Sukses

Rupiah ke Posisi 14.120 per Dolar AS, IHSG Tergelincir 14,55 Poin

Sektor saham barang konsumsi alami penurunan terbesar pada sesi pertama perdagangan saham Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variasi pada sesi pertama perdagangan saham Selasa pekan ini. Sementara itu, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 14.002-14.101 per dolar AS.

Pada penutupan sesi pertama Selasa (8/1/2019), IHSG melemah 14,55 poin atau 0,23 persen ke posisi 6.272,66. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,58 persen ke posisi 996,92. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

Sebanyak 205 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. 162 saham melemah dan 132 saham diam di tempat.

Pada sesi pertama, IHSG berada di posisi tertinggi 6.316,24 dan terendah 6.270. Total frekuensi perdagangan saham 276.741 kali dengan volume perdagangan 7,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4 triliun. Investor asing beli saham Rp 189,08 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.120. Sedangkan rupiah bergerak di posisi 14.002-14.101 per dolar AS, berdasarkan data Bloomberg.

Sebagian besar sektor saham sama-sama menguat dan melemah. Sektor saham barang konsumsi turun 1,19 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur tergelincir 0,73 persen dan sektor saham tambang susut 0,58 persen.

Sementara itu, sektor saham konstruksi naik 0,81 persen, sektor saham infrastruktur menanjak 0,69 persen dan sektor saham perdagangan mendaki 0,26 persen.

Saham-saham yang catatkan penguatan antara lain saham FOOD naik 68,89 persen ke posisi Rp 228 per saham, saham INCF mendaki 25 persen ke posisi Rp 310 per saham, dan saham FREN mengua 22,50 persen ke posisi Rp 98 per saham.

Sementara itu, saham SSTM turun 24,29 persen ke posisi Rp 318 per saham, saham OCAP tergelincir 14,73 persen ke posisi Rp 220 per saham, dan saham PSDN susut 13,08 persen ke posisi Rp 226 per saham.

Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,20 persen, indeks saham Jepang Nikkei mendaki 0,91 persen, dan indeks saham Singapura menguat 0,24 persen.

Sedangkan indeks saham Korea Selatan Kospi merosot 0,17 persen, indeks saham Thailand tergelincir 0,04 persen, indeks saham Shanghai susut 0,20 persen dan indeks saham Taiwan turun 0,19 persen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rupiah Sempat Menguat ke 13.986 per Dolar AS

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melanjutkan penguatan yang telah dibukukan sebelumnya. Optimisme kesepakatan AS dengan China mendorong penguatan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Selasa 8 Januari 2019, rupiah dibuka di angka 14.059 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.082 per dolar AS. Menuju siang, rupiah terus menguat hingga menyentuh 14.002 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di rentang 14.002 per dolar AS hingga 14.059 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 2,43 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.031 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang di angka 14.105 per dolar AS.

Untuk data kurs Reuters, rupiah dibuka di 14.075 per dolar dan sempat menyentuh level 13.986 per dolar AS. Namun kemudian rupiah kembali ke kisaran 14.050 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, optimisme pelaku pasar terhadap negosiasi dagang antara AS dengan China akan tercapai kesepakatan menjadi faktor penopang bagi mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.

"Di tengah minimnya data ekonomi, pelaku pasar terlihat optimis akan adanya progres pada pertemuan kali ini," katanya dikutip dari Antara.

Di tengah situasi itu, ia menambahkan, mata uang berisiko seperti rupiah kembali membuka peluang untuk melanjutkan penguatannya.

Selain itu, lanjut dia, sentimen dovish mengenai prospek kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) tahun ini turut menjadi faktor yang menopang mata uang berisiko.

"Sikap dovish The Fed mengenai pengetatan kebijakan pada 2019 memicu peralihan dana ke aset berisiko," katanya.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menambahkan mata uang kuat Asia, seperti yen Jepang, dan dolar Singapura menguat terhadap dolar AS, itu menjadi sentimen penguatan rupiah.

"Diproyeksikan rupiah menuju kisaran antara Rp13.950-Rp14.000 per dolar AS pada hari ini," katanya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.