Sukses

Produksi Capai 216 Ribu Barel, Blok Cepu Jadi Penghasil Minyak Terbesar di RI

SKK Migas mencatat produksi minyak Blok Rokan akan merosot pada 2019 sehingga digantikan Blok Cepu.

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas bumi (SKK Migas) mencatat produksi minyak Blok Rokan akan merosot pada 2019, sehingga posisinya sebagai penghasil minyak terbesar di Indonesia digantikan Blok Cepu.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, ada pergeseran sumber minyak di Indonesia pada 2019, yang sebelumnya terbesar berasal dari Blok Rokan dikelola Chevron Pacific Indonesia menjadi Blok Cepu dikelola Mobile Cepu Limmited.

‎"Pada 2019 dari target 2019 ada pergeseran yang diharapkan  Mobile Cepu naik di 2019," kata Dwi, dikutip Sabtu (12/1/2018).

Berdasarkan data SKK Migas, target produksi ‎minyak Blok Rokan pada 2019 sebesar 190 ribu barel per hari (bph), sedangkan Blok Cepu 216 ribu bph.  Dengan begitu, Blok Ceput menempati urutan pertama sebagai penghasil minyak terbesar pada 2019.

Sejak dua tahun lalu  produksi minyak dari Blok Rokan menurun. Pada 2017, produksi minyak sebesar 223.885 bph menjadi 209.478 bph pada 2018. Sedangkan produksi minyak Blok Cepu naik sebesar 203.522 bph sejak 2017, ‎menjadi 208.732 bph pada 2018.

Penurunan produksi minyak Blok Rokan diperkirakan terus terjadi,bahkan setelah Pertamina resmi mengelola blok yang terletak di Riau tersebut pada 2021.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Produksi Blok Rokan

Sebelumnya, VP Operasi SKK Migas, Avicenia Darwis mengatakan, selayaknya sumur migas yang sudah udzur, laju penurunan produksi juga dialami Blok Rokan.

Diperkirakan Blok Rokan ‎turun dari produksi saat ini sebesar 210 ribu bph, menjadi 160 ribu bph pada 2021. Hal itu terjadi ketika Pertamina resmi mengelola setelah masa kontrak operator sebelumnya, Chevron Pacific Indonesia.

"Kalau kita lihat secara alamiah diperkirakan decline (penurunan produksi) 2021 itu masih berharap diangka 160 ribu bph. Kira-kira kalau kita lihat trennya kan masih ada 3 tahun sekitar 160ribu," kata Darwis.

Darwis menuturkan, penurunan produksi migas terjadi alamiah, bukan akibat pergantian oparator dari Chevron Pacific Indonesia ke Pertamina pada 2021 atau setelah masa kontrak perusahaan Amerika Serikat tersebut habis.

‎"Kita lihat kalau decline produksi secara alamiah diperkirakan 2021 itu 160 ribuan," ujar dia.

Untuk diketahui, pada APBN 2019 lifting minyak ditargetkan 775 ribu barel per hari (bph), sedangkan gas 1,2 juta barel setara minyak per hari (Barel Oil Equivalent Per Day/BOEPD). Total target lifting migas tahun ini ‎sebesar 2 juta BOEPD.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.