Sukses

Saham Lesu, Kekayaan Orang Terkaya Indonesia Tergerus

Forbes kembali merilis daftar terbaru orang terkaya Indonesia pada 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Forbes kembali merilis daftar terbaru orang terkaya Indonesia pada 2018. Sejumlah faktor penilaian yang mempengaruhi daftar orang terkaya tersebut antara lain pergerakan harga saham di bursa efek.

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat tertekan lantaran sejumlah faktor baik eksternal dan internal. Dari eksternal, sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, kekhawatiran kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve mempengaruhi laju IHSG.

Sepanjang tahun berjalan 2018, IHSG koreksi 2,8 persen ke posisi 6.117 secara year to date pada perdagangan saham Kamis 13 Desember 2018.

Sedangkan dari internal didorong dari kekhawatiran defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Ditambah depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah sempat tembus 15.246 per dolar AS pada 15 Oktober 2018, dan posisi tersebut terendah sepanjang 2018. Akan tetapi, memasuki akhir 2018, rupiah kembali menguat terhadap dolar AS ke posisi 14.252 pada 2 Desember 2018.

Pada daftar terbaru orang terkaya Indonesia pada 2018 ini, kekayaan dari orang terkaya Indonesia ada yang menyusut. Forbes menyebutkan kalau dari daftar yang masuk dalam Forbes Indonesia Rich List alami penurunan kekayaan akibat nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS sebesar lima persen dan juga harga saham yang lesu.

Analis PT Reliance Sekuritas, Kornelis Wicaksono menuturkan,rupiah koreksi terhadap dolar AS pada kuartal III 2018 berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan yang kadar impornya besar sehingga menjadi sentimen buruk terhadap pergerakan harga sahamnya.

Sementara itu, Head of Equity Capital Market PT Samuel International, Harry Su menilai,  bila saham emiten banyak dipegang oleh investor asing akan cenderung tertekan.

Hal itu mengingat investor asing keluar dari pasar saham Indonesia sepanjang 2018. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), total dana investor asing yang keluar dari pasar saham Indonesia mencapai Rp 48,57 triliun sepanjang tahun berjalan 2018.

"Bank sentral AS menaikkan suku bunga mendorong uang balik ke Amerika Serikat," ujar dia.

Harry menambahkan, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang merosot pada 2018 juga pengaruhi pergerakan saham perkebunan yang dimiliki pengusaha atau orang kaya Indonesia. "Harga CPO turun faktor suplai dan demand," kata dia.

Adapun Forbes menyebutkan salah satu pengusaha Indonesia terkena imbas dari harga saham lesu dan rupiah merosot terhadap dolar AS sehingga menekan kekayaan yaitu Soegiarto Adikoesomo.

Ia kini berada di posisi 39 untuk daftar orang terkaya di Indonesia. Soegiarto Adikoesomo yang juga Presiden Komisaris PT AKR Corporindo Tbk ini alami penurunan kekayaan terbesar sekitar 42 persen menjadi USD 780 juta. Hal itu lantaran turunnya harga saham PT AKR Corporindo Tbk.

Berdasarkan data RTI, saham AKRA merosot sepanjang tahun berjalan 2018. Saham AKRA susut 32,60 persen ke posisi Rp 4.280 per saham pada perdagangan saham 12 Desember 2018.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 520.109 kali dengan nilai transaksi saham Rp 11,1 triliun. Saham AKRA sempat berada di level tertinggi Rp 6.575 dan terendah Rp 3.220 per saham sepanjang tahun berjalan 2018.

"Saham AKRA banyak dimiliki oleh investor asing dan karena adanya fund flows dari luar, saham AKRA banyak dilepas," ujar Harry saat dihubungi Liputan6.com.

Di sisi lain bila melihat kinerja keuangan perseroan cukup positif hingga akhir September 2018. Laba periode berjalan PT AKR Corporindo Tbk naik 16,91 persen menjadi Rp 1,26 triliun hingga akhir September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,10 triliun.

Hal itu ditopang dari penjualan dan pendapatan tumbuh 25,31 persen ke posisi Rp 16,82 triliun hingga akhir kuartal III 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 13,42 triliun.

Penjualan dan pendapatan perseroan terbesar memang masih dari perdagangan dan distribusi harga bahan bakar minyak (BBM). Akan tetapi, pendapatan dan penjualan dari tanah kawasan industri dan lainnya dari Rp 401,39 miliar hingga akhir kuartal III 2017 atau turun 96,71 persen menjadi Rp 12,55 miliar hingga akhir September 2018.

Selain itu, pengusaha lain yang nilai kekayaannya turun yaitu Anthoni Salim. Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk ini kini berada di posisi kelima untuk daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes pada 2018. Nilai kekayaan Anthoni Salim turun sebanyak USD 1,6 miliar menjadi USD 5,3 miliar.

Seperti diketahui, saham INDF alami koreksi 9,51 persen ke posisi Rp 6.900 per saham pada penutupan perdagangan saham 12 Desember 2018. Sepanjang 2018, total frekuensi perdagangan saham 582.525 kali dengan nilai transaksi Rp 44,9 triliun.

Selain itu, saham emiten perkebunan milik grup Salim juga terkoreksi sepanjang tahun berjalan 2018. Saham PT PP London Sumatera Tbk (LSIP) turun 11,97 persen ke posisi Rp 1.250 per saham pada perdagangan saham 12 Desember 2018. Nilai transaksi harian sentuh Rp 4,8 triliun dengan total frekuensi 397.278 kali.

Selain itu, saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) susut 1,72 persen ke posisi Rp 456 per saham dengan transaksi Rp 1 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 186.686 kali.

Pendiri grup Sinar Mas Eka Tjipta Widjaja juga kekayaannya menyusut pada 2018. Ia turun ke peringkat ketiga untuk daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes 2018. Total kekayaannya berkurang USD 500 juta menjadi USD 8,6 miliar.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Di tengah harga saham lesu sehingga mendorong sejumlah kekayaan orang terkaya Indonesia menyusut, ada juga yang kekayaannya melonjak signifikan. Salah satunya Low Tuck Kwong dan berada di posisi 11 untuk daftar orang terkaya Indonesia pada 2018.

Aset bersih Low Tuck Kwong naik 63 persen menjadi USD 2,5 miliar imbas peningkatan pendapatan tambang batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang dorong lonjakan harga saham BYAN sebesar 82 persen.

Sepanjang 2018, saham BYAN naik 88,21 persen ke posisi Rp 19.950 per saham hingga perdagangan saham 12 Desember 2018. Total frekuensi perdagangan saham 2.314 kali dengan nilai transaksi Rp 109 miliar.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.