Sukses

Indra Karya Rambah Bisnis Air Kemasan

BUMN Indra Karya mulai mengenalkan dan memasarkan air minum dalam kemasan dengan merek 'InFresh'.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kembali merambah ke industri air minum dalam kemasan (AMDK). Perusahaan tersebut adalah PT Indra Karya (Persero).

BUMN yang sebenarnya memiliki bisnis inti (core business) sebagai jasa konsultan ini memilih ekspansi di penyediaan air minum dikarenakan prospek yang menjanjikan.

"Mengapa kami masuk ke AMDK, karena kami paham betul industri ini. Selama ini kami menjadi konsultan perusahaan AMDK, dari pencarian sumber air hingga porduksi," kata Direktur Utama Indra Karya Milfan Rantawi kepada wartawan, Jumat (23/11/2018).

Milfan mengatakan, aksi korporasi ini sudah mendapatkan persetujuan dari Kedeputian Usaha Kontruksi serta Sarana dan Prasarana Perhubungan (KSPP) Kementerian BUMN.

Akhirnya, pada Juli 2018, Indra Karya mulai mengenalkan dan memasarkan air minum dalam kemasan dengan merek 'InFresh'.

Dalam produksinya, saat ini Indra Karya masih bekerjasama dengan perusahaan swasta. Namun dalam waktu dekat, perusahaan akan membangun pabrik sendiri.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bangun Pabrik

Saat ini, Indra Karya tengah mempersiapkan pembangunan pabrik air kemasan di Surabaya dengan kapasitas tahap awal sekitar 5.000 galon per hari, ukuran 600 ml sebanyak 12.000 botol per jam, dan 300 ml sekitar 7.000 kardus per hari.

Perseroan memproyeksikan penjualan tahap pertama bisa mencapai Rp 15 miliar.

Adapun, proyek masih dalam tahap studi kelayakan dan dikerjasamakan dengan anak Pelindo III dan PT Sier. Investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 20 miliar.

Ia memastikan air kemasan yang diproduksi memiliki mutu terjaga karena melalui serangkaian kajian.

"Saat ini, Infresh sudah dipasok ke Kementerian BUMN dan 21 perusahaan BUMN. Harga 1 botol ukuran 550 ml sekitar Rp1.300 dan Rp11.000 per galon. 3-4 tahun ke depan, kita baru head to head dengan industri sejenis," pungkasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.