Sukses

Impor Indonesia Capai USD 173,32 Miliar Sepanjang 2018

Impor Indonesia mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 22,18 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis realisasi impor Indonesia secara akumulatif dari Januari hingga November 2018 mencapai USD 173,32 miliar. Angka ini mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 22,18 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, impor pada November 2018 memang mengalami penurunan tipis atau sekitar 4,47 persen dibanding Oktober 2018. Meski demikian, nilai impor November 2018 dibanding periode sama tahun lalu mengalami peningkatan sekitar 11,68 persen.

"Pada November nilai impor USD 16,88 miliar. Kalau dibanding Oktober 2018 turun 4,47 persen. Sementara posisi impor November 2018 dibanding November 2017 masih meningkat 11,68 persen," ujar Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Senin (17/12).

Kenaikan impor periode Januari hingga November 2018 terjadi di seluruh jenis penggunaan barang, baik barang konsumsi, bahan baku, maupun barang modal. Pada periode tersebut impor barang konsumsi naik 23,72 persen senilai USD 15,71 miliar, impor bahan baku naik 21,44 persen senilai USD 130,35 miliar, dan impor barang modal naik 24,80 persen atau USD 27,27 miliar.

"Kalau dilihat dari golongan barang utama, yang impor nya meningkat tinggi benda besi dan baja itu meningkat 54,14 persen, besi dan baja meningkat 27,81 persen dan serelia karena kita impor beras jadi meningkat 30,17 persen," jelas Suhariyanto.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Impor November

Pada November 2018 penyebab impor sedikit turun adalah penurunan impor migas sebesar 2,80 persen dan impor non migas yang turun sebesar 4,80 persen. Jika dilihat menurut penggunaan barang, semua jenis baik barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal mengalami penurunan.

"Barang konsumsi penurunanya lebih kepada produk buah-buahan seperti anggur dari China tuurn USD 29,4 juta, jeruk mandarin turun USD 15,6 juta, pear turun. Kalau bahan baku ada beberapa bahan baku yang nurun seperti kedelai, gandum, florid. Dan barang modal yang turun seperti gasoline engine dan beberapa mesin lainnya yang menyebabkan menurun," tandasnya.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.