Sukses

Menko Luhut Sebut Kondisi Utang RI Masih Baik Meski Naik

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kondisi utang Indonesia masih tergolong managable.

Liputan6.com, Jakarta - Utang luar negeri Indonesia meningkat 5,3 persen (tahun ke tahun/yoy) pada akhir Oktober 2018 menjadi sekitar Rp 5.256 triliun atau USD 360,5 miliar (asumsi kurs Rp 14.500). Hal ini berdasarkan laporan Bank Indonesia.

Jika dibandingkan dengan September 2018 yang sebesar USD 359,7 miliar, utang luar negeri (ULN) Indonesia juga naik 0,19 persen.

Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kondisi utang Indonesia masih tergolong managable.

"Sangat managable," kata dia, saat ditemui, di Kantor Bappenas, Jakarta, Rabu (19/12/2018).

Dia pun meyakini, Menteri Keuangan, Sri Mulyani tentu sudah mempersiapkan berbagai upaya dalam pengelolaan utang agar tetap aman.

"Bu Ani (Menteri Keuangan, Sri Mulyani) bilang bisa selesaikan, Bu Ani kita mesti percaya Menkeu. Beliau menteri yang hebat," kata dia.

"Optimis presiden trust beliau (Sri Mulyani) internasional juga percaya sama Ibu Ani," tambah dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp 5.256 Triliun pada Oktober 2018

Sebelumnya, utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per Oktober 2018 tercatat USD 360,5 miliar atau saat ini setara Rp 5.256 triliun (USD 1 = Rp 14.580). Bank Indonesia menyebut utang itu tetap terkendali dengan struktur yang sehat.

Melansir laporan Bank Indonesia, utang itu terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 178,3 miliar (sekitar Rp 2.599 triliun) , serta utang swasta termasuk BUMN sebesar USD 182,2 miliar (sekitar Rp 2.656 triliun).

Peningkatan jumlah ULN meningkat jadi 5,3 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya yakni 4,2 persen.

ULN pemerintah tumbuh meningkat pada Oktober 2018. Posisi ULN pemerintah pada akhir Oktober 2018 sebesar 175,4 miliar dolar AS atau tumbuh 3,3 persen (year-on-year), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 2,2 persen (yoy).

Kendati tumbuh meningkat, nilai nominal ULN pemerintah pada Oktober 2018 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan posisi September 2018 yang mencapai 176,1 miliar dolar AS. Bank Indonesia menyebut, penurunan terutama disebabkan turunnya posisi pinjaman dan SBN yang dimiliki oleh investor asing.

BI menyebut, struktur ULN Indonesia tetap sehat. Hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Oktober 2018 yang tetap stabil di kisaran 34 persen.

Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers. Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,9 persen dari total ULN.

Bank Indonesia dan Pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

Lebih lanjut, ULN swasta pada Oktober 2018 mengalami peningkatan. Posisi ULN swasta pada akhir Oktober 2018 tumbuh 7,7 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 6,7 persen (yoy), terutama didorong oleh pertumbuhan ULN pada sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA).

ULN swasta tersebut sebagian besar dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor LGA, serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 72,9 persen, relatif sama dibandingkan dengan pangsa pada bulan sebelumnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.