Sukses

Bangun SDM, Pemerintah Fokus Pendidikan dan Kesehatan

Pembangunan sumber daya manusia (SDM) saat ini masih menjadi isu strategis ke depan.

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Gellwynn Daniel Hamzah, mengatakan pembangunan sumber daya manusia (SDM) saat ini masih menjadi isu strategis ke depan.

Sebab, di era industri 4.0 pemerintah tengah gencar meningkatkan kualitas SDM berdaya saing tinggi.

"Peningkatkan kualitas dari pengelolaan dasar yang baik khususnya di bidang pendidikan tetap menjadi prioritas," kata Gellwynn dalam forum konsultasi publik, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (23/1/2019).

Gellwynn mengatakan, di bidang pendidikan pemerintah terus mendorong kapasitas SDM melalui sektor pendidikan.

Tidak hanya fokus kepada peserta didik, tapi juga pemerintah memperhatikan kepada peningkatan sarana dan prasarana. Berdasarkan catatan, partisipasi pendidikan pada jenjang menengah dan tinggi menunjukan adanya peningkatan.

Misalnya saja pada tingkat pendidikan SMK dan SMA, pada 2017 mencapai 82,84 persen, meningkat dari 2016 yang tercatat hanya 80,89 persen.

Di samping itu, pendidikan tinggi pada 2017 berada di 29,93 persen, atau meningkat dari periode sebelumnya yakni 27,98 persen.

"Dengan upaya tersebut telah terjadi peningkatan angka partisipasi sekolah pada setiap jenjang pendidikan keseluruhan," imbuhnya.

Gellwynn menambahkan, selain bidang pendidikan, upaya peningkatan SDM juga didorong melalui sektor kesehatan. Sebab, untuk menunjang SDM yang mampu berdaya saing, kesehatan menjadi faktor utama.

Berdasarkan data yang dimiliki Bappenas, upaya pemerintah dalam menekan tingkat kesehatan masyarakat menunjukan tren positif. Misalkan saja, sejak 2010 hingga 2015 angka kematian ibu dan anak berhasil ditekan sebesar 12 pesen. 

Di sisi lain, stunting juga masih terjadi, tapi dalam lima tahun terakhir (2013 sampai 2018) prevalensinya juga turun 6 persen. Dari 36,3 persen menjadi 30,8 persen. "Pembangunan manusia kini menjadi faktor penting," tutur dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

RI Dapat Tiru Vietnam

Sebelumnya, dunia industri Indonesia telah memasuki era baru yang disebut revolusi industri 4.0. Hal ini dimulai sejak Presiden Joko Widodo meresmikan peta jalan atau roadmap yang disebut Making Indonesia 4.0.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, membeberkan strategi pemerintah dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menghadapi revolusi industri ke-4.

Salah satunya adalah melalui program pengentasan stunting bersama Kementerian dan Pemerintah Daerah (Pemda).

"Pemerintah telah membuat program untuk melawan stunting bersama-sama antar Kementerian dan juga dengan Pemerintah Daerah,” kata Sri Mulyani melalui keterangan resminya, Senin 14 Januari 2019.

Sri Mulyani mengatakan, apabila ingin menyiapkan tenaga kerja yang sehat, produktif, dan cerdas maka investasinya harus dimulai dari usia dini.

Bahkan pada saat seorang ibu sedang hamil atau akan melahirkan itu akan menjadi fokus pemerintah. Kemudian, dari sisi sistem pendidikan, pemerintah memberikan perhatian khusus bagi pendidikan usia dini.

Mengingat pada masa tersebut merupakan usia emas bagi perkembangan otak manusia sebagai prasyarat untuk dapat mengikuti pendidikan-pendidikan selanjutnya. 

"Kalau kita bicara tentang sistem pendidikan, maka Indonesia telah membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan amanat konstitusi, 20 persen untuk pendidikan. Nilainya untuk tahun 2019 (sekitar) Rp 495 triliun. Persoalan kita adalah bagaimana menyiapkan tenaga kerja yang memiliki kapasitas," ujar dia.

Selain itu, Sri Mulyani juga menekankan masalah distribusi dan kualitas pengajar menjadi penting untuk meningkatkan kualitas SDM.

Tak hanya itu, bahkan proses belajar-mengajar melalui teknologi, serta isi dari pendidikan itu sendiri juga tengah diperhatikan betul oleh pemerintah.

"Rasio jumlah guru terhadap murid sekitar di bawah 18 itu sudah comparable dengan negara-negara maju. Namun, distribusi guru dan kualitas guru menjadi tantangan. It's all about quality. Sertifikasi guru perlu difokuskan," kata dia.

Sementara itu, terkait proses belajar-mengajar, teknologi menjadi penting misalnya melalui konektivitas sampai daerah-daerah terpencil.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.