Sukses

Badan Usaha Tengah Kaji Skema Tarif Maksimum di Tol Trans Jawa

Badan usaha pengelola tol kini tengah mendiskusikan sebuah skema baru pembayaran di jalan Tol Trans Jawa.

Liputan6.com, Jakarta - Badan usaha pengelola tol kini tengah mendiskusikan sebuah skema baru pembayaran di jalan Tol Trans Jawa. Salah satu dengan menerapkan tarif maksimum untuk satu kali transaksi di satu gerbang tol.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Herry Trisaputra Zuna mengatakan, gabungan badan usaha jalan tol yang tergabung dalam Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) coba mengajukan ide pembayaran tarif Tol Trans Jawa lewat satu sistem. 

"ATI akan mendiskusikannya, karena terkait tarif tol di beberapa segmen yang dipunya BUJT, ini akan dibuat jadi satu sistem. Ada namanya tarif maksimum," ujar dia di Jakarta, Rabu (5/12/2018).

Dia menuturkan, usulan tersebut terinsipirasi dari sistem pembayaran jalan tol yang diterapkan di Taiwan. Yakni, memperhitungkan Average Traffic Lane (ATL) atau lalu lintas harian rata-rata, dengan rumusan volume dikali jarak dibagi total volume kendaraan per hari.

Lewat konsep ini, maka akan ditentukan tarif maksimal untuk jarak perjalanan terjauh bagi pengguna Tol Trans Jawa. Namun, bila pengguna tol menempuh jarak yang secara biaya lebih rendah dari tarif maksimum, ia hanya dikenakan biaya sesuai dengan yang seharusnya.

"Sehingga ada tarif rata-rata. Kalau di tol terbuka, yang dihitung kan jarak ATL. Jadi tarif rata-rata, yang terjauh disubsidi yang dekat," ungkap Herry.

Adapun inisiatif penetapan tarif maksimum ini salah satunya sempat dilontarkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, yang mengidekan agar perhitungan tarif Tol Trans Jawa bisa sama seperti ongkos kereta yang satu kali bayar untuk jarak jauh dan dekat.

Namun, Herry melanjutkan, penerapan skema itu akan menjadi tantangan sendiri jika diimplementasikan untuk jalan tol. Sebab, sambungnya, pengguna kereta dan tol berbeda secara karakter.

"Kalau pemakai kereta kan biasanya untuk yang jarak jauh, sementara pengguna tol sering keluar-masuk di gerbang tol yang secara jarak berdekatan. Itu jadi tantangan," sebutnya.

"Untuk menentukan besarannya, itu perlu dibahas. Karena dianggap akan berpengaruh terhadap total pendapatan badan usaha. Padahal total pendapatan harus tetap dijaga," ujar dia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tol Trans Jawa Bisa Dilalui Saat Natal 2018 dan Tahun Baru 2019

Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, konstruksi ruas Tol Salatiga-Kartasura sepanjang 32 km yang merupakan bagian dari Tol Semarang-Solo, ditargetkan rampung pada November 2018.

Target tersebut dicanangkan agar Tol Trans Jawa dapat dilalui pada arus mudik Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Saat ini, progres pembangunan sudah mencapai 92 persen.

"Insya Allah seluruh Tol Trans Jawa akan kita operasikan sebelum akhir Desember 2018, termasuk ruas Salatiga-Kartasura untuk mudik Natal 2018 dan Tahun Baru 2019, kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat 2 November 2018.

"Semua sudah operasional bukan fungsional lagi. Kemungkinan masih kita gratiskan hingga ditetapkan tarif definitifnya pada Januari 2019," lanjut Basuki.

Selain ruas Salatiga-Kartasura, Menteri Basuki menyatakan, ruas tol Trans Jawa lainnya yang rampung akan mulai dioperasikan secara bertahap hingga akhir Desember 2019.

"Jadwal peresmian dan pengoperasiannya tidak serentak. Ruas lainnya yakni ruas Tol Pejagan-Pemalang, Sragen-Ngawi, Batang-Semarang, Salatiga-Kartasura, Pemalang-Batang, dan Wilangan-Kertosono," tambah dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.