 akan segera berakhir. Dalam lima tahun tersebut, Jokowi-JK gencar membangun infrastruktur seperti jalan, jembatan, bandara, pelabuhan hingga menyediakan perumahan di seluruh pelosok Nusantara.

Pencapaian ini turut menjadi salah satu senjata utama Jokowi yang akan kembali berkontestasi sebagai orang nomor satu di Indonesia untuk lima tahun ke depan dalam Pilpres 2019. Dalam pemilu ini Jokowi berpasangan dengan Ma'ruf Amin.

Menyoroti kinerja Jokowi pada periode sebelumnya, pengamat infrastruktur dari Universitas Indonesia Wicaksono Adi tak ragu mengakui kecepatan sang petahana yang mampu banyak membangun berbagai fasilitas publik.

Namun, ia mencatat, jumlah tenaga ahli konstruksi yang terbatas menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja di sejumlah proyek yang kerap terjadi beberapa waktu terakhir. Oleh karena itu, masalah kecelakaan kerja di dunia infrastruktur harus menjadi perhatian para capres dalam debat kedua ini.

"Beberapa waktu lalu sempat ada kecelakaan kerja. Kalau digali lebih lanjut, beberapa faktor yang menyebabkan selain keterbatasan jumlah tenaga ahli, juga dari sisi metode pekerjaan," jelas dia kepada Liputan6.com, seperti ditulis, Minggu (17/2/2019).

Seperti diketahui, rentetan kasus kecelakaan konstruksi di sejumlah proyek ramai terjadi pada tahun lalu. Tercatat, sebanyak 157.313 kecelakaan kerja terjadi selama 2018, seperti ambrolnya tembok parineter selatan Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) yang menjadi bagian proyek Kereta Bandara pada Februari 2018, hingga ambruknya bekisting pierhead Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) di bulan yang sama.

Catatan kedua, Wicaksono Adi melanjutkan, kualitas teknis pengerjaan turut menjadi sorotan, seperti lengsernya sisi lereng Tol Salatiga-Kartasura Km 489+500 arah Salatiga menuju Solo pada akhir tahun lalu, yang tergerus air hujan lantaran belum bisa berfungsi optimal.

"Dari sisi kualitas, secara teknik, beberapa waktu lalu di Salatiga-Kartasura ada keretakan. Kualitas ini salah satunya karena terbatasnya tenaga ahli di proyek tersebut," sambungnya.

"Terus terang, secara internasional di kalangan profesi hal ini menjadi isu. Di sisi kecepatan bagus, tapi muncul celah-celah yang membuat kualitas dan sisi keamanan proyek itu jadi isu," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

2.000 Personel Gabungan TNI-Polri Siap Amankan Debat Pilpres Kedua

Sebelumnya, sebanyak 2.000 personel akan diterjunkan dalam pengamanan debat capres di Hotel Sultan, Jakarta Selatan, 17 Februari 2019 mendatang. Dalam debat ini, capres Jokowi dan Prabowo akan beradu gagasan tentang tema Energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.

"Untuk pengamanan debat capres putaran 2 yang ada di Hotel Sultan dari kepolisian menyiapkan 2.000 personel gabungan Polri TNI," kata Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, pada Kamis 14 Februari 2019.

Ia pun menjelaskan, nantinya para personel keamanan akan disebar ke beberapa titik yang dianggap rawan. Terlebih, pada titik atau jalur yang dilalui peserta debat.

"Jadi pengamanan yang difokuskan di ring satu dari debat itu sendiri. Nanti ada paspampres di ring 1, ring 2 nanti TNI-Polri, dan ring 3 ada Polri yang untuk mengatur jalannya keluar masuk kendaraan menuju Hotel Sultan," jelasnya.

Lalu, terkait apakah akan adanya pengalihan arus jalan saat debat capres tersebut, Ia tak menjelaskan secara rinci. Namun dia menyebut pengalihan arus lalu lintas akan dilakukan tergantung situasinya nanti.

"Apakah nanti ada pengalihan arus atau buka tutup atau nanti melewati busway itu nanti diskresi yang dilakukan Dirlantas Polda Metro. Jadi Masalah rekayasa lalin kita tunggu hari H nya," sambungnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.