Sukses

Biaya Keamanan Bos Facebook Rp 141 Miliar

Ratusan miliar dikeluarkan demi perlindungan bos Facebook.

Liputan6.com, Menlo Park - Ongkos perlindungan bagi CEO Facebook Mark Zuckerberg ditaksir akan mencapai USD 10 juta atau Rp 141 miliar tahun ini (USD 1 = Rp 14.191). Jumlah itu naik dari tahun-tahun sebelumnya.

Dilansir dari Fast Company, biaya perlindungan Zuckerberg naik sekitar berlipat ganda sejak 2013. Pada tahun itu, biaya perlindungannya ialah USD 2,3 juta (kini setara Rp 39,7 miliar), lalu tahun lalu menjadi USD 7,3 miliar (kini setara Rp 110 miliar).

Salah satu alasannya adalah reputasi Facebook yang semakin menjadi sorotan. Pada tahun lalu, pihak Facebook menyebut perlindungan ini sesuai dan diperlukan.

Ongkos perlindungan Mark Zuckerberg terbilang fantastis dibanding bos teknologi lain. Ambil contoh perlindungan bos Google, Sundar Pichai, yang USD 600 ribu (Rp 8,5 miliar).

Bagi orang terkaya di dunia, Jeff Bezos, Amazon menggelontorkan dana USD 1,6 juta (Rp 22,7 miliar). Sementara, baru-baru ini terlihat Bill Gates berjalan santai mengantre di toko burger.

Reputasi Facebook sempat kena terjang badai kontroversi terkait data pengguna. Kasus Cambridge Analytica yang memanen data publik pengguna di Facebook membuat perusahaan perlu putar otak terkait cara mencari penghasilan.

Facebook pun berjanji akan lebih transparan soal data pengguna dan gencar dalam melawan penyebaran berita palsu. Imbas kasus Facebook juga membuat kekayaan Mark Zuckerberg menurun drastis, dan membuatnya terlempar dari lima orang terkaya di dunia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mark Zuckerberg: Data Pengguna Facebook Cuma Senilai 10 Sen

Dokumen internal Facebook yang sifatnya rahasia, akhirnya dipublikasikan oleh Parlemen Inggris. Itu diperoleh bulan lalu dari sebuah perusahaan developer aplikasi yang menggugat Facebook. 

CEO Facebook Mark Zuckerberg ternyata pernah bilang kalau data seorang pengguna nilainya cuma US$ 0,10 alias 10 sen (Rp 1.456).

Mengutip laman Business Insider Singapura, Jumat, 6 Desember 2018, informasi ini diungkapkan oleh Zuck pada 2012.

Kala itu Facebook meminta bayaran sebesar Rp 1.456 per user untuk per tahun kepada para developer yang hendak menggunakan data pengguna.  Tidak hanya itu, dengan bayaran yang teramat murah itu, developer juga bisa mengakses daftar teman dan informasi personal milik pengguna. Demikian dalam cache email internal Facebook.

Dalam email internal itu, Zuckerberg tengah mendiskusikan cara-cara yang bisa dilakukan Facebook untuk membuat bisnis dari platform mereka.

"Saya banyak berpikir tentang model bisnis platform (Facebook), akhir pekan ini. Jika kita membuatnya sedemikian rupa, pengembang bisa memberi pendapatan bagi kita dengan cara berbeda. Hal itu bisa membuatnya lebih mudah diterima dan menagih mereka lebih banyak lagi, karena menggunakan platform (Facebook)," katanya dalam email tertanggal 7 Oktober 2012.

Dalam email tersebut, Zuckerberg melanjutkan, ada cara lain yang bisa dilakukan untuk membebankan bayaran lebih banyak pada developer dan mungkin terstruktur.

"Masuk dengan Facebook selalu gratis. Namun, membaca apapun, termasuk (daftar) teman, bisa menghasilkan banyak uang. Mungkin dengan bayaran US$ 0,10 per pengguna per tahunnya," katanya.

Zuckerberg mengatakan, para developer bisa membayar biaya itu langsung pada Facebook. "Secara default mereka bisa menutupi biaya tersebut dengan membeli iklan di jejaring sosial mereka, menjalankan iklan dari aplikasi mereka, menggunakan sistem pembayaran mereka, atau menjual items di tokonya," kata Zuckerberg.

"Ide dasarnya adalah, pendapatan apapun yang diterima (pengembang) dari Facebook menghasilkan kredit terhadap hal apapun di Facebook yang kamu pakai. Bagi sebagian pengembang, mungkin ini akan sepenuhnya menutupi biaya," katanya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini