Sukses

Perbankan Diminta Tak Mengekor The Fed Naikkan Suku Bunga

Investor global tetap optimis dengan situasi pasar modal di Indonesia. Secara fundamental, perekonomian RI masih tercatat terjaga stabil saat ini.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengimbau agar industri perbankan tidak ikut menaikkan suku bunga, sebagai respons langkah The Fed yang diprediksi kembali menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini.

"Jadi ini kita sudah bilang ke bank-bank kalau (The Fed) ini temporary. Jadi jangan terlalu merespons, dari pada merespons tapi nanti balik lagi, kan ini menjadi sinyal yang membingungkan," jelas dia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (2/1/2019).

Bahkan, kata Wimboh, Bank Indonesia (BI) berpotensi untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebagai respons potensi kenaikan Fed Fund Rate (FFR).

"BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) pasti ada peluang turun kembali. Namun, BI Rate akan jadi normal kalau situasi juga sudah normal," ujarnya.

Dia berharap, investor global tetap optimis dengan situasi pasar modal di Indonesia. Secara fundamental, perekonomian RI masih tercatat terjaga stabil saat ini.

"Foreign fund ini dia akan mencari yield yang lebih tinggi, dengan kondisi domestik stabil, dia akan balik. Beberapa bulan terakhir portfolio sudah mulai baik. Ini bukti fundamental kita bagus. Kemarin negatif karena gejolak global. Jadi ini kami harapkan investor portofolio lebih confident lagi masuk ke Indonesia," tandasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

The Fed Bikin Donald Trump Murka, Kenapa?

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali kecewa atas langkah Bank Sentral AS atau The Fed yang menaikkan suku bunga. Trump menyebut langkah itu terlampau terburu-buru.

"Mereka menaikan suku bunga terlalu cepat karena mereka pikir ekonomi sedang baik. Tetapi saya pikir bahwa mereka akan segera paham," ujar Trump di Oval Office seperti dilaporkan CNBC, Rabu (26/12/2018).

Trump juga mengirimkan kepercayaan dirinya kepada para pebisnis AS dan menyebut para perusahaan di negaranya sebagai yang terhebat di dunia.

"Jadi saya pikir ini adalah peluang besar untuk membeli," ujarnya.

Namun, analis Yahoo! Finance menyebut Trump dan Bank Sentral sama-sama ambil adil dalam membuat volatilitas saham. Sempat pula beredar kabar pemecatan Gubernur Bank Sentral AS walau itu telah dibantah pihak Gedung Putih.

Tepat sebelum Natal, Trump menyebut Bank Sentral sebagai sumber masalah ekonomi, dan tidak memahami efek perang dagang, yang dianggap Trump penting, serta perihal dolar As yang kuat. Trump pun menyamakan the Fed seperti pemain golf yang tak mampu mencetak angka.

"Satu-satunya masalah pada ekonomi kita adalah the Fed. Mereja tidak memiliki rasa terhadap Pasar, mereka tak paham  perlunya Perang Dagang atau Dolar As yang Kuat atau bahkan Penutupan (Pemerintah) oleh Demokrat terkait Perbatasan," cuit Trump beberapa jam sebelum Natal.

Langkah kenaikan suku bunga AS pada Rabu lalu telah diprediksi luas sebelumnya. Ini adalah kali keempat Bank Sentral AS melakukannya tahun ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini