Sukses

Ini Alasan Pertumbuhan Ekonomi RI Tak Sekencang Negara Tetangga

Ekonomi Indonesia berbeda dengan ekonomi Singapura, Thailand, dan Vietnam karena Indonesia luas sekali.

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum sesuai dengan target. Pada kuartal III 2018, pertumbuhan ekonomi RI tercatat 5,1 persen sedangkan asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 di angka 5,4 persen.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand yang pertumbuhannya cukup signifikan.

Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengungkapkan, ada beberapa hal yang membuat pertumbuhan ekonomi RI tidak mampu lari kencang mengimbangi negara tetangga. Salah satunya adalah luasnya wilayah dan besarnya populasi Indonesia dibanding negara lain.

"Ekonomi Indonesia berbeda dengan ekonomi Singapura, Thailand, dan Vietnam karena kalau kita lihat karena Indonesia luas sekali. Ada 34 provinsi, 34 gubernur, 500 lebih kabupaten kota yang digendong terus pak presiden," kata Mardiasmo dalam sebuah acara diskusi di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Sebagian besar negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi memiliki luas wilayah tidak terlalu luas dengan jumlah penduduk yang tidak banyak.

"Jadi Singapura kecil, Malaysia, Eropa itu seperti Jerman, Belanda, Belgia sama kayak Jawa Timur. Jadi kalau kita lihat dari sabang sampai merauke itu sama kayal London sampai Ankara," ujarnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Fokus Pemerintah

Karena latar belakang itu juga Mardiasmo menyatakan selama ini pemerintahan Jokowi-JK salah satu fokusnya adalah konektivitas antar wilayah agar roda perekonomian antar daerah dapat saling terhubung satu sama lain.

"Dimulai dari pinggiran. Agar menyambung jadi satu. Konektivitas itu peradaban. Ada tol laut, nah bagaimana kita kirim barang ke papua baliknya tidak kosong. Kereta api tidak da di Sulawesi Selatan apalagi Papua. Maka ada Trans Sumtera, Trans Kalimantan," ujarnya.

Diharapkan konektivitas yang tercipta itu akan menghadirkan inklusifitas perekonomian antar daerah. Hal itu yang kemudian akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan dan stabil.

"Karena kita negara yang sangat kaya yang miskin sangat miskin tidak makan nasi tapi nasi aking. Nah ini bagaimana kita ingin melihat ekonomi ini bagaimana masyarakat seluruh Indonesia. Satu masyarkaat jelita yang lain jelata. Jadi ekonomi Indonesia beri kesempatan kue pembangunan, baik jelita mupun jelata," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.