Sukses

Donald Trump Murka ke Perusahaan yang Ingin PHK 15 Ribu Pegawai

Presiden Donald Trump marah akibat perusahaan GM ingin PHK massal.

Liputan6.com, Washington D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump murka akibat langkah perusahaan General Motors (GM) yang ingin melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sekitar 15 ribu pegawai. Rencananya, perusahaan akan menutup 4 pabrik di AS.

CEO GM Mary Barry sudah bertemu dengan Trump untuk membahas ini. Trump pun mengaku kesal mendengar kabar ini beberapa minggu sebelum hari raya natal.

"Memberitahukan saya beberapa minggu sebelum natal bahwa dia akan menutup di Ohio dan Michigan - tidak diterima bagi saya," ujar Donald Trump seperti dikutip Reuters.

Berkali-kali, Trump meminta Barra untuk mengubah rencana tersebut. Sebuah ultimatum pun dilancarkan oleh Trump. Ia menyebut, GM tidak akan diperlakukan dengan baik.

"Saya tidak suka General Motors melakukan itu ... General Motors tidak akan diperlakukan dengan baik," ujar Trump.

Sebelumnya, Donald Trump berargumen bahwa sudah banyak yang dilakukan untuk GM, ia pun mengancam akan mengurangi subsidi-subsidi kepada GM.

Pihak GM juga sudah dicecar oleh senator-senator dari Partai Demokrat dan Republik asal Ohio dan Michigan.

"Saya sangat frustrasi dengan keputusan GM untuk menutup pabriknya di Lordstown (Ohio) dan kecewa dengan bagaimana para pegawai yang bekerja keras akan diperlakukan selama proses ini," ucap Senator Rob Portman.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Demi Redam Perang Dagang, Trump Bakal Intervensi Kasus Bos Huawei

Presiden Donald Trump menyatakan akan intervensi kasus penangkapan putri pendiri Huawei Meng Wanzhou. Hal ini dilakukan untuk capai kesepakatan perang dagang dengan China.

"Saya pikir baik jika itu pasti mencapai kesepakatan perdagangan yang merupakan hal penting. Selain itu baik untuk keamanan negara, saya akan intervensi, saya pikir itu penting," ujar Donald Trump dalam wawancara dengan Reuters, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Rabu, 12 Desember 2018.

Trump menuturkan, pihaknya sedang berkomunikasi dengan Departemen Kehakiman terkait kasus penangkapan tersebut bersama dengan para pejabat China.

Saat ditanya apakah dirinya telah berbicara dengan Presiden China Xi Jinping mengenai masalah tersebut, Trump menuturkan, pihak China belum memanggil dirinya. "Mereka berbicara dengan orang-orang saya. Tapi mereka belum memanggil saya," kata dia.

Adapun penangkapan Meng akan mengancam hubungan AS-China. Bahkan ketika kedua presiden negara tersebut berusaha untuk negosiasi soal perdagangan yang akan kurangi serangkaian tarif yang telah dilaksanakan pada 2018.

Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng memanggil Duta Besar AS untuk China Terry Branstad lantaran keberatan dengan penangkapan tersebut dan menuduh AS melanggar hak dan kepetingan warga negara China.

Sementara itu, Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer menuturkan, kalau penangkapan itu hanya masalah pidana dan tidak terkait negosiasi perdagangan.

Hal itu ditekankan oleh Kepala Dewan Ekonomi Nasional Larry Kudlow. "Kasus Huawei dan negosiasi perdagangan hal berbeda,” ujar dia.

Meng ditangkap pada awal Desember atas permintaan otoritas Amerika Serikat (AS). Hal ini lantaran ada tuduhan persengkokolan untuk menipu bank agar tidak sengaja melanggar sanksi AS dengan hapus transaksi yang terkait Iran. Pada Selasa,Meng Wanzhou diberikan jaminan USD 7,5 juta atau sekitar Rp 109,58 miliar (asumsi kurs Rp 14.611 per dolar AS) oleh pengadilan Kanada.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini