Sukses

Ekonomi RI Tumbuh 5,17 Persen pada 2018, Ini Sebabnya

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 mencapai 5,17 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 mencapai 5,17 persen.

Angka ini menjadi salah satu capaian tertinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2014 lalu.

Kepala BPS, Suhariyanto menyampaikan, berdasarkan sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari lapangan usaha industri pengolahan sebesar 0,91 persen. Kemudian diikuti oleh perdagangan besar eceran, reparasi mobil sepeda motor sebesar 0,61 persen, dan kehutanan perikanan mencapai sebesar 0,50 persen.

"Di samping itu, informasi dan komunikasi juga tumbuh sebesar 0,36 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia dari lapangan usaha lainnya sebesar 2,14 persen," kata Suhariyanto, di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (6/2/2019).

Suhariyanto menambahkan, dari sisi pengeluaran sendiri pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,17 persen terjadi pada semua komponen.

Yakni mulai dari komponen pengeluaran konsimsi rumah tangga (PK-RT), pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P), dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) serta ekspor dan jasa.

"Sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari komponen PK-RT sebesar 2,74 persen. Kemudian diikuti oleh komponen PMTB sebesad 2,17 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi dari komponen lainnya sebesar 0,26 persen," pungkasnya.

Adapun, struktur ekonomi Indonesia secara spasial 2018 didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dan Sumatera. Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yakni sebesar 58,48 persen, diikuti oleh Sumatera sebesar 21,58 persen, dan Kalimantan 8,20 persen.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BPS: Ekonomi RI Tumbuh 5,17 Persen pada 2018

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV-2018 sebesar 5,18 persen secara year on year (yoy). Angka ini naik tipis jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2018 yang hanya 5,17 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto, menyampaikan secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dari kuartal I-IV 2018 mencapai 5,17 persen. Namun, secara kuartal ke kuartal, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun sebesar 1,69 persen.

"Ekonomi indonesia tumbuh 5,18 persen kalau dibandingkan kuartal IV-2017. Jadi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 5,18 persen dibandingkan kuartal III-2018 kuartal ke kuartal (q to q) minus 1,69 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Rabu 6 Februari 2019.

Suhariyanto menjelaskan, laju pertumbuhan kuartal IV-2018 ini juga lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2017 sebesar 5,19 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2018 sebesar 5,17 persen jauh lebih baik sejak 2014 lalu.

"Dengan pertumbuhan ekonomi indonesia 5,18 persen maka sepanjang 2018 sebesar 5,17 persen. Ini tren yang bagus sekali terbaik sejak tahun 2014 ke depan banyak kebijakan ekonomi Indonesia lebih bagus di tengah ekonomi global tidak tentu arahnya," tutur dia.

Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 hanya mencapai 5,01 persen. Kemudian, untuk 2015 menurun menjadi 4,88 persen. Di 2016 menunjukan kenaikan kembali sebesar 5,03 persen, dan pada 2017 mencapai sebesar 5,07 persen.

"Saya akan bilang 5,17 sepanjang 2018 capaian yang cukup menggembirakan," ujar dia.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir, memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2018 capai 5,2 persen.

"Karena 3 triwulan tahun 2018 saja sudah 5,17 persen. Dengan perkiraan pertumbuhan triwulan IV sebesar 5,2 persen maka pertumbuhan 2018 mendekati kisaran 5,2 persen," ujar Iskandar melalui pesan singkat, Jakarta, Senin 4 Februari 2019.

Iskandar mengatakan, faktor pendukung pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 adalah konsumsi dan investasi. Sementara itu ekspor belum terlalu menggeliat disebabkan oleh perlambatan yang terjadi selama beberapa bulan.

"Kalau ekspor mesti di nett dengan impor yang hasilnya mendekati 0. Jadi kalaupun ekspor melambat tapi nett nya hampir 0. Dengan melihat perkembangan tersebut dan pertumbuhan konsumsi 5,1 persen akibat pilpres dan pileg," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.