Sukses

Tak Ada Sentimen Positif Dalam Negeri, Rupiah Lanjutkan Pelemahan

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.464 per dolar AS hingga 14.533 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah trerhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Jumat pekan ini.

Mengutip Bloomberg, Jumat (7/12/2018), rupiah dibuka di angka 14.525 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.520 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.464 per dolar AS hingga 14.533 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,79 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.539 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.507 per dolar AS.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS berpeluang untuk kembali melemah bila tidak ada sentimen positif yang menahan laju penurunan mata uang tersebut.

"Peluang pelemahan pun kembali dapat dimungkinkan jika tidak adanya sentimen yang dapat menahan penurunan yang terjadi, terutama dari pergerakan dolar AS yang cenderung kembali meningkat," kata Reza seperi dikutip dari Antara.

Pelemahan rupiah hari ini melanjutkan pelemahan sebelumnya yang terimbas sentimen global terutama dari ditangkapnya salah satu petinggi Huawei di Kanada. Adanya kejadian tersebut, pelaku pasar mengkhawatirkan hubungan dagang antara AS dan China sehingga mengantisipasinya dengan mengambil posisi pada dolar AS. Akibatnya pergerakan dolar AS kembali melanjutkan kenaikannya.

Sebelumnya, pelemahan masih terjadi pada rupiah meski dibarengi dengan adanya sejumlah sentimen positif dari internal makroekonomi Indonesia.

Pernyataan yang disampaikan oleh Menkeu yang menyebutkan defisit anggaran hingga November 2018 mencapai Rp287,9 triliun atau 1,95 persen dari PDB atau lebih rendah dari rencana APBN sebesar 2,19 persen dan realisasi belanja negara hingga November 2018 tercatat mencapai Rp1.942,4 triliun atau 87,5 persen dari target APBN 2018 dengan pertumbuhan sebesar 11 persen.

Pernyataan tersebut belum cukup mampu mengangkat laju rupiah. Bahkan optimisme pemerintah terkait pertumbuhan ekonomi di tahun ini dapat mencapai 5,2 persen juga belum mampu membuat rupiah menguat.

Reza memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.521 per dolar AS hingga Rp14.509 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengusaha Yakin Rupiah Menguat ke 13.800 per USD di 2019

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani menyakini nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat atau USD pada tahun depan akan berada di bawah Rp 14.000 per USD. Asumsi ini pun mempertimbangkan dengan melihat berbagai peluang yang ada.

"Jadi kami meyakini kira-kira (Rupiah) di Rp13.800-an per USD. Karena kita melihat bahwa tren harga minyak dunia kemungkinan akan turun. Kemudian di Indoensia sendiri kita optimis bisa konversi mata uang yang selama ini bergantung ke USD bisa kita konversi ke mata uang mitra dagang kita salah satunya China," kata Hariyadi pada Rabu 5 Desember 2018. 

Haryadi menilai selama ini, para pelaku usaha umumnya bergantung pada mata uang Dolar. Padahal, mitra dagang Indonesia lebih besar mengarah ke China. Di mana total perdagagan Indonesia sekitar USD 60 miliar, dengan komposisi impornya USD 35 miliar dan ekspornya USD 26 miliar.

"Jadi kita meyakini bahwa kalau kita bisa konversi sampai dengan misalnya antara 20 miliar saja dari perdagangan dengan China ini akan membuat efek yang sangat positif dan kita berharap upaya ini juga nantinya bisa disambut dengan baik oleh mitra-mitra perdagangan kita lainnya apakah dengan Jepang Korsel dan sebagainya," jelasnya.

Hariyadi menambahkan, apabila nantinya mata Uang Garuda dapat menyentuh di bawah Rp 14.000 pada tahun depan, pihaknya juga menginginkan dukungan dari bank sentral.

"Kita juga berharap dari sektor keungan akan merespons dengan penurunan suku bunga jadi BI (Bank Indonesia) kita harapkan responsnya juga akan bagus," imbuhnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS), Soegiharto Santoso mengatakan untuk menyiasati penguatan mata uang negeri Paman Sam tersebut, pengusaha sebaiknya tidak bergantung pada dolar AS. Transaksi pembelian bisa disiasati dengan mengonversikan mata uang asal negara importir tersebut.

"Tapi tadi kan kita mencermatinya belanjanya dengan mata uang negaranya, misalkan ke China gunakan mata uang China dan ke Taiwan begitu juga. Itu akan kita coba jalanin," pungkasnya.

Seperti diketahui, Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) bergerak melemah di perdagangan hari ini, Rabu (5/12/2018). Pagi ini, Rupiah dibuka di level Rp 14.363 per USD atau melemah dibanding penutupan perdagangan minggu lalu di Rp 14.291 per USD.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.