Sukses

PLTU Sintang Beroperasi Mampu Mengalirkan Listrik ke 16.153 Rumah

PT PLN (Persero) mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sintang dengan total kapasitas sebesar 21 Mega Watt (MW).

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sintang dengan  total kapasitas sebesar 21 Mega Watt (MW). 

Listrik tersebut dapat menerangi sekitar 16.153 rumah tangga, dengan asumsi daya tersambung sebesar 1.300 Volt Amper (VA) per pelanggan. 

Direktur Bisnis Regional Kalimantan PLN, Machnizon Masri mengatakan, PLTU Sintang merupakan bagian dari proyek pembangunan PLTU berskala kecil yang dilaksanakan  PLN di kawasan Kalimantan. Sebelumnya, selain di Sintang, di Kalimantan Barat telah dilaksanakan pembangunan PLTU skala kecil di Ketapang dan Sanggau dan telah beroperasi penuh. 

"Kami berharap keberadaan PLTU akan memperkuat sistem kelistrikan di Kabupaten Sintang dan sekitarnya, meningkatkan rasio elektrifikasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat," kata Machnizon, di Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Daya listrik yang dihasilkan PLTU dapat secara langsung didistribusikan ke pelanggan di Kabupaten Sintang,  Melawi dan Kapuas Hulu melalui jaringan 20 kV. PLTU yang berdiri di lahan seluas 12 hektar ini juga ditargetkan untuk dapat terhubung ke Sistem Kelistrikan Khatulistiwa, melalui gardu-gardu induk dan jaringan transmisi 150 kV yang kini tengah dalam proses pembangunan.

Pekerjaan konstruksi PLTU bernilai investasi Rp 357 miliar dan dalam masa pekerjaan konstruksi, PLN melibatkan sekitar 500 lebih tenaga kerja lokal di sekitar PLTU. Sementara selama beroperasi ada 114 tenaga kerja lokal yang dipekerjakan. 

‎"PLTU Sintang yang memiliki tiga unit pembangkitan berkapasitas masing-masing 7 MW ini, telah siap menyalurkan listrik secara komersial untuk masyarakat sejak 4 Oktober 2018," ujar dia.

Untuk diketahui, dengan beroperasinya PLTU Sintang rasio elektrifikasi (RE) Kabupaten Sintang meningkat menjadi 80,73 persen, sebelumnya hanya tercatat sebesar 64,76 persen pada Oktober. Hal tersebut juga mampu mendongkrak RE Kalimantan Barat dari 85,49 persen menjadi 86,88 persen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

PLN Beli Listrik dari PLTA Merangin

Sebelumnya, PT PLN (Persero) resmi membeli listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA) Merangin, berkapasitas 4 x 87,5 Mega Watt (MW)‎. 

Hal ini ditandai dengan  penandanganan perjanjian jual beli tenaga listrik (Power Purchase Agreement/PPA)  dengan perusahaan listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) yang menggarap pembangkit tersebut, PT Kerinci Merangin Hidro.

‎Wakil Menteri Energi Sum‎ber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar mengatakan, kesepakatan pembelian listrik dari ini merupakan capaian bagi PLN, menjadi PPA  ke-4 pada 2018 untuk pengembangan EBT.

"Kami sangat bersyukur perjanjian ini dapat ditandatangani hari ini. Pemerintah sangat komit untuk membangun Energi Baru Terbarukan. Ini juga merupakan sebuah achievment bagi PLN,” kata Arcandra, di Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Sementara itu, Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan, PLTA Merangin yang berlokasi di Kabupaten Kerinci, Jambi memiliki kapasitas sebesar 4 x 87,5 MW, sedangkan nergi yang dihasilkan per tahun sebesar 1.280 Giga Watt hour (GWh). Total investasi yang akan dikeluarkan dari proyek PLTA Merangin sebesar USD 903.703.300 atau setara Rp 13,4 triliun.

Pembangkit yang direncanakan beroperasi secara komersial (COD) pada 2025 ini, akan memasok listrik ke sistem Bagian Selatan Tengah yang diatur oleh PLN Pusat Pengatur Beban Sumatera. 

"PLTA Merangin ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik yang akan terus meningkat. Secara tidak langsung, PLN pun turut serta dalam perkembangan industri dan bisnis di Indonesia," ujar Sofyan.

PLTA Merangin akan digunakan sebagai pembangkit peaker, yakni pembangkit  digunakan hanya pada saat beban puncak. Hal ini bertujuan mengurangi beban peaker PLN di Sumatera yang masih menggunakan pembangkit gas dan diesel yang biaya produksinya  cukup tinggi. 

"PLTA juga dipilih sebagai peaker karena memiliki kecepatan masuk ke sistem (ramping rate) yang tinggi dibanding pembangkit batu bara," kata dia.

Sebelum PPA ini, ada 3 PPA yang diteken PLN dengan total kapasitas 11,9 MW. Sementara pada 2017, tercatat ada 70 PPA dengan total kapasitas 1214,17 MW yang ditandatangani. Hal ini menandakan besarnya minat pengembang terhadap energi baru terbarukan (EBT), sekaligus komitmen PLN dalam penggunaan pembangkit EBT.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.