Sukses

Pemerintah Ingin Ekonomi Tak Hanya Dikuasai Orang Kaya

Pemerintah terus berupaya untuk mencapai pemerataan ekonomi untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus berupaya untuk mencapai pemerataan ekonomi untuk seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini guna mengikis porsi penguasaan ekonomi dari sejumlah orang kaya di Indonesia.

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika mengatakan, selama ini para orang kaya memang dominan berkontribusi terhadap ekonomi Indonesia. Namun perlahan hal tersebut mulai menurun dengan kebijakan pemerataan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah.

"Kontribusi tetap masih tinggi tapi intensitasnya sudah mulai berkurang dalam 4 tahun ini. Itu harus terus diturunkan karena yang membuat ketimpangan itu sudah puluhan tahun sejak 1980-an," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (14/12/2018).

Dalam merealisasikan pemerataan ekonomi, lanjut dia, pemerintah gencar membangun infrastruktur, memberikan insentif bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dan mendorong ekonomi di pedesaan melalui dana desa.

"Makanya pemerintah melakukan itu baik untuk Indonesia Timur, UMKM, pertanian, pedesaan," kata dia.

Menurut Erani, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah saat ini terus diupayakan menyentuh masyarakat menengah ke bawah. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat mampu berkontribusi terhadap ekonomi negara.

"Output ekonomi ebagian besar dari kebijakan pemerintah. Di masa lalu, kebijakan disusun tidak peka terhadap upaya untuk pemerataan pembangunan. Hari ini pemerintah mencoba mereformulasi kebijakan-kebijakan ekonomi agar pembangunan terjadi. Jadi kasus ketimpangan harus dibangun berdasarkan kebijaka yang pro pada pemerataan‎," tandas dia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kekayaan Naik

Forbes Indonesia mencatat aset bersih 50 orang terkaya Indonesia di 2018 mencetak rekor baru dengan total nilai USD 129 miliar atau setara Rp 1.870 triliun (estimasi kurs Rp 14.501). Angka ini nyaris menyamai penerimaan Indonesia yang tercatat sudah mencapai Rp 1.936 triliun.

Nilai aset 50 orang terkaya tahun ini naik USD 3 miliar jika dibandingkan dengan pencatatan perolehan aset dari tahun lalu sebesar USD 126 miliar. Kenaikan ini ditunjang pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan pasar modal setahun terakhir yang tumbuh sebesar 4,4 persen

Forbes juga mencatat, enam dari 10 orang terkaya di Indonesia mengalami peningkatan kekayaan dibandingkan tahun lalu. Salah satunya termasuk Hartono bersaudara yang sudah menempati peringkat terkaya selama 10 tahun terakhir.

Tahun ini, total kekayaan Hartono bersaudara tercatat sebesar USD 35 miliar. Di mana sekitar 70 persen dari total kekayaan ini berasal dari Bank Central Asia (BCA).

Sementara itu, Susilo Wonowidjojo naik ke posisi dua dengan kekayaan sebesar USD 9,2 miliar akibat meningkatnya harga saham perusahaan rokok Gudang Garam.

Selain dua miliarder tersebut, turun ke peringkat ketiga adalah pendiri Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja, yang tahun ini kekayaannya berkurang sebesar USD 500 juta menjadi USD 8,6 miliar.

Sri Prakash Lohia naik menjadi orang terkaya keempat dengan total kekayaan sebesar USD 7,5 miliar seiring dengan peningkatan nilai saham Indorama Ventures, perusahaan petrokimia yang terdaftar di bursa Thailand.

Sedangkan Anthoni Salim turun ke peringkat lima karena kekayaannya turun sebanyak USD 1,6 miliar menjadi USD 5,3 miliar.

 

3 dari 3 halaman

Daftar 10 Orang Terkaya Indonesia

1. R. Budi & Michael Hartono: USD 35 miliar (Rp 508 triliun)

2. Susilo Wonowidjojo: USD 9,2 miliar (Rp 133 triliun)

3. Eka Tjipta Widjaja: USD 8,6 miliar (Rp 124 triliun) 

4. Sri Prakash Lohia: USD 7,5 miliar (Rp 108 triliun) 

5. Anthoni Salim: USD 5,3 miliar (Rp 77 triliun) 

6. Tahir: USD 4,5 miliar (Rp 65 triliun)

7. Chairul Tanjung:USD 3,5 miliar (Rp 50 triliun)

8. Boenjamin Setiawan: USD 3,2 miliar (Rp 46 triliun)

9. Jogi Hendra Atmadja: USD 3,1 miliar (Rp 45 triliun)

10. Prajogo Pangestu: USD 3 miliar (Rp 43 triliun) 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini