Sukses

Bank Dunia: Kemampuan Sosial-Emosional Itu Penting

Tidak hanya kemampuan digital, Bank Dunia bahas kemampuan sosio-emosional

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia saat ini menekankan penerapan Revolusi Industri 4.0. Oleh karena itu, peran teknologi digital sangatlah penting sehingga diperlukan lebih banyak orang-orang yang harus melek teknologi (digital literacy) dan juga menguasai kemampuan teknologi.

Namun, Bank Dunia menyebut ada satu kemampuan lagi yang tak bisa dilepaskan dari perkembangan digital, yakni kemampuan socio-emotional atau sosio-emosional. Kemampuan tersebut juga populer dengan nama soft skill.

"Kemampuan sosio-emosional atau soft skill, seperti berpikir kreatif, menyelesaikan masalah, bekerja dalam tim, berkomunikasi, mereka penting dalam perkembangan ekonomi dan selaras dengan kemampuan digital teknologi," ujar Sudhir Shetty, Chief Economist Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik dalam acara diskusi ekonomi wilayah timur yang disiarkan pada Senin (12/10/2018) di markas perwakilan Bank Dunia Indonesia, Jakarta.

Bank Dunia menyatakan digital literacy dan soft skill harus dimulai sejak dini dan menjadi bahan utama dari pembelajaran orang banyak. Selain itu, Bank Dunia juga turut berbicara mengenai orang-orang yang sudah berada di dunia kerja yang baru mulai merasakan perkembangan ekonomi.

"Banyak orang yang sudah dewasa perlu berkutat dengan perubahan teknologi yang cepat," ujar Andrew Mason, Lead Economist Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik.

Pihak Bank Dunia melanjutkan, mereka yang sudah dewasa harus diberikan pula akses belajar agar bisa mengembangkan kemampuan mereka lewat membangun sistem untuk mengembangkan kemampuan secara terus-menerus. Dengan ini pun situasi ekonomi akan menjadi lebih inklusif karena merangkul semua kalangan.

"Kita harus memastikan orang-orang yang sudah dewasa, yang sudah di dunia kerja, memiliki peluang untuk mendapatkan akses belajar sepanjang hayat (lifelong learning)," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kekinian, Sri Mulyani Komunikasikan APBN Lewat Sosial Media

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjadi salah satu pembicara pada peringatan hari Anti Korupsi yang diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam kesempatan tersebut, KPK mengambil tema festival media digital pemerintah, transparansi untuk partisipasi.

Sri Mulyani bercerita mengenai perubahan transparansi komunikasi dengan masyarakat melalui sosial media yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan. Menurutnya, perubahan penyampaian informasi melalui media sosial dimulai sejak ia kembali dari Bank Dunia. 

"10 tahun lalu sosmed belum jadi bahan kita dalam komunikasi hanya berhubungan dengan media cetak televisi dan radio. Kita punya website tapi dulu enggak advanced kayak sekarang," ujar Sri Mulyani di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu, 5 Desember 2018.

"Kemudian saya ke Bank Dunia mereka gunakan sosmed seperti Facebook, Twitter, LinkedIn. Waktu balik lagi ke Kemenkeu pertama saya lihat biro komunikasi, ternyata selama ini lebih ke protokol pertemuan dengan DPR dan ruang media," sambungnya.

Padahal komunikasi melalui media sosial, kata Sri Mulyani, sangat penting untuk memberi informasi kepada masyarakat bahwa uang yang dikumpulkan oleh pemerintah dikelola dengan baik. Selain itu, masyarakat juga dapat berperan untuk melakukan pengawasan.

"Saya katakan bahwa APBN itu uang kita masyarakat perlu tahu dari mana uang itu diperoleh. Ini bagian dari Undang undang, rakyat berhak mendapat informasi dan ini akuntabilitas. Cara untuk menjangkau masyarakat. Jadi waktu balik lagi ke Kemenkeu mungkin kita harus ubah komunikasi, kontennya maupun jangkauannya," jelas Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menambahkan, dengan adanya sosial media masyarakat tak perlu lagi datang ke kantor Kementerian Keuangan untuk mengetahui kondisi APBN. Masyarakat cukup mengikuti sosial media, maka seluruh informasi tersedia dengan konten yang lebih menarik.

"Nota keuangan hanya yang mau bikin skripsi. gimana itu jadi karakter twitter, gimana di Instagram. Kadang bicara sensitif, segala macam dekat dengan masyarakat, kita juga berkompetisi dengan pihak-piham yang ingin masyarakat mendapatkan informasi yang tidak benar, jadi kita perlu sampaikan konten secara kreatif," tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.