Sukses

Lebih Murah, Sebagian Besar Jalur LRT Cibubur-Bogor Dibangun Menapak Tanah

pembangunan lintasan LRT yang menapak di tanah (landed) jauh lebih murah dibandingkan jika dibuat melayang atau elevated.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero), Budi Harto, mengatakan bahwa 70 persen lintasan LRT Jabodebek Fase II rute Cibubur-Bogor bakal dibangun landed atau menapak tanah.

"70 persen menapak di tanah. ke arah Bogor banyak yang luang jadi bisa grounded," kata dia, saat ditemui, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Kamis (31/1/2019).

"Perlintasan sebidang yang berat elevated. Perlintasan sebidang yang berat itu pilihan ada dua elevated atau underground," lanjut Budi.

Dia pun mengakui bahwa pembangunan lintasan yang menapak di tanah (landed) jauh lebih murah dibandingkan jika dibuat melayang atau elevated.

"Beda antara elevated dan menapak tanah, di pekerjaan sipilnya saja. Kira-kira bisa turun banyak," katanya.

"(Bisa turun) Rp 150 miliar sampai 250 miliar bisa. Memang mahal elevated. Karena tahu sendiri kan buat pondasi 40 meter, tiangnya," jelas dia.

Akhir Karya mengaku siap mengerjakan proyek LRT Fase II tersebut. Namun dia menegaskan bahwa untuk memulai pembangunan, tentu harus ada instruksi lebih dulu dari pemerintah.

"Bogor-Cibubur kami sudah siap dengan desain. Kalau diinstruksikan oleh pemerintah untuk mulai kami siap mulai. Ini kan belum diinstruksikan pemerintah. Kalau besok perintah, lusa kerja," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Adhi Karya Ungkap Perbandingan Biaya Bangun LRT di Berbagai Negara

Sebelumnya, manajemen PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) klaim pembangunan proyek light rail transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) Tahap I terbilang murah.

Dibanding negara-negara tetangga, Indonesia bahkan menawarkan biaya yang kompetitif untuk pembangunan proyek LRT.

"Sebagai perbandingan untuk pembangunan LRT Manila di Filipina sebesar Rp 904 miliar/km, LRT Kelana Jaya di Malaysia sebesar Rp 807miliar/km, LRT Lahore di Pakistan Rp 797 miliar/km," ucap Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk Pundjung Setya Brata di Jakarta, Senin (14/1/2019).

Dia menggambarkan, pembangunan LRT di negara-negara besar lain di dunia bahkan menelan biaya yang cukup fantastis. 

"Untuk perbandingan, LRT Lahore di Pakistan Rp 797 miliar/km dan LRT Dubai di Uni Emirat Arab Rp1,026 miliar/km, LRT Calgary di Kanada sebesar Rp 2,197 miliar/km dan LRT Houston di Amerika Serikat sebesar Rp 688 mlliar/km," ujar dia.

Oleh sebab itu, dia menegaskan, pembangunan LRT ini telah sesuai dengan pertimbangan Perseroan. Perusahaan juga telah mensurvei secara detail terkait pembangunan LRT dengan skema elevated itu.

"Kami sudah berusaha memikirkan semuanya supaya lebih optimum. Jadi kalau mau kita compare, atau bolehlah dicek pembangunan di luar negeri ya. Supaya bisa clearperbandinganya," ujar dia.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla kritik pembangunan kereta ringan atau light rail transit (LRT) yang menelan biaya sampai Rp 500 miliar per kilometernya (km).

Dia menuturkan, pembangunan LRT dengan skema elevated atau melayang tersebut terlalu mahal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.