Sukses

Makin Menguat, Rupiah Tembus 13.930 per Dolar AS

Rupiah bergerak di kisaran 13.930-13.950 per dolar AS pada perdagangan Rabu pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) usai libur Imlek. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS didorong data ekonomi AS dan negosiasi perdagangan antara AS-China.

Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah menguat 16 poin atau 0,11 persen ke posisi 13.947 per dolar AS pada 6 Februari 2019 dari periode 4 Februari 2019 di kisaran 13.976 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 29 poin atau 0,20 persen ke posisi 13.945 per dolar AS dari penutupan perdagangan 13.961 per dolar AS.

Jelang Rabu siang, rupiah menguat ke posisi 13.930 per dolar AS. Rupiah pun bergerak di kisaran 13.930-13.950 per dolar AS.

Data RTI menunjukkan, rupiah makin menguat ke posisi 13.928 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual menuturkan, aliran dana investor asing ke pasar modal Indonesia masih berlanjut mendukung penguatan rupiah terhadap dolar AS. Pada perdagangan hari ini, aksi beli investor asing capai Rp 175,72 miliar di pasar regular. Hingga 4 Februari, aksi beli investor asing capai Rp 13,99 triliun.

Selain itu, pelaku pasar juga menanti rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2018. Diperkirakan ekonomi RI tumbuh 5,06 persen pada kuartal IV 2018. Sepanjang 2018, ekonomi Indonesia tumbuh 5,14 persen.

"Rupiah akan menguat tipis di 13.900-13.960. Bila (pertumbuhan ekonomi-red) positif, penguatan rupiah akan lebih besar," ujar David saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, dari eksternal, ada perkembangan negosiasi perdagangan antara AS dan China juga menjadi katalis positif. Pada pekan depan, delegasi AS dan China akan kembali bertemu untuk diskusi mengenai perizinan hak intelektual.

"Ini diskusi sudah sampai high level, melibatkan Menteri Keuangan AS jadi pelaku pasar berharap perang dagang akan mereda," kata dia.

David menuturkan, rilis data ekonomi AS juga positif dengan menguatnya pesanan pabrik sekitar 0,7 persen.

Selain itu, negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC juga akan bicarakan mengenai pengendalian pasokan minyak. Ini akan membuat harga minyak sedikit naik.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rupiah Paling Perkasa di Asia dan Bisa Sentuh 13.500 per Dolar AS

Sebelumnya, mata uang rupiah memimpin sebagai yang paling perkasa di Asia. Terkini, rupiah sudah meninggalkan angka 14.000 per dolar AS.

Menurut pantauan kurs Bloomberg, rupiah sedang berada di level 13.989 per dolar AS. Ini penting karena rupiah telah turun dari level psikologis.

Penguatan rupiah berasal dari dua faktor: The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI).

Bloomberg menyebut, The Fed telah berjanji akan bersikap dovish dengan lebih sabar dalam menaikkan suku bunga. Sementara, Gubernur BI yang menyatakan akan bersikap hawkishperihal suku bunga.

"Rupiah jelas telah mendapat untung dari pernyataan Fed yang dovish semalam yang dapat mendukung aliran surat utang," jelas Dushyant Padmanabhan, analis mata uang Nomura Holdings Inc. di Singapura.

Vishnu Varathan, Kepala Ekonomi dan Strategi Mizuho Bank Ltd di Singapura, menyebut faktor lainnya adalah mata uang Yuan yang makin kuat juga membantu mendorong rupiah. Sekadar info, yuan tertinggi dalam setengah tahun terakhir berkat kebijakan The Fed.

Ia mengatakan, level selanjutnya yang perlu diawasi adalah 13.800 per dolar AS, dan jika situasi peningkatan terjaga, maka rupiah dapat menyentuh 13.500 per dolar AS.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.